1. Pesona Stevano

32.2K 684 28
                                    

Stevano Arassya Alcatara, nama itu selalu saja membuatku merinding setiap kali ku sebut atau bahkan orang lain menyebutkannya. Pemuda yang 3 tahun belakangan ini sangat ku sukai, amat ku kagumi dan sering kali membuat hatiku berbunga-bunga. Wajahnya, suara khas-nya dan kepopulerannya membuatku kagum. Vano, begitu anak anak disekolah memanggilnya. Ia vokalis dari salah satu band di sekolah, popularitas band-nya sudah hampir terkenal seantero sekolah sekolah di daerah Jakarta ini. Starlight, berisikan 4 anggota yaitu Vano, Mario, Stevent dan Maliq. Ke-4 cowok most wanted yang selalu dikejar para gadis gadis, baik di sekolah maupun luar sekolah. Hoiyak! Aku bahkan lupa, aku sendiri hanya gadis yang biasa biasa saja, namaku Syahnara Alessa, teman-teman biasa memanggilku Nara. Harus ku akui, Vano adalah orang pertama yang berhasil merebut hatiku, pandangan mataku dan pikiran ku. Baiklah semuanya di mulai.

Syahnarra POV

"Vano....Vano.....Vano.....Whoooo, Vano semangat! Vano..." Tuh kan nama itu lagi yang disebut dan diteriaki para gadis-gadis di sekolah ini -tepatnya di lapangan basket- Selalu dan akan seperti itu mereka jika melihat lelaki tinggi, beralis tebal, berotot dan berkumis tipis ini sedang bermain-main dengan bola membal berwarna orange hitam ini. Vano! Aku benci deh, dari sekian banyak gadis disini -termasuk aku- mengapa hanya aku yang tak kau lirik, Vano?

Oh god! Aku ingin Vano sebentar saja melihat ku, tunggu! Berlama-lama juga tak apa deh hehe

"Rio, tangkep!" Dari sudut lapangan aku dapat melihat betapa antusiasnya Vano saat mengoper bola itu pada temannya, Mario. Cool! Keringat mulai membasahi dahi dan rambutnya.

Dengan beberapa drible-an Mario yang kemudian kembali dioper ke Vano pun berhasil masuk ke ring saat Vano meng-shoot bola itu dari tengah-tengah lapangan

"Yes.." Seru Vano

"Whooooo!!!!" Teriakan orang-orang di lapangan basket ini benar-benar menggema. Aduh hari ini Vano benar-benar membuatku melted, ia tersenyum! Meski senyuman itu bukan untuk aku, tapi rasanya... Cukup buat senyum-senyum sendiri. Kebayangkan bagaimana rasanya ngelihat orang yang kita kagumi dan sukai tersenyum? Itulah aku

Pertandingan basket pun usai, dengan skor 4-1, dan team Vano-lah pemenangnya. Yeaaay, Vano!

Aku terus memperhatikan gerak-gerik Vano yang menurutku paling smart diantara yang lainnya, tubuhnya yang ideal yang kini dibalut dengan kaos basket pun menjadi daya tarik tersendiri untuk tidak berhenti memandanginya, apalagi dengan wajahnya yang amat tampan. Ah sudah ah, aku bisa gila kalau lama-lama disini.

Aku berniat untuk pergi dari lapangan ini, tapi sebelum aku benar-benar pergi. Sesuatu benda menggelincir menghadangku dan itu sebuah bola basket, aku mengambil bola itu dan mengusapnya dengan senyuman, bola ini kan tadi...

"Eh cewek, bolanya dong." Aku memalingkan wajahku menengok kebelakang, suara khas itu... Milik Vano

Aku membalikkan badanku menghadap Vano yang memanggilku dan sekarang ia berjalan mendekatiku, Oh no, aku salting!

"Bola gue." Katanya sambil mengulurkan kedua tangannya

Aku menatap Vano, kedua matanya, kali ini aku puas. Aku menatapnya lebih dekat

"Hei.." Suara khas Vano kembali menyapaku

"I..iya.. Ini bolanya" Aku mengembalikan bola itu ketangan Vano yang sedang terulur dan Vano menerimanya

"Thanks yaa.." Kata Vano lagi sebelum ia meninggalkan ku dan kembali pada teman-temannya dengan membawa bola basketnya

Tubuhku membeku, untuk pertama kalinya Vano menyapaku, berbicara denganku -meski hanya karena bola- dan dia berdekatan denganku. Hampir mau pingsan. Mama tolong! Batinku berteriak senang

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now