ALVARO || 041

12.7K 829 11
                                    

Manik mata bulat itu perlahan membuka matanya, pandangan pertama yang ia lihat adalah dada bidang seseorang yang sudah sah menjadi suaminya.

Beby masih tak percaya jika ia sudah menyandang status menjadi seorang istri, terlebih istri keluarga Dirgantara. Keluarga yang cukup terpandang dan terhormat.

Beby mengamati wajah Alvaro yang terlihat polos ketika tidur, tak ada tatapan tajamnya. Hanya ada wajah polos yang tampan, ciptaan Tuhan yang bisa dibilang sempurna.

Perlahan tangan Beby mengusap rahang Alvaro. Ia sedikit terkikik. "Varo ganteng kalo tidur,"

Tangannya beralih mengusap rambut hitam Alvaro, tapi matanya tetap fokus pada wajah Alvaro yang terlelap.

"Udah puas liatin aku hm?"

Beby salah tingkah sendiri, ia membuang mukanya malu. Ia kira tadi Alvaro masih terlelap tapi ternyata ia sudah bangun dan hanya pura pura tidur parahnya Beby kepergok mengamati Alvaro yang tampan.

"E-enggak," kilah Beby.

Alvaro terkekeh gemas. Cup!

"Morning kiss, baby." goda Alvaro dengan suara serak.

Beby menunduk malu ketika Alvaro mencium bibirnya. "Aku malu," cicitnya pelan dengan pipi yang sudah merah merona.

"Kenapa malu?"

"Ya malu pokoknya!" ucap Beby sedikit kesal dan malu.

Alvaro menyenderkan punggungnya di kepala ranjang dan membawa Beby ke pelukannya.

"Aku bahagia bisa nikah sama kamu." gumam Alvaro mengecup kepala Beby.

"Aku juga seneng bisa nikah sama kamu." seru Beby semangat.

"Beneran?"

Beby mengangguk semangat. "Bener dong kan nikahnya sama orang yang aku sayang," jujur Beby.

"Kamu wanita yang paling aku sayang setelah bunda."

"Sayang Varo banyak banyak." ucap Beby sembari memeluk Alvaro erat.

"Sayang Beby juga,"

Mereka berdua sama sama bahagia, bahagia dengan pilihan mereka. Pilihan yang membawa mereka ke dalam sebuah rumah tangga, kini Alvaro merasa menjadi manusia yang paling beruntung di muka bumi ini tak terkecuali Beby. Ia juga merasa sebagai wanita beruntung dapat menikah dengan Alvaro.

"Varo,"

Alvaro menunduk. "Apa sayang?"

"Kita pindahnya kapan?"

"Kalo nggak nanti sore, ya besok." jawab Alvaro.

Beby mengangguk. "Kamu mandi duluan, biar aku siapin bajunya."

Alvaro tersenyum miring. "Mandi bareng?"

Plak!

Beby memukul keras lengan Alvaro membuat sang empu sedikit meringis.

"Kok di pukul sih?"

"Kamu mesum banget sih,"

"Normal sayang."

"Tau ah, sana mandi. Sendiri." usir Beby dengan tangan mendorong tubuh Alvaro. Entah Beby yang mendorongnya kurang keras atau Alvaro yang terlalu berat, yang jelas Alvaro tak bergerak sedikitpun dari posisinya.

"Ihhh sana mandi." ujar Beby galak.

"Bareng by," rengek Alvaro.

"Gak mau," tolak Beby.

Alvaro mendelik sebal. Tanpa aba aba ia menggendong Beby ala bridal style dan membawanya ke kamar mandi.

Berbagai macam teriakan atau pukulan yang Beby berikan pada Alvaro tapi tak ada yang membuat sang empu berhenti.

"AAAAAA .... TURUNINN ..."

"VARO MESUMM BANGET SIHH,"

"IHH AWAS AJA NANTI.."

Untung saja kamar mereka kedap suara jadi tak seorang pun dapat mendengar teriakan Beby kecuali Alvaro yang sudah senang dengan kegiatannya.

- ALVARO -

Sore harinya, Alvaro dan Beby sudah bersiap siap untuk pindahan ke rumah yang Alvaro belikan untuk mereka. Cukup mudah dengan adanya para bodyguard yang membantu mereka membawa barang bawaan yang lumayan banyak, iya banyak belum lagi hadiah hadiah dari para tamu undangan.

Dan disinilah mereka yang masih berpamitan dengan kedua orang tua Alvaro, orang tua Beby sudah pulang terlebih dahulu karena mendadak ada urusan kantor. Beby paham orang tuanya cukup sibuk.

"Beby, inget ya kalo Varo nakal, atau kasarin kamu bilang aja sama bunda. Nanti bunda sunat lagi,"

Alvaro meringis, sedangkan Beby terkekeh pelan. "Iya bunda, bunda tenang aja."

"Awas juga Varo, kalo kamu jahatin Beby."

"Iya bundaku sayangg, Varo mana mungkin juga kasarin istri Varo." balas Alvaro gemas.

Fiona mengangguk. "Bagus, baru anak bunda."

"Varo, inget jangan terlalu mengkengkang Beby, istri kamu juga butuh kebebasan." pesan Arya pada putranya.

"Iya, yah, Varo paham."

"Lagi pula kamu sudah jadi ceo di perusahaan ayah, harus juga bisa bagi waktu kamu. Kamu juga mau lanjut kuliah kan?"

Memang sebelumnya Alvaro sudah bekerja di perusahaan Arya, bahkan rumah yang dibeli Alvaro adalah hasil kerja kerasnya sendiri tanpa bantuan siapapun.

"Iya yah, Varo tau."

"Bagus, sana pergi sebelum macet." usir Arya membuat Alvaro mendengus kesal. Padahal sedari tadi orang tuanya yang memberikan petuah petuah.

"Tunggu!!"

Mereka semua menoleh ke asal suara, dimana Bella yang berlari ke arah mereka dengan membawa sebuah kotak di genggamannya.

"Buat kakak, nggak mahal sih tapi spesial dari Bella." cengir Bella sembari menyodorkan sebuah kotak itu di hadapan Beby.

Beby dengan senang hati menerima pemberian adik iparnya ini. "Makasih cantik,"

Bella tersenyum malu. "Ihh kakak tau aja kalo Bella cantik," narsisnya malu malu.

Alvaro yang melihat kelakuan adiknya hanya memutar bola matanya malas. "Udah?"

Bibir Bella mencibik kesal. "Ihh apa? Mau sama kak Beby juga, abang ganggu deh."

"Ga sadar kalo kamu yang ganggu?"

"Tuh kan ngeselin banget, kak Beby mana betah sama abang." kesalnya dan mendapat tatapan tajam dari Alvaro.

"Iya damai! damai!"

budayakan votmen.
Jateng, 20Nov2k21

ALVARO | ATLANTA GENKWhere stories live. Discover now