Bumi Menangis

48.8K 6K 1.2K
                                    

Yang kangen keuwuan Sugus Sashi mari merapat

Yang kangen keuwuan Alan Sashi juga merapa

😂

Ampuuun gaess

Happy reading.

Aku dan Sugus yang kali ini bertugas menjaga abi. Umi dan bunda sudah pulang sejak sore tadi. Jemari Sugus sedang menari di kepalaku, karena kepalaku pusing memikirkan bagaimana harus mengganti uang Aru. Aku baru ingat, mahar yang aku bicarakan pada Aru aku letakkan di kamar Sugus yang ada di ndalem pesantren.

"Sudah enakan?" tanya Sugus. Tentunya ia nggak tahu alasanku pusing begini.

"He'em." Aku membenarkan posisi yang sedang tertidur di paha Sugus menjadi duduk di sofa sejajar dengannya. "Gus, Sashi mau ngemil. Mau nggak Gus antar Sashi ke indoapril depan?" tanyaku. Sebenarnya bukan hanya minta antar saja, melainkan agar Sugus juga yang membayar jajananku nantinya. Pasalnya aku hanya membawa handphone dan dompet tanpa sepeser rupiah pun.

"Yuk. Mumpung Abi sedang istirahat. Sekalian juga cari makan malam. Kamu belum makan, kan?"

Aku mengangguk. "Tapi Sashi lagi malas makan." Begitu lah aku kalau sedang ada yang dipikirkan. Penginnya yang pedas-pedas seperti bakso atau seblak.

"Sashi pengen makan seblak aja, Gus."

"Itu makanan apa?"

Aku menepuk keningku sendiri. "Gus beneran nggak tahu seblak?"

Ia menggeleng. "Dari namanya saja udah aneh."

Aku mengambil handphone pemberiannya, dan mengetikkan kata kunci 'Seblak' di safari. Setelah fotonya muncul aku tunjukkan pada Sugus. "Nih Gus, ini yang namanya seblak. Makanan ini dari Bandung, tapi di Jakarta juga udah banyak banget yang jual. Biasanya seblak ini favoritnya orang yang suka makan pedes," jelasku padanya. Sugus hanya mengangguk. "Berhubung Sashi lagi pusing, kita cari seblak yuk, Gus. Ya ya ya?" Aku menarik lengannya untuk keluar dari kamar rawat abi, mumpung belum terlalu malam.

"Iya iya, ayok kita cari. Tapi janji jangan terlalu pedas."

"Siap Om Jinjja pedas." Aku mengangkat tangan membentuk sikap hormat. Sugus mendelik aku panggil Om. "Maksudnya yang iklan jinjja pedas itu umurnya udah om-om gitu, Gus. Bukan Gus yang kayak om-om," alibiku. Aku takut karena itu Sugus marah dan batal mentraktir aku mencari cemilan di Indoapril.

"Awas kamu ya!" Sugus mencubit hidungku, pasti sudah memerah deh. Nyebelin!

Aku dan Sugus berjalan meninggalkan kamar rawat abi untuk meninggalkan rumah sakit ini. Tentunya aku berjalan nggak di sampingnya, tapi aku sengaja berjalan dua langkah di belakangnya. Aku takut kalau Alan melihat kami bersama.

Sebenarnya aku pusing bukan hanya tentang janjiku pada Aru, tapi juga karena suami dan pacarku berada di satu tempat yang sama. Bagaimana kalau mereka bertemu? Atau kalau mereka melihat aku sedang bersama dengan salah satunya. Iya kalau Alan yang melihat aku dengan Sugus pasti langsung aku jelaskan detik itu juga. Kalau Sugus yang melihatku dengan Alan? Mungkin aku bisa langsung dicerai kali ya. Huaaah, bundaaaa.

Aku juga nggak bisa memungkiri bahwa Sugus itu terlewat tampan. Buah dari aku yang berjalan di belakangnya itu membuat Sugus terlihat berjalan sendirian. Alhasil banyak pasang mata yang memandanginya dengan tatapan mupeng. Nggak tahu saja mereka itu kalau pawangnya Sugus ada di belakangnya.

Angin malam menerpa wajahku saat kami sudah berhasil keluar dari gedung rumah sakit. Walaupun aku pakai baju panjang dan kerudung, tetap saja masih terasa dingin. Sugus yang mengetahui hal itu langsung membuka suara, "Kamu nggak bawa jaket, hm?"

My Coldest GusWhere stories live. Discover now