Akrab

40 4 1
                                    

Happy Reading, guys!

Setelah keheningan yang lumayan lama, lalu Galang kembali membuka obrolan.

“Kamu ke sini sama siapa, Mir?”

“Aku sendirian,” ucap Miranda pelan sambil fokus pada ponselnya.

“Kenapa sendirian? Ini kan udah malam. Nggak baik loh, kalau cewek keluar malam sendirian, bahaya. Takutnya ada apa-apa di jalan,” peringat Galang sambil menyeruput kopinya.

“Ya aku dah biasa, sih, ke mana-mana sendiri, ngelakuin apa-apa sendiri. Soalnya aku nggak punya temen, sahabat pun nggak punya,” ucap Miranda sambil meletakkan ponselnya dan mulai memakan roti coklat bakar miliknya.

“Kenapa gitu?” tanya Galang mengentikan aktivitas makannya.

“Aku juga nggak tahu. Nggak ada satu pun cewek yang mau temenan sama aku. Bahkan nggak satu pun cowok juga yang mau deket sama aku. Baru pertama kali ini aku ketemu kamu dan ada cowok yang mau ngajak ngobrol aku, mau ngajak kenalan aku,” jelas Miranda.

“Ternyata yang merasa kalau nggak punya temen bukan cuma gua. Ternyata masih ada orang lain yang nasibnya lebih parah daripada gua. Gua masih punya Chelsea sebagai sahabat gua. Sedangkan Miranda? Dia gak punya sama sekali. Nasibnya jauh lebih kasihan,” batin Galang terlihat simpati mendengar penuturan Miranda.

“Ohh ... gitu, ya. Kalau mereka aku, sih, semua orang berhak untuk bahagia, juga berhak mendapatkan kebahagiaan dari orang lain. Kalau misal mereka nggak mau temenan sama kamu, sama aja dong, mereka melanggar hak orang lain. Iya nggak, sih?” tanya Galang sambil melanjutkan makan.

“Iya juga,” ucap Miranda sambil mengangguk.

“Kamu keberatan, nggak, kalau misal aku jadi sahabat kamu?” tanya Galang tiba-tiba.

“Serius, Galang? Ka-kamu nggak bercanda, 'kan?” tanya Miranda sambil menatap mata Galang karena terkejut.

“Enggak kok, aku serius,” ucap Galang sambil menatap mata Miranda dengan tersenyum.

“Aku mau bangetlah, Galang,” ucap Miranda dengan senang sambil masih menatap mata Galang.

“Serius, kamu mau?” tanya Galang meyakinkan.

“Iya, aku mau banget,” ucap Miranda dengan mantap.

“Oke. Jadi, mulai sekarang kita sahabat, ya. Kalau kamu ada apa-apa, kamu tinggal bilang aja ke aku. Kalau kamu ada masalah, kamu juga cerita sama aku,” jelas Galang sambil tersenyum.

“Iya, Galang. Makasih, ya. Kamu juga gitu. Kalau ada apa-apa, jangan lupa cerita ke aku, ya. Kalau ada apa-apa juga bilang ke aku,” ucap Miranda lagi.

“Siapp! Oh ya, aku boleh minta nomor WhatsApp kamu nggak? Biar kalau kontekan bisa mudah,” tanya Galang basa-basi.

“Ohh boleh boleh.”

Kemudian, Miranda pun menyebutkan nomor WhatsApp-nya, dan Galang mencatatnya.

“08567*******.”

“Oke, udah. Thanks, ya. Nanti aku chat kamu,” ucap Galang.

“Iya, sama-sama,” jawab Miranda dengan senang.

“Oh ya Galang, kamu ke sini juga sendirian?” tanya Miranda tiba-tiba.

“Iya, aku juga sendiri. Aku juga nggak punya temen. Aku cuma punya satu sahabat, dan sekarang pasti dia udah tidur. Sebenernya tadi aku mau ke sana. Cuma aku nggak mau ngganggu dia tidur,” tukas Galang sambil menghabiskan makanannya.

“Ohh gitu. Ya udah,” ucap Miranda sambil mengangguk.

“Oh ya, kalau boleh tahu ... kamu sekolah di mana?” tanya Galang.

