Pergi ke Pantai

16 3 0
                                    

Happy Reading~

Dua hari kemudian, keadaan Chelsea sudah benar-benar sehat. Namun, Bryan masih tetap melarangnya untuk bersekolah. Ia takut jika Miranda akan berbuat nekat lagi, dan selama Chelsea tidak masuk, Bryan mengizinkannya kepada kepala sekolah bahwa Chelsea tengah berkunjung ke mama dan papanya di luar kota, dan kepala sekolah pun percaya.

Bryan terpaksa melakukan hal itu. Karena jika iya mengatakan bahwa Chelsea sakit, ia takut pihak sekolah akan menjenguk Chelsea. Terlebih Chelsea merupakan murid yang sangat terpandang di sekolah tersebut karena kepintaran serta keramahannya pada semua orang. Juga ia sangat cantik sekali.

“Mas Bryan ... jadi kapan aku boleh sekolah?” tanya Chelsea penuh harap.

“Senin aja sekalian, ya. Sekarang 'kan masih Sabtu,” ucap Bryan santai.

“Beneran, ya, Senin aku boleh masuk?” tanya Chelsea memastikan.

“Iya, Chelsea,” ucap Bryan dengan lembut.

“Makasih. Mas Bryan baik banget, deh.”

Bryan hanya tersenyum. Setelah itu, ia kembali membuka mulut.

“Oh ya Chelsea, kalau misal besok aku ajak kamu ke pantai, mau nggak?” tanya Galang sambil melahap cemilannya saat sedang menonton TV bersama Chelsea di rumah Chelsea.

“Waah pantai. Mau banget, Mas. Aku pengen banget ke sana, tapi nggak pernah ada yang nemenin. Dan aku di sana juga pengen sambil ngelihat senja gitu. 'Kan indah,” jujur Chelsea.

“Oke, jadi kamu mau, ya?”

“Iya, mau banget!” jawab Chelsea antusias.

“Ya udah, besok kita pergi, ya. Bawa mobil aja biar nggak panas kalau kena macet di jalan,” ucap Bryan.

“Aku nurut Mas Bryan aja. Tapi mau ke pantai mana, Mas?”

“Ke Kondang Merak, mau nggak? Di sana lumayan sepi, loh, biasanya. Soalnya para pengunjungi pada pindah ke Balekambang sama Nganteb,” usul Bryan.

“Kondang Merak, ya? Mau banget!”

“Ya udah, kalau gitu sekarang kita prepare, ya. Mumpung masih jam tujuh malam. Besok pagi aku jemput kamu,” ucap Bryan.

“Emang mau berangkat jam berapa, Mas?” tanya Chelsea heran.

“Jadi agendanya gini. Besok habis subuh aku udah ke rumah kamu. Terus jam lima kita berangkat, nanti kalau nggak macet jam tujuh kita udah sampai. Kalau macet, jam delapan kita baru sampai. Ya seenggaknya 'kan belum panas banget. Nanti kita di sana bisa puas-puasin dulu. Kalau suasananya udah panas banget, kita neduh makan dulu di sana sambil bersih-bersih diri. Terus sekiranya udah sekitar jam dua lebih baru kita kembali foto-foto atau nikmatin keadaan di sana. Gimana?” usul Bryan panjang lebar.

“Wah! Planning-nya good banget! Aku setuju. Mas Bryan emang pinter, ya, ngatur rencana,” puji Chelsea.

“Biasa aja.”

“Ya udah, yuk, kita prepare,” ajak Chelsea.

Setelah itu, mereka berdua pergi keluar sebentar untuk mencari kebutuhan yang mereka perlukan untuk ke pantai besok pagi. Malam itu, mereka disibukkan untuk persiapan pergi ke pantai.

“Besok adalah hari yang spesial. Gua harus mempersiapkan semua dengan baik!”

***

Minggu pagi telah tiba. Sebelum pukul lima, Bryan telah sampai di rumah Chelsea. Mereka masukkan barang-barang yang diperlukan ke bagasi mobil milik Bryan.

“Chel, ini udah semua, 'kan?” tanya Bryan sambil memeriksa barang-barang di bagasi.

“Iya, Mas, udah semua, kok.”

“Oke, berarti kita tinggal berangkat, ya?”

“Iya, Mas.”

“Ya udah, ayo.”

Setelah itu, mereka berdua pun menaiki mobil dan menuju pantai.

***

Dua jam setengah telah berlalu, kini mereka telah sampai di Pantai Kondang Merak. Setelah membayar tiket, Bryan pun memarkir mobilnya.

“Barang-barang itu ditaruh mobil, apa kita nyari tempat berteduh aja?” tanya Bryan.

“Jangan dibawa semua, Mas. Kita bawa yang kita perlu aja. Kayak dompet, HP, dan kacamata itu aja. Kalau untuk pakaian nggak usah, ditaruh di mobil aja. Nanti baru kalau mau ganti atau mau apa, baru kita ambil. Takutnya nanti kalau kita cari tempat berteduh, pas kita tinggal foto-foto malah hilang,” usul Chelsea.

“Iya juga sih, ya, kamu bener. Ya udah, kalau gitu ayo kita ke tepi pantai,” ajak Bryan.

Chelsea mengangguk bahagia.

Setelah membereskan barang-barang yang akan mereka bawa sambil berkeliling di tepi pantai, mereka langsung bergegas ke tepi pantai untuk menikmati indahnya Pantai Kondang Merak. Mereka bermain dengan ombak juga pasir pantai sambil mengabadikan momen bersama.

“Udaranya sejuk banget ya, Mas, kalau masih jam segini. Kebetulan hari ini sepi,” ucap Chelsea sambil tersenyum bahagia menikmati suasana pantai.

“Iya, untung berangkatnya kita nggak kesiangan. Iyalah, karena pantai yang ramai 'kan di Balekambang sama Nganteb. Biasanya kalau di sini sama Ungapan lebih sepi.”

“Iya juga, sih.”

“Gimana perasaan kamu? Seneng nggak?” tanya Bryan.

“Bangetlah, seneng banget malahan. Apalagi bisa ke sini sama mas Bryan, kayak serasa spesial banget gitu,” ucap Chelsea tersenyum manis.

“Syukurlah, aku senang bisa buat kamu bahagia,” ucap Bryan turut tersenyum.

“Makasih banyak ya, Mas.”

“Iya, sama-sama.”

Mereka pun menikmati indahnya pantai pagi itu sambil bersenang-senang. Tak terasa waktu siang telah tiba, di mana saat itu sedang panas-panasnya pantai.

“Chel, udah siang, nih, panas banget. Kita berteduh, yuk. Kita salat, habis itu kita makan siang. Mau nggak?” ajak Bryan.

“Iya, Mas, ayo.” Chelsea pun setuju.

Setelah itu, mereka segera bersih-bersih diri untuk menunaikan salat dzuhur yang kebetulan ada mushola kecil di sekitar pesisir pantai. Setelah itu, mereka pun makan siang bersama di kafe yang terletak di pantai tersebut.

Tak terasa, kini sudah jam tiga sore. Galang dan Chelsea duduk di tempat yang teduh sambil melihat pantai.

“Nggak kerasa ya, udah sore. Tadi sih, antrenya lama banget mau wudu,” keluh Bryan.

“Iya juga, sih. Eh, ini udah sore. Kita mandi, yuk. Sekalian salat ashar. Nanti habis itu kita beli makanan ringan sambil keliling-keliling pantai nikmatin suasana sore di sini. Mau nggak?” ajak Bryan lagi.

“Wahh boleh juga tuh, Mas.”

Mereka pun bergegas mengambil pakaian di mobil, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, mereka melanjutkan untuk salat. Setelah selesai, mereka kembali ke mobil.

Lalu, mereka pun segera pergi untuk mencari makanan ringan. Chelsea menginginkan boba dan juga roti bakar. Alhasil, mereka membeli boba dan roti bakar. Lalu mereka menikmatinya sambil duduk dan melihat indahnya pantai saat sore hari.

Tak terasa, boba dan juga roti bakar mereka telah habis. Bryan pun teringat sesuatu.

“Jam lima lebih, nih. Habis ini senja pas di puncaknya. Waktunya gua ngejalanin misi,” batin Bryan.

Telah PergiWhere stories live. Discover now