12. Serpihan Kebenaran Tentang Aldi

Start from the beginning
                                    

Dulu, sempat berkali-kali Vero bertanya kepada orang tuanya apa mereka mendapat kabar dari Aldi, dan jawabannya tidak. Katanya, mereka hanya berkomunikasi dengan orang tua Aldi saja. Vero tidak tahu mereka berkata jujur atau tidak.

Vero kesal mengingat itu semua.

Ayah Vero melambai-lambaikan tangannya sebagai isyarat agar Vero mendekat. "Sini, duduk dulu! Kita ngobrol tanpa bawa emosi."

"Aku gak mau, yah."

"Vero!"

"Udah, om gak papa kok, om jangan sampai kebawa emosi." Aldi berusaha menyudahi ini semua. Ia tidak mau sampai melihat sepasang ayah, dan anak itu bertengkar hanya karenanya.

"Liat, yah!" Vero menatap remeh kearah Aldi, lalu ia kembali menatap ayahnya. "Dia aja gak masalah, kok," lanjutnya.

Ayah Vero memijat pangkal hidungnya mendapati Vero yang seperti ini. Vero sedari kecil memang sudah nakal, keras kepala, dan susah diatur. Tapi sekarang Vero sudah dewasa, seharusnya pria itu tidak sekeras kepala seperti dulu.

"Ayah gak suka lihat hubungan kalian merenggang seperti ini, Vero."

Vero yang tadi sempat berjalan hendak meninggalkan dua orang itu, kini menghentikan langkahnya. Pria itu membalikan badannya, lalu menatap ayahnya sambil terkekeh. "Dia penyebabnya, yah. Jangan salahin Vero!"

Ayah Vero menatap putranya itu. "Ayah tidak sedang menyalahkan siapa-siapa. Tapi ada baiknya kalian bicarakan masalah kalian dengan kepala dingin. Bersikap lah dewasa, kalian bukan anak kecil lagi." ayah Vero menatap Vero, dan Aldi secara bergantian.

"Susah, yah." Vero menjawab singkat sambil memperhatikan Aldi yang hanya menunduk. "Udah terlalu lama aku gak di kasih penjelasan kaya gini, bakalan aneh kalo tiba-tiba dia kasih penjelasan," kekehnya yang berhasil membuat Aldi menatapnya.

"Gue sadar, dan dari itu gue tetep diem kaya gini." Aldi menjawabnya.

Vero kembali terkekeh. "Bagus, pendem aja itu semuanya, gue udah gak peduli," ucapnya terdengar enteng. "Gue gak peduli rahasia apa yang lo sembunyiin dari gue lagi. Masalah lo pindah, lo hilang gak ada kabar, lo nikah, bahkan udah punya anak. Gue gak peduli."

"Vero, apa yang kamu maksud?"

Vero menatap ayahnya. Dari raut wajahnya, amarahnya benar-benar sudah memuncak. "Ayah juga, berhenti pura-pura gak tau semua ini! Ayah pasti tau semua ini, kan? Sedari awal ayah tau Aldi dan keluarganya pindah, tau mereka pindah kemana, tau kalo Aldi disana bahkan nikah, dan punya anak. Ayah tau semua itu tapi tetap gak ngasih tau aku. Apa sih alesan kalian tutupin itu semua dari aku? Aku itu masih hidup, masih jadi keluarga kalian!"

Aldi menyentuh tangan ayah Vero disaat pria paruh baya itu mau berdiri dan menjawab semua ucapan Vero. "Biar aku, om."

Aldi berdiri dari duduknya. Pria itu mendekati Vero yang wajahnya sudah memerah, tangannya juga mengepal kuat dikedua sisi tubuhnya. "Lo boleh benci gue, Ver. Gue tau kalo gue salah dan terlalu pengecut buat ngomong semuanya ke elo, juga ke mereka. Tapi lo harus tau, dari dulu lo tetep sahabat gue, keluarga gue." Aldi mengutarakannya dengan begitu tulus. "Walaupun lo gak bisa maafin sikap gue yang lari gitu aja dari permasalahan waktu itu, dan sikap keterdiaman gue selama ini, gue akan tetep minta maaf ke elo. Maaf, gue buat lo kecewa."

"Bangsat lo!" maki Vero tidak peduli jika disana masih ada ayahnya. "Enak banget ngomongnya."

"Dan masalah nikah, gue cuma bisa ngomong kalo gue belum nikah."

"Bangsat, lo bahkan gak ngakuin istri sama anak lo? Setan emang, lo!" hampir saja Vero menghantam rahang Aldi bila saja ayahnya tidak cepat-cepat bertindak meraih tangan kanan Vero yang sudah melayang dan terkepal kuat.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now