“Aku sekolah di SMAN 1 Kepanjen,” ucap Miranda santai sambil menghabiskan makanannya.

“Kamu serius?!” tanya Galang dengan terkejut.

“Iya, aku serius. Emang kenapa? Ada yang aneh, ya?” tanya Miranda mengerutkan keningnya.

“Bukan gitu, Mir. Tapi ... aku juga sekolah di sana,” tukas Galang pelan.

“Serius, Galang?!” Kini berganti Miranda yang terkejut.

“Iya,” ucap Galang sambil mengangguk.

“Kamu nggak bohong?” tanya Miranda lagi.

“Enggaklah, buat apa juga aku bohong?”

“Tapi ... kok aku nggak pernah lihat kamu di sekolah, ya? Padahal, udah hampir satu tahun 'kan, kita sekolah di sana?” heran Miranda.

“Jadi ... aku tuh baru pindah ke sekolah situ. Masih dapat beberapa hari, sih,” jelas Galang sambil menghabiskan kopinya.

“Ohh gitu, ya. Wajar, sih, kalau aku nggak pernah lihat kamu. Ternyata kamu masih baru pindah,” tukas Miranda sambil turut menghabiskan minumannya.

“Iya gitu.”

“Oh ya kalau boleh tahu, kamu di kelas apa?” tanya Miranda pada Galang.

“Aku di kelas X IPS 1.”

“Oh iya iya. Kalau aku di kelas X IPS 4,” ucap Miranda lagi.

“Ohh ... emang sih, kelas kita agak jauhan gitu jaraknya. Pantesan kamu nggak pernah lihat aku,” ucap Galang sambil tertawa kecil.

“Iya juga, sih.”

“Eh, Mir. Udah malam, nih. Pulang, yuk,” ajak Galang sambil melihat jam tangannya.

“Boleh, deh. Tapi ... emangnya masih ada taksi yang beroperasi malam-malam gini? tanya Miranda bingung.

“Oh iya lupa. Tadi 'kan, kamu naik taksi. Ya udah, ayo aku anterin aja, sekalian biar tahu rumah kamu juga,” goda Galang sambil tersenyum.

“Nggak usah, Galang. Aku nggak mau ngerepotin kamu,” tolak Miranda dengan halus.

“Nggak kok, nggak ngerepotin. 'Kan aku niatnya pengen nolongin kamu. Masa kamu mau mengabaikan niat baik seseorang, sih? Bukannya nggak boleh, ya, nolak rezeki?” canda Galang.

“Iya, sih. Tapi ... kamu yakin beneran nggak papa? Nanti kalau pacar kamu ngambek gimana?” tanya Miranda terlihat takut.

“Hahaha! Miranda-Miranda. Aku nggak punya pacar. Udah, santai aja,” ucap Galang sambil tertawa.

“Ha? Kamu serius ... nggak punya pacar?” tanya Miranda meyakinkan.

“Iya, Miranda yang cantik. Beneran, aku nggak bohong. Palingan juga kamu yang punya pacar,” goda Galang sambil tertawa.

“Ehh enak aja. Aku juga nggak punya pacar,” cerca Miranda dengan wajah kesal.

“Emm iya-iya, aku percaya, kok. Udah, yuk aku anter. Aku anter kamu sampai tempat tujuan,” goda Galang sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Hmm ya udah, aku nurut,” ucap Miranda dengan menurut.

Setelah itu, mereka berdua keluar dari cafe bersamaan menuju tempat parkir. Setelah Galang menaiki motornya, disusul oleh Miranda yang duduk di belakang Galang.

“Siap, ya?!” tanya Galang.

“Iya, siap!” ucap Miranda.

“Pegangan, dong, nanti jatuh,” perintah Galang.

“Gak usah, Galang. Nggak bakal jatuh, kok,” tolak Miranda pelan.

“Ya udah, deh, terserah kalau gitu.”

Setelah itu, Galang mulai menjalankan motornya menuju rumah Miranda untuk mengantar Miranda pulang.

***

“Lu salah karena udah mengenal dia. Bahkan lu salah karena udah bersahabat dengan dia!”

***

Hallo, kembali lagi di cerita Telah Pergi.
Yuk, penuhi kolom komentar part ini!

Telah PergiWhere stories live. Discover now