Perjanjian

16 3 0
                                    

Happy Reading

Minggu pagi, Bryan tidak bisa pergi jalan-jalan bersama Chelsea karena ia mempunyai urusan yang harus diselesaikan. Sehingga, Chelsea pun pergi ke Kanjuruhan lagi untuk jogging sendirian. Bryan mengizinkannya asalkan Chelsea hati-hati. Jika terjadi apa-apa, Bryan meminta Chelsea untuk menghubunginya.

Saat di Kanjuruhan, banyak sekali laki-laki yang menggoda Chelsea. Karena ya ... Chelsea adalah gadis yang sangat cantik. Laki-laki mana yang tidak tertarik padanya. Namun, Chelsea tidak menggubrisnya sama sekali.

Merasa lelah karena jogging terlalu lama, Chelsea pun memutuskan untuk istirahat sebentar di taman bumi Arema.

Dari jauh, terlihat sepasang bola mata tengah mengawasi Chelsea.

“Bukannya itu Chelsea, ya? Kok gak ada pawangnya? Kayaknya lagi sendiri. Oke, ini kesempatan gua buat deketin dia lagi dan minta maaf soal yang dulu,” ucap lelaki tersebut.

Saat sedang asyik menikmati kesendiriannya, tiba-tiba mata Chelsea ditutup oleh tangan dari belakang.

“Aduh, siapa ini? Bercandanya nggak lucu! Jangan gini!” berontak Chelsea.

“Nungguin aku, ya?” ucapnya persis di samping telinga kanan Chelsea.

Chelsea pun terdiam sesaat. Ia seperti tak asing dengan suara tersebut. Namun, sangat sulit baginya untuk mengingatnya.

Chelsea kembali mencoba mengingat suara siapa itu. Ia pun mulai membeku ketika satu nama terlintas di pikirannya.

“Hei, kok diem? Pengen lihat aku langsung, ya?” ucap lelaki tersebut lagi.

Kemudian, lelaki tersebut membuka kedua tangannya dan langsung berdiri di depan Chelsea dengan cepat.

“Hai, cantik. Sendirian aja, boleh aku temenin, nggak?” ucapnya sambil tersenyum.

Chelsea pun langsung terkejut ketika melihat sosok yang selama ini telah ia benci, kini berada lagi di hadapannya.

“Galang ...,” lirihnya.

“Iya, Chelsea. Kenapa? Ini aku, Galang. Kangen ya, sama aku?” Galang terlihat sangat percaya diri—seolah tak mempunyai dosa pada Chelsea.

“Gimana mungkin kamu bisa ada di sini? Bukannya kamu udah ninggalin aku sejak insiden itu, ya?” tanya Chelsea dengan terkejut.

Galang langsung duduk di sebelah Chelsea tanpa aba-aba. Awalnya Chelsea berusaha untuk menjauh, namun gagal. Galang menahannya dan menarik tangannya.

“Jangan pergi, aku mau jelasin sesuatu sama kamu,” tahan Galang.

“Nggak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas! Semua udah terbukti!” tolak Chelsea berusaha memberontak.

“Ini tentang tindakan aku yang sebenarnya di bawah pengaruh Miranda, dan juga tentang penyesalanku setelah tahu kalau kamu sayang sama aku,” tukas Galang dengan cepat.

“Oh, itu. Aku udah tau semuanya dari Mas Bryan,” ucap Chelsea kembali tenang.

“Ohh dia, ya? Tapi, kamu mau 'kan, maafin aku?” tanya Galang penuh harap.

“Ya kalau maafin kamu sih, udah dari lama. Tapi kalau rasa kecewa, marah, dan benci sama kamu, aku nggak bisa hilangin,” jujur Chelsea.

“Kenapa gitu?”

“Nggak semudah itu menghilangkan rasa benci, terutama orang yang selalu ada buat aku, yang selalu nemenin aku tiap hari, tiba-tiba nusuk dari belakang. Bukankah itu menyakitkan?” tukas Chelsea.

Telah PergiWhere stories live. Discover now