💍26. Bukannya Marah, Hanya Tak Suka 💍

577 60 11
                                    

Holla semua lama tak up, ya. 😆👌
Jadi gini, karena memang diperlukan riset yang mendalam, karya ini tidak bisa up setiap hari
(Alasan. Alasan. Alasan. Alasan. Mohon dimaklumi. Hahahah)

Selamat membaca.

Eh pembaca dari mana aja nih? spil dong di kolom komentar.

Kalau Shima sih dari Konoha,
Ayangnya Kakashi. 🤣🤣🤣 (Ngayal banget dah)

💍💍💍

Putaran jarum jam tangan terlihat konstan. Radio memutarkan lagu-lagu lama dengan volume kecil. Lagu yang sempat singgah dalam memori, walau hanya sebait dua bait bisa diingat. Januar bersenandung, meniru alunan lagu yang didengar dengan jari telunjuk mengetuk kemudi. Dilihatnya langit dari balik kaca mobil. Hitam, sedikit bintang, tanpa bulan. Angin di bulan Desember biasanya mengandung aroma basah, pertanda hujan akan turun ke Bumi, menyirami gersangnya tanah.

Sudah beberapa menit dia menunggu istrinya keluar, namun sampai sekarang belum juga ada tanda-tanda Eri akan datang. Apa terjadi sesuatu? pikir Januar. Tapi tidak. Januar tidak mau berpikiran buruk.

"Mungkin dia sedang ada keperluan penting lainnya." Januar tentu ingat tentang usaha sampingan Eri. Bisnis ilegal dalam hotel. Adanya jual beli barang antar karyawan. Kata Eri dia akan berhenti berjualan kalau ketahuan. Cukup berani untuk seorang karyawan.

“Atau mungkin dia sedang bergosip sampai lupa waktu." Ini juga Januar tahu. Eri sendiri yang kapan hari mengatakan hal itu. Katanya, bergosip adalah strategi marketing yang paling cepat menggaet pelanggan. Meski Januar rasa hal itu hanya akal-akalan Eri untuk bisa menambah dosa.

Mengenai kata-kata Eri kemarin malam, sempat membuat Januar agak berubah jadi remaja labil seharian ini.

Januar sebenarnya tidak marah, hanya tak suka. Telinga terasa hendak pecah setiap kali nama dua orang yang mengecewakan dirinya disebut. Karena nama mereka hanya bisa membuka memori pahit yang mati-matian Januar kunci.

Soal memaafkan, mungkin butuh waktu lebih lama lagi. Januar tahu tak baik memendam benci pada orang-orang yang telah tiada. Namun hatinya tak bisa dipaksa untuk berdamai. Luka itu terlalu dalam dan tidak mudah disembuhkan.

Ketika Januar yang berubah jadi remaja labil, ada tiga Chef yang terkena damprat karena kekacauan emosinya. Meski sebenarnya itu murni kesalahan mereka.

Chop!" perintah Januar pada salah satu chef yang baru saja terkena damprat olehnya. “Lakukan sekarang.”

Chef Li mulai melaksanakan perintah. Tangan kanan memegang pisau, tangan kiri memegang bawang bombai. Dia harus memotong cepat dan tepat ukuran jika ingin selamat dari ceramah Januar yang mengandung silet tak kasatmata.

Pisau bergerak lihai di atas papan pemotong. Bawang bombai utuh perlahan tergilas dan berubah menjadi potongan-potongan.

Sebenarnya teknik chop alias memotong bisa mengasah pikiran agar fokus. Setidaknya cara ini bermanfaat juga agar Chef Li tidak lagi salah membuang brokoli bagus dengan buruk ke tong sampah. Kesalahan yang membuatnya dapat masalah.

“Stop!” Januar menginterupsi.

Chef Li seketika menghentikan pekerjaan. Januar mengecek.

“Kamu lihat ini," kata Januar seraya mengangkat dua potongan bawang bombai yang dari segi manapun memiliki ketebalan berbeda. Satunya terlalu tebal. Potongan ini bisa diisi telur mata sapi. Sedang satunya terlalu tipis, hingga kalau digoreng cepat gosong.

GercepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang