Terjadi

28 5 2
                                    

Happy Reading, Guys!

Hari itu, Galang dan Miranda berencana untuk pergi ke sebuah cafe yang terletak di kota Kepanjen. Saat Galang tengah bersiap-siap, ponselnya malah berdering lantaran Chelsea yang meneleponnya. Karena merasa penting, Galang pun mengangkat telepon tersebut.

Ternyata, Chelsea bermaksud mengajak Galang untuk keluar. Akan tetapi, Galang sudah ada acara. Sehingga, Chelsea pun mengurungkan niatnya.

“Yah ... ternyata kalau udah mau ke cafe. Pasti udah ada janjian, tuh gak tahu sama siapa. Terus, gua gimana? Secara ... gua pengen banget ketemu Galang. Entah kenapa tiba-tiba kangen aja. Apa kira-kira dia sekarang pergi sama Miranda, ya? Tapi ... tadi gak ngomong. Mungkin cuma kumpul sama temennya. Okelah, gua samperin ke sana aja. Kalau nanti Galang nongkrong sama temennya 'kan, gua bisa lihat Galang dari jauh,” gumam Chelsea.

Setelah itu, ia bergegas mandi dan bersiap untuk menyusul Galang ke cafe.

***

Setengah jam kemudian, Galang telah tiba di rumah Miranda. Mereka pun langsung menuju cafe karena tak ingin membuang waktu. Ditambah lagi cuaca hari itu mendung, mereka takut jika akan kehujanan di jalan.

Sesampainya di cafe, Galang langsung mengajak Miranda untuk masuk cafe karena takut turun hujan.

Mereka mengambil meja nomor tiga, lalu memesan minuman serta makanan. Tak lama kemudian, pesanan mereka pun datang.

“Ayo, Mir, makan sama minum dulu. Nanti nyatai kalau udah kenyang 'kan enak,” ajak Galang.

“Iya juga, ya. Ya udah, ayo.”

Mereka pun tampak melahap makanan bersama-sama. Beberapa saat kemudian, makanan mereka pun telah habis. Hanya tersisa jus di depan mereka. Lalu, mereka pun kembali basa-basi.

“Oke, ini waktunya yang tepat,” batin Galang.

“Miranda,” panggil Galang pelan.

“Iya, kenapa Galang?” tanya Miranda sambil memperhatikan wajah Galang.

“Kamu bisa tutup mata bentar, nggak? Aku mau nunjukkin sesuatu nih, sama kamu,” pinta Galang.

“Ya udah, oke.”

Ketika Miranda mulai menutup mata, Galang terlihat tengah mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian, ia taruh di depan Miranda sambil memegangnya dengan erat.

“Sekarang buka mata,” pinta Galang lagi.

Ketika Miranda membuka mata, perlahan ia terkejut dan bertanya-tanya apa maksud Galang memberikan itu.

“Galang ... ini maksudnya apa?”

Sebelum menjawab, Galang pun meraih tangan kanan Miranda.

“Maaf jika menurut kamu aku terkesan tidak romantis. Hanya ini yang bisa kuberbuat. Tapi ketahuilah ... aku tulus sama kamu, Mir. Aku mulai tertarik sama kamu saat pandangan pertama. Lama-kelamaan, aku menjadi penasaran ... dan kebersamaan kita yang semakin dekat, membuatku timbul rasa sayang dan rasa nyaman, hingga mengubahnya menjadi cinta. Miranda, aku serius sama kamu, aku tulus sama kamu. Kamu mau nggak, jadi pacar aku?” ucap Galang panjang lebar.

Pengakuan dari Galang sukses membuat Miranda menjadi salah tingkah dan jantungnya berdetak sangat kencang.

“What?! Apa Galang serius? Gua gak nyangka banget ditembak kayak gini!” batin Miranda.

“Galang ... apa kamu serius sama ucapan kamu?” tanya Miranda memastikan.

“Iya, Mir, aku serius. Aku nggak pernah main-main soal perasaan. Kalau kamu terima aku, tolong kamu terima pemberian dari aku ini, ya,” pinta Galang.

Miranda tampak mengambil napas dalam sesaat, kemudian mengembuskannya dengan perlahan. Tangannya pun terlihat mengambil sesuatu dari tangan Galang.

“Iya, Galang, dengan senang hati aku terima kamu,” ucap Miranda dengan tersenyum.

“Kamu serius? Kamu nggak bohong, 'kan?” tanya Galang karena setengah tak percaya dengan jawaban Miranda.

“Nggak mungkin juga aku bohong soal perasaan,” ucap Miranda dengan tersenyum.

“Terima kasih ya, Mir, kamu udah percaya sama aku,” ucap Galang sambil mencium tangan kanan Miranda.

“Iya, sama-sama. Makasih juga untuk ini,” balas Miranda sambil memegang pemberian dari Galang.

“Iya, sama-sama,” ucap Galang tersenyum manis.

Kemudian, Miranda pun menyimpan pemberian Galang di tempat duduk sebelahnya, yaitu sebuah buket bunga yang berisikan bunga mawar buatan yang terbuat dari kain flanel yang di tengahnya terdapat sebuah boneka Doraemon kecil yang imut dan lucu. Di pinggir boneka dihiasi oleh coklat SilverQueen dan dilanjutkan dengan dihiasi bunga di bagian terluarnya. Sungguh indah

Kemudian, Galang dan Miranda pun melanjutkan obrolan mereka sambil bercanda dan tertawa ria.

***

Di lain tempat di waktu yang sama, terlihat seorang gadis yang tengah berlari terburu-buru selepas naik taksi karena motornya sedang berada di bengkel.

“Aduh, ini udah turun hujan rintik-rintik. Gimana, dong? Harus buru-buru masuk cafe,” ucapnya.

Saat sudah berada di dekat cafe, Ia pun melihat ke arah tempat parkir.

“Nah, itu motornya Galang. Berarti dia udah di sini. Oke, langsung masuk aja, deh,” ucapnya lagi.

Namun, langkahnya pun terhenti tatkala ia melihat sepasang kekasih tengah bercanda tawa penuh kebahagiaan di dalam cafe.

“Galang ... Miranda ... ternyata kalian ...,” lirih gadis tersebut.

Air matanya pun mulai menetes. Siapa lagi kalau bukan Chelsea. Terselip rasa cemburu di hatinya karena Galang bersama orang lain dan telah memilih orang lain dan bukan dirinya. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Sungguh menyakitkan, bukan?

“Kenapa gua merasa gak asing dengan keadaan ini?” tanyanya pada dirinya sendiri.

Chelsea pun kembali mengingat apa yang pernah terjadi.

“Mimpi itu ... mimpi itu ... benar-benar jadi nyata sekarang. Tidak!” teriak Chelsea lirih.

Tiba-tiba, hujan pun mulai turun dengan derasnya—tak mau mengasihi seorang Chelsea yang tengah berdiri lemas menyaksikan peristiwa yang membuat sakit di hatinya.

Kini, Chelsea pun tengah berdiri di tengah derasnya hujan tatkala melihat sepasang kekasih yang tengah bercanda tawa penuh bahagia. Yang ia rasakan saat itu adalah hatinya sangat hancur melihat kebersamaan sepasang kekasih itu.

“Aduhh ... kenapa hati gua rasanya sakit, napas gua sesak?” tanya Chelsea pada dirinya sendiri.

Tanpa disadari, air matanya pun menetes dengan derasnya—bersamaan dengan hujan. Saat itu juga ia tengah mendengarkan musik berjudul Kiss The Rain melalui earphone yang terpasang di telinganya, dan saat itu tengah menunjukkan lirik yang begitu mendalam.

I never had your love
And I never will
So why am I still here in the rain

Seolah lirik tersebut juga tengah menggambarkan perasaannya saat ini

“Rasanya sakit. Gua gak bisa nahan lagi. Gua benci hujan, gue benci!” teriak Chelsea sambil menangis.

Deru napas Chelsea semakin cepat, ia seakan tak bisa bernapas normal lagi. Mimpinya benar-benar menjadi nyata. Ketakutan yang selama ini selalu membayangi pikirannya pun menjadi nyata. Tiba-tiba, ia merasakan tubuhnya lemah seketika. Tanpa disadari, tubuhnya yang basah kuyup karena terkena hujan pun terjatuh.

***

Selamat malam, all.
Lontarkan tanggapan kalian di komentar, yuk!

Telah PergiWhere stories live. Discover now