💍11. Bahan Gosip💍

575 66 0
                                    

Siulan memanggil burung terdengar saat Eri memasuki pelantaran hotel. Asalnya dari mulut Boru.

Eri mengangkat kepala mengikuti arah pandang Boru. “Ru, kau sedang apa? Cari burung bukan di pos satpam, mana ada. Mereka pasti sedang berteduh di pohon. Panas kali hari ini.”  Memang tak ada apapun di atas genting kecuali tahi burung yang sudah kering terjemur panas matahari di siang bolong seperti ini.

“Memang. Aku hanya mau bersiul menyambut pengantin baru.”

Kedipan genit Boru membuat mual perut Eri. Dia pura-pura muntah.

“Wah. Baru satu kali sepertinya langsung berhasil. Pasti karena malam pertama pakai jurus cakar-cakaran atau tampar-tamparan?”

“Bah! Pastilah sumo-sumoan,” sahut Pak Robert menambah perkara.

Keduanya tergelak puas menjaili Eri.

Eri langsung melakukan kaki seribu. Sebal. Mereka tidak tahu saja kalau Eri merana. Januar tak mau disentuh, padahal Eri sudah melaksanakan sesuai janji.

“Awas kau, Bang. Tidur nanti kusikat kau!”

Dan saat melihat Januar terlelap, Eri ke kamar mandi, ambil sikat gigi serta pasta gigi. Bukannya dapat perhatian Januar, suaminya itu malah marah dan tidur di kolong. Tak peduli debu atau sarang laba-laba yang menggantung mengganggu keningnya.

Eri embuskan napas berat. Dilihatnya cincin yang melingkar di jari manis. Cincin yang dipasang sendiri bukan dipasangkan Januar. Menyedihkan sekali hidupnya. Berstatus istri, tapi tak dapat nafkah batin.

“Aku mau bersihkan kamar satu satu empat,” kata Eri melenggang pergi. Kali ini dia sendirian karena status room guest hanya Occupied Dirty atau OD, di mana kamar masih ditempati guest, namun keadaannya kotor.

“Untung ada lift karyawan, aku tak perlu dorong container di tangga darurat.”

Eri sibuk membersihkan kamar yang seperti kandang. Oh astaga! Padahal kamar itu hanya ditempati semalam saja, tapi kotornya bukan main. Sampah plastik bungkus makanan mendominasi. Baju kotor di atas tempat tidur. Selimut yang tergeletak mengenaskan di bawah lantai. Dua bantal yang harusnya di atas kasur malah ada di kolong tempat tidur. Eri geleng-geleng kepala. Kamar ini tak ubahnya seperti kamar Jogi kalau sedang malas bersih-bersih. Sebenarnya dulu Eri pernah mendapatkan yang lebih parah, hanya saja ini juga parah. Kenapa tidak ada kamar kotor dengan tingkat kejorokan minimal, seperti hanya ada debu yang cukup disapu.

Saat tangan Eri hendak mengambil baju kotor, indra penciumannya bekerja. Dia menahan napas karena mencium bau tak sedap, lantas mengayunkan kaki ke arah toilet. Dan benar saja bau pesing menyeruak, menyerbu hidung begitu tajam terpercaya setajam kapak.

Eri bergegas mengambil cairan bening pembersih kamar mandi. Baunya langsung berubah aroma cemara. Berikutnya dia gosok dengan sikat, kemudian menyiramnya banyak-banyak.

Satu jam terlewati. Pertempuran sudah selesai, waktunya kembali ke outlet dan menunggu perintah lanjutan. Setelah menutup pintu, Eri ambil kertas bertuliskan VO/ vacant dirty.

Bertepatan Eri mau mendorong container berisi peralatan pembasmi kuman, matanya tak sengaja melihat dua orang dengan gender berbeda keluar dari kamar hotel di depannya. Eri melirik sekilas, ada tanda DND / Do Not Disturb, tergantung di gagang pintu.

Salah satu dari dua orang itu alias si wanita Eri sangat kenal. Diana namanya. Seorang reseptionist di outlet Adam Malik Restaurant. Kalau yang lelaki, Eri tidak terlalu melihat wajahnya, jadi tak bisa mengenali. Namun, begitu si lelaki berbalik saat sudah masuk lift, Eri mengenalinya.

GercepOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz