Tumbuh Rasa

44 5 1
                                    

Minggu pagi, Galang mengajak Chelsea untuk jalan-jalan ke alun-alun kota Malang karena ia merasa bosan di rumah terus.

Pagi-pagi sekali Galang bangun, lalu segera bergegas untuk mandi, kemudian bersiap menjemput Chelsea. Tepat pukul 07.00 Galang menuju ke rumah Chelsea.

Sesampainya di sana, ia segera mengetuk rumah Chelsea dan setelah Chelsea membukakan pintu, Galang pun masuk. Kemudian, mereka berdua mengobrol sebentar di ruang tamu.

Sesaat kemudian Galang segera mengajak untuk berangkat.

“Chel, berangkat sekarang, yuk. Kalau kesiangan nggak enak, di sana panas,” ajak Galang.

“Iya juga, ya. Ya udah, bentar, ya, aku ngambil tas dulu,” pamit Chelsea.

Galang mengangguk. Setelah mengambil tas, Chelsea segera menuju ke ruang tamu. Kemudian, pergi keluar bersama dengan Galang.

“Pakai motor aja, ya, nggak usah mobil. Katanya kalau naik motor, bisa lebih romantis,” goda Galang sambil menaikkan kedua alisnya.

“Ihh Galang ... apaan, sih. Udah, yuk, berangkat,” ajak Chelsea tersipu malu.

Setelah itu, mereka berdua bergegas berangkat menuju alun-alun kota Malang bersama.

***

Setelah memakan waktu setengah jam perjalanan, akhirnya, mereka sudah sampai di alun-alun kota Malang. Meskipun hari Minggu dan alun-alun kota penuh oleh banyak pengunjung, akan tetapi, tak mengurungkan niat Galang dan juga Chelsea untuk tetap mengunjungi tempat tersebut.

Setelah memarkirkan motor, Galang dan Chelsea pun mengelilingi alun-alun sambil mengobrol dan bercanda.

“Eh, Galang. Kita ke dekat air mancur, yuk.  Kayaknya di sana ada bangku yang kosong, deh,” ajak Chelsea.

“Iya, kayaknya ada. Ya udah, ayo ke sana cepet, sebelum nanti keduluan orang lain,” usul Galang.

Mereka berdua pun berlari sedikit terburu-buru menuju bangku di sebelah air mancur yang merupakan pusat alun-alun kota Malang.

Sesampainya di tempat, mereka segera duduk.

“Chel, capek nggak?” tanya Galang santai.

“Capeklah, orang dari kepanjen ke sini setengah jam, di jalan kena macet, terus aku naik motor serasa mau jatuh, terus keliling-keliling alun-alun udah mulai panas. Gimana nggak capek?” keluh Chelsea sambil memasang muka masam.

“Salah sendiri, ngapain baik motor kamu nggak pegangan?” tanya Galang menahan tawa.

“Yaa ... aku takut aja mau pegangan. Takut kalau nggak kamu bolehin,” cetus Chelsea asal.

“Hahaha kamu lucu banget, sih. Jelas boleh, dong. Udah, nanti kalau pulang harus pegangan pokoknya, ya,” ucap Galang sambil menatap Chelsea.

“K-kamu serius? Emangnya boleh?” tanya Chelsea terkejut.

“Ya seriuslah, ngapain bercanda. Ya boleh-boleh aja, sih. Orang pegangan masa nggak boleh. Lagi pun 'kan, juga buat keselamatan.”

Karena merasa deg-degan, Chelsea pun tak menanggapi omongan Galang dan hanya mengangguk saja.

“Oh ya, tunggu sini bentar,” ucap Galang.

“Issh pergi ke mana lagi? Baru juga nyampe,” gerutu Chelsea.

“Udah, diam di sini, ya, Chelsea cantik,” ucap Galang lembut sambil tersenyum.

Tanpa menunggu jawaban dari Chelsea, Galang segera bergegas pergi entah ke mana.

Sambil menunggu kedatangan Galang, mata Chelsea melamun dan entah apa yang tengah ia pikirkan.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba lamunan Chelsea pun buyar.

“Duarr!!”

“Ada kucing jatuh!” latah Chelsea. “Iih apaan sih, Galang?! udah tahu aku lagi melamun malah dikagetin,” gerutu Chelsea.

“Salah sendiri. Siapa suruh melamun di tempat yang ramai kayak gini,” sahut Galang.

“Ya habisnya, aku sendirian nggak ada temennya ngobrol.”

“Hmm terserah deh.”

“Emang kamu dari mana, sih?” tanya Chelsea penasaran.

“Ini, aku beli boba sama martabak dan terang bulan. Kamu suka, nggak?” ucap Galang sambil duduk di dekat Chelsea.

Chelsea terdiam sebentar.

“Kok diem? Kamu nggak suka, ya, aku beliin?” tanya Galang sedih.

“Eh, bukan gitu, Galang. Aku bingung kamu tahu dari mana kalau ini tuh makanan kesukaan aku,” jujur Chelsea.

“Mungkin kebetulan. Udahlah, yuk makan. Aku suapin,” ucap Galang lembut.

“Eh, jangan. Kaya anak kecil,” tolak Chelsea tiba-tiba.

“Setiap orang yang disuapin itu bukan berarti anak kecil. Dan ada kalanya yang mau menyuapi itu ingin menunjukkan rasa sayangnya pada orang yang mau disuapin,” jelas Galang.

“Ha? Rasa sayang? Galang sayang sama gua? Nggak nggak nggak! Gua gak boleh berharap lebih. Gua cuma sahabatan sama dia,” batin Chelsea.

“Rasa sayang? Maksud kamu?”

“Ya rasa sayang sebagai sahabat. Kamu tuh sahabat aku, Chelsea. Kamu selalu ada buat aku. Jadi, biarin aku nyuapin kamu sebagai ungkapan rasa sayang aku ke sahabat aku,” pinta Galang dengan tulus.

“Tuh, 'kan, rasa sayang sebagai sahabat. Aduh, Chel, lu jangan pernah berharap lebih!” batin Chelsea lagi.

Tanpa menunggu, Galang segera menyuapi Chelsea, dan Chelsea pun tak menolak sedikit pun. Mereka menyuapi dengan bergantian. Setelah selesai, mereka pun minum bersama.

Saat Chelsea tengah menikmati minuman sambil menatap ke air mancur, tiba-tiba ada tangan yang mengusap lembut di bibirnya. Sontak itu membuat Chelsea terkejut.

“Ehh?”

Chelsea melihat siapa yang tengah mengusap bibirnya. “Galang?”

“Ada bekas minuman yang nempel di bibir kamu, makanya aku beresin,” ucap Galang sambil tersenyum.

Bukannya menjawab, Chelsea malah terdiam tak menyangka dengan perlakuan Galang. Seketika jantungnya berdetak sangat kencang.

“Kenapa jantung gua malah kayak gini, sih? Jadi gak karuan. Ini pertama kalinya gua diberlakukan kayak gini. Apa ini yang dinamakan rasa suka? Tapi, apakah secepat ini? Tapi jujur, Galang memang selalu baik sama gua, dan gua gak bisa membohongi perasaan gua sendiri. Kalau emang ini perasaan suka, lebih baik gua pendam dalam diam aja. Terlalu cepat kalau gua ungkapin, karena kodrat cewek 'kan dikejar, bukan mengejar. Gua gak bakal jujur ke Galang sebelum dia jujur ke gua. Ya itu pun kalau dia juga punya rasa sama gua,” batin Chelsea.

“Chelsea, Chelsea?” panggil Galang.

“Eh, Galang. Maaf, aku tadi lagi nggak fokus. Makasih, ya, jadi ngerepotin,” ucap Chelsea sambil menunduk malu.

“Iya, sama-sama. Nggak ngerepotin, kok. Udah jadi tugas sahabat untuk saling membantu, 'kan?”

Chelsea tersenyum.

“Oh ya, kita habisin dulu makanannya, ya. Habis itu kita istirahat sebentar, lalu keliling-keliling buat foto-foto,” usul Galang.

Chelsea hanya mengangguk sambil tersenyum manis.

“Galang, aku semakin yakin kalau aku mulai suka sama kamu, dan biarkan aku memendam ini dalam diam. Karena dalam diamku, hanya akulah yang memilikimu,” batin Chelsea.

***

Kamu salah karena telah menyukai dia, karena dia bukanlah orang yang baik untuk kamu.

***

Hallo, kembali lagi dengan cerita "TELAH PERGI".
Jika kalian membaca part ini, MinMey mau mengucapkan terima kasih, ya!
Dan ...
Silakan penuhi komentar dengan hal-hal yang membangun!

Telah PergiWhere stories live. Discover now