ALVARO || 064

11.7K 644 27
                                    

Seorang gadis menggunakan dress berwarna peach itu memandang sendu gundukan tanah di hadapannya, ia berjongkok dengan tangan yang terulur mengusap nisan yang terukir sebuah nama.

Air matanya menetes tanpa ia pinta, mengingat kembali kenangan kenangan dengan sosok yang sudah tenang di sana. Rasanya masih seperti mimpi, ia telah kehilangan sosok yang selalu memberinya semangat.

"Maaf." ahh kata itu lagi, sudah ratusan atau bahkan ribuan kali ia mengucapkan kata itu untuk sosok yang telah tiada.

"Maaf dan terima kasih." Lagi, air matanya menetes melewati pipi mulusnya. Terus menetes hingga membuat isakan kecil dengan sesak di dadanya yang bersamaan.

Sakit, sangat sakit. Menyakitkan, ia masih belum ikhlas. Rasanya sangat berat.

Seseorang menepuk pundaknya dua kali membuat gadis itu dengan cepat menghapus air matanya.

"Jangan sedih, kamu harus ikhlas."

Ahh, kata itu lagi. Kenapa mereka semua mengucapkan hal sama kepadanya, 'Jangan sedih, harus ikhlas.'

Mereka saja tidak tahu apa itu ikhlas, kenapa tidak ada yang mengerti perasaannya. Ikhlas, ikhlas, dan terus ikhlas.

Ia hanya butuh dimengerti, dan didengar. Bukan diberi kata kata semangat yang bukannya membuat ia bangkit dari keterpurukannya, malah semakin membuat ia down.

Gadis itu tersenyum tipis. Sembari mendongak menatap seorang laki laki jangkung di hadapannya. Laki laki itu, Steven, suaminya.

Iya, suaminya.

Kalian nggak salah baca kok, memang Steven udah sah menikah dengan Zela satu bulan yang lalu. Mereka menikah di Korea, Sedangkan David.. ahh laki laki itu sudah meninggal beberapa hari setelah Steven dan Zela menikah.

"Udah mau sore, ayo pulang."

Zela mengangguk patuh, ia berdiri dan membersihkan bajunya yang sedikit kotor. Ia juga sudah sedikit demi sedikit menerima perjodohan ini, namun hanya saja ia belum memberi hak Steven. Dan Steven maklum, ia juga tidak mau memaksa Zela, istrinya.

- ALVARO -

"Sayang,"

"Apa?"

"Aku ngidam."

Gerakan jari lincah Alvaro di atas keyboard laptop itu langsung terhenti, ia fokus menatap Beby yang menunduk dengan kedua jari yang saling bertautan.

Alvaro tersenyum manis. "Akhirnya, setelah 2 bulan kehamilan kamu baru kali ini kamu ngidam. Kamu tau? Aku nunggu kamu ngidam."

Beby memberanikan dirinya menatap Alvaro. "Kamu suka aku ngidam?"

Alvaro bangkit dari kursi kerja nya, kemudian ia berjalan mendekat ke arah Beby. Ia menekuk satu lututnya menyamakan tingginya dengan perut Beby yang sudah mulai membuncit. Alvaro mengelus perut itu dengan lembut.

"Suka, aku suka kalo kamu ngidam. Kenapa baby baru ngidam nya sekarang, hm?"

"Baby nya anteng, ga ngidam aneh-aneh. Nggak suka bikin aku sakit juga." tutur Beby, tangannya kini juga mengelus perutnya.

Cup.

Alvaro memberi satu kecupan manis untuk perut Beby. "Sehat sehat terus anak ayah."

Alvaro berdiri kemudian mengecup kening Beby singkat. "Kamu ngidam apa?"

"Aku ngidam mau beli nasi goreng." jawab Beby antusias.

ALVARO | ATLANTA GENKUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum