Sugus, What's Wrong With You?

70.1K 8K 2.7K
                                    

Kalau ada yang bertanya, apakah aku sayang sama Sugus maka dengan lantang aku akan menjawab 'iya' karena dia adalah suamiku. Kalau ada yang bertanya, apakah aku juga sayang sama Alan, maka aku akan menjawab 'iya' juga. Aku sayang pada keduanya, namun dengan porsi yang berbeda. Ah, aku pusing menjelaskan bagaimana porsi rasa sayang yang aku maksud itu. Intinya ya aku sayang.

Setelah Alan tenang dan stabil, aku kembali ke ruang rawat Abi. Di sana aku tidak menemui batang hidung Sugus. Padahal tadi sebelum aku meninggalkannya untuk bertemu Alan, ia ada menemani Abi. Sugus kemana ya?

Aku memberanikan diri untuk bertanya pada Abi, dan Abi jawab Sugus tadi ingin keluar sebentar. Tapi tujuan pastinya abi tidak tahu.

"Abi ada kepingin makan apa nggak? Pasti makanan rumah sakit sangat membosankan. Di luar ada bakso, seblak, mie ayam, bubur ayam, cireng isi, boci, pokoknya masih banyak lagi deh, Bi," tanyaku pada abi. Takut kalau abi ingin makan sesuatu, tapi nggak berani bilang.

Abi terkekeh, "Hhmm apa ya?" Abi berpikir sejenak. "Sebenarnya makanan yang tadi kamu sebutkan ada yang Abi nggak tahu."

Pasti seblak deh. Sama seperti Sugus yang nggak tahu apa itu seblak. "Seblak ya, Bi?" tuhkan Abi mengangguk.

"Sama bo.. Bo..."

"Boci?" Abi mengangguk lagi.

"Sama cireng, Abi nggak tahu juga." Hhm sudah kudagu.

"Kalau seblak itu makanan khas Bandung. Sama seperti bakso berkuah gitu, tapi kuahnya kentel. Isinya ada mie, bakso, kuetiaw sama toping-toping yang lainnya.

Kalau boci itu singkatan, kepanjangannya bakso aci. Semacam cilok tapi berkuah, pedes gitu, Bi. Di makamnya bersama chuanki, sama pilus juga.

Nah kalau cireng itu artinya aci di goreng. Biasanya kan cireng nggak ada isinya, kalau ini ada. Isinya bisa sosis, bakso, keju, coklat juga ada," jelasku panjang lebar. Sepertinya aku sudah pantas menjadi food vlogger seperti Tanboy Kun atau Mgdalenaf yanh sering ditonton oleh bunda. Xixi.

"Abi kepingin bubur ayam saja."

Yaaah ngapain pula aku menjelaskan apa itu seblak, boci sama cireng, kalau pada akhirnya abi lebih memilih bubur ayam. Rasanya sama dengan ngapain pula PDKT-an dengan si A, kalau ternyata si A lebih memilih jadian dengan orang lain. Mengsedih.

Nggak curhat kok, nggak. Aku kan sudah punya suami.

"Yasudah Sashi belikan ya, Bi. Abi nggak papa kan Sashi tinggal sendiri?"

"Nggak papa, terima kasih ya, Nak." Aku mengangguk dan meninggalkan kamar rawat Abi berjalan keluar dari rumah sakit ini. Kebetulan tukang buburnya ada tepat di depan rumah sakit, jadinya aku tidak harus berjalan lama.

Aku membeli dua porsi bubur ayam. Satu untuk abi dan satu lagi untuk Sugus. Karena ia belum sarapan. Kalau aku tidak mau makan bubur, karena seperti orang sakit. Aku membeli roti saja di Indoapril dengan susu kotak rasa strawberry. Setelah itu aku kembali ke kamar abi.

"Pasti rasa bubur itu sama bubur rumah sakit beda ya, Bi?" tanyaku, abi mengangguk seraya menikmati bubur yang aku beli.

"Terima kasih ya, Nak," ucap abi yang ku balas dengan senyuman.

Disaat sedang memperhatikan abi makan, pintu kamar rawat terbuka dan muncul Sugus dari sana. Namun saat pandangan kami bertemu, Sugus menutup pintu lagi tidak jadi masuk ke dalam kamar rawat abi. Sugus kenapa ya?

"Sebentar ya, Bi," pamitku pada abi untuk menyusul Sugus. Aku kira Sugus akan duduk di kursi ruang tunggu karena nggak ingin mengganggu aku dan abi, tapi ia malah berjalan cepat sekali, entah kemana. Aku berlari mengejarnya, nggak peduli banyak pasang mata yang sedang memperhatikan kami.

My Coldest GusWhere stories live. Discover now