💍1. Sebab Surat Undangan💍

2.9K 186 53
                                    

Surat undanganmu pernikahan itu kugenggam erat di tanganku.

(Eak nyanyi dulu)

🌟🌟🌟

“Ini.” Tiba-tiba muncul penampakan, penghambat perjalanan Eri, menyodorkan selembar kertas berwarna putih tulang dengan aksen mawar.

Eri menatap tajam pada gadis demit palsu di depannya. “Apa ini?” Tak ada nada akrab.

“Kau pasti tahu ini apa?” ucap Duma lengkap senyuman manis nan manja. "Jangan lupa datang sama pacar. Ups! Maaf. Aku lupa kamu jomlowati.” Setelah mengejek, Duma pergi berlalu, tak lupa ber-dadah ria. Menyisakan tawa perusak gendang telinga.

Eri tatap erat benda itu, sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam saku baju.

Langkahnya kuat, menghentak lantai tak peduli lantai merasa sakit atau tidak. Tak peduli juga jika lantai melaporkan pada HAL (Hak Asasi Lantai). Arah yang dituju dan fokusnya adalah loker.

Tas selempang merah muda teronggok mengenaskan dalam ruang kotak besi kecil itu, setelah dihempaskan kasar oleh si pemilik.

“Awas kau Dumiiitt!” geram Eri seraya mencakar udara. Dia ambil lagi tasnya. Mencomot salah satu barang yang awalnya akan diberikan pada seseorang, tapi urung, sebab dia mau memakannya sendiri sebagai pelampiasan.

Boru baru datang dan langsung merangkul Eri dari belakang.

“Pagi, Ri," sapanya penuh aura ceria, namun langsung meredup dan terganti ngilu begitu melihat Eri memakan sesuatu dengan lahapnya. Boru menganga dan sesekali mengisap air liur kembali ke mulut.

“Kalau saja ada pertandingan makan belimbing sayur sebanyak-banyaknya tanpa merasa asam atau sakit perut, sudah dipastikan kamu adalah juaranya.” Boru berkomentar, lantas bertepuk tangan seakan Eri adalah sang juara. “Luar biasah!”

Bisa dibilang itu bukan pujian, malah lebih ke arah penghinaan secara halus.

Eri mendesah kesal disela mengunyah dan memasukkan lagi dua buah belimbing sayur. Lagi-lagi Boru merasakan ngilu diseluruh rongga mulut. Kebas.

“Kamu kenapa, Ri? Lagi kesal?”

Eri mengangguk mantap.

“Waw, kamu kalau lagi kesal mengerikan. Itu sebungkus belimbing sayur mau dimakan semua?”

“Iya. Kalau bisa sepohonnya sekalian akar-akarnya!”

Eri amat marah sekaligus geregetan. Semua tak lepas dari kejadian tadi di tempat security. Duma, atau biasa disebut Eri "si demit palsu" alias musuh besar, seenaknya merebut gebetan yang diincar Eri sejak masuk kerja di hotel ini.

Oh Tuhan! Kenapa harus menguji Eri dengan kabar buruk ini?

Eri memelototi lagi sebuah surat undangan di bawah kakinya. Ya, dia tadi membuang dan menginjaknya, setelah tahu nama yang tertera. Tidak sudi mendatangi.

Mengingat kembali wajah Duma yang berseri-seri, sukses menaikkan darah tinggi Eri yang kini sudah maksimal. Tetapi, ketika terlintas wajah Sahat, si gebetan yang sudah menggaet hati Eri sejak awal perjumpaan, membuat Eri tak bisa menahan air matanya.

“Sakiiiit, Ru!”

Boru terkesiap. Tidak menduga akan perubahan ekpresi Eri yang mendadak. Tadi kesal, marah, dan sekarang sedih.

“Tapi jujur, Ri. Aku sebenarnya tidak tahu kenapa kamu kesal? Memang ada guest yang menyebalkan lagi?”

Eri menggeleng, menolak sangkaan. “Tidak. Bukan. Salah.”

GercepWhere stories live. Discover now