Prolog

140 13 3
                                    

Suatu sore, terlihat seorang gadis bernama Chelsea Anggia Kartika tengah berdiri di tengah derasnya hujan tatkala melihat sepasang kekasih yang tengah bercanda tawa penuh bahagia. Namun anehnya, ia tak dapat melihat dengan jelas siapa sepasang kekasih tersebut. Akan tetapi, yang ia rasakan saat itu adalah hatinya sangat hancur melihat kebersamaan sepasang kekasih itu.

“Aduhh ... kenapa hati gua rasanya sakit, napas gua sesak?” tanya Chelsea pada dirinya sendiri.

Tanpa disadari, air matanya pun menetes bersamaan dengan hujan. Saat itu juga ia tengah mendengarkan musik berjudul Kiss The Rain melalui earphone yang terpasang di telinganya, dan saat itu tengah menunjukkan lirik yang begitu mendalam.

I never had your love
And I never will
So why am I still here in the rain

Seolah lirik tersebut juga tengah menggambarkan perasaannya saat ini

“Rasanya sakit. Gua gak bisa nahan lagi. Gua benci hujan, gua benci!”
Deru napas Chelsea semakin cepat, ia seakan tak bisa bernapas normal lagi. Tiba-tiba, ia merasakan tubuhnya lemah seketika. Tanpa disadari, tubuhnya yang basah kuyup karena terkena hujan pun terjatuh.

Tiba-tiba Chelsea membuka buka mata dengan terkejut.

“Hah!” Seketika ia terbangun.

“Ternyata hanya mimpi,” gumamnya.

“Tapi, kenapa gua beneran nangis? Kenapa gua sampai mimpi itu, dan rasanya seperti nyata? Kenapa saat gua melihat mereka, hati gua sakit—seakan gua cemburu. Padahal, saat ini gua gak punya pacar. Gua gak deket sama siapa pun, gua juga gak lagi suka sama siapa pun. Kenapa bisa ada mimpi itu? Atau hanya bunga tidur?

Tapi, kenapa rasanya pas di mimpi itu napas gua sesak—seakan ada yang gak ngebolehin gua bangun? Hmm ya udahlah, semoga cuma bunga tidur belaka. Gua gak mau mikir terlalu jauh. Ha? Udah jam segini! Gua harus buru-buru mandi sama sarapan, daripada nanti telat,” ucap Chelsea panjang lebar.

Setelah itu, Chelsea segera bergegas bangun dari tempat tidur untuk mandi dan juga sarapan. Setelah selesai, ia pun pergi ke sekolah menaiki motor matic-nya.


***


Sesampainya di sekolah, Chelsea segera menuju kelas. Di sana sudah ada Riska—sahabat Chelsea yang telah menantinya.

“Hai, Chelsea! Kenapa murung gitu, sih, pagi-pagi? Lu sakit?” tanya Riska saat mereka telah duduk berhadapan.

“Nggak kok, cuma gua masih agak kepikiran gitu sama mimpi gua.”

“Emang lu mimpi apa?”

“Gimana, ya? Mimpinya tuh aneh. Tiba-tiba gua udah di depan cafe, pas cuacanya itu hujan deras, tapi gua gak bawa payung. Gua lihat ada pasang kekasih di cafe itu lagi bercanda gitu, kelihatan bahagia. Tapi gua gak ngerti kenapa yang gua rasain tuh sakit banget, sama napas gua rasanya sesak pas ngelihat kebersamaan mereka. Anehnya, gua gak ngerti mereka siapa, gak terlalu jelas wajah mereka. Terus pas itu, gua lagi dengerin lagu Kiss The Rain. Itu 'kan, lagu favorit gua, pas liriknya itu menyentuh banget. Kebetulan pad lagi hujan dan gua nangis. Jadi, itu kayak menggambarkan suasana hati gua saat itu. Padahal, gua 'kan, gak punya pacar. Terus, cowok itu siapa? Kenapa gua bisa sakit hati lihat dia sama cewek lain?”

“Ha? Ya Allah, Chel, itu tuh cuma bunga tidur. Lagian, lu juga ngapain mikirin mimpi gak jelas kayak gitu. Itu cuma malah bikin lu kepikiran, tahu gak. Udah, lupain aja.”

“Hmm oke deh, gua akan coba.”

Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi, dan mereka segera mengikuti pelajaran.


***


Dua jam telah berlalu, dan pelajaran telah usai. Kini tibalah waktunya untuk para siswa SMAN 1 Kepanjen untuk istirahat.

“Eh, Chel, kantin, yuk,” ajak Riska.
Belum sempat Chelsea, menjawab sudah terdengar suara seorang lelaki yang masuk ke kelas mereka.

Lelaki tersebut menghampiri Riska dan langsung menggandeng tangannya. Kantin, yuk, ajaknya.

“Eh, udah dateng. Sorry, ya, Chel. Ternyata gua udah diajak kantin duluan sama Revan. Lu mau ikut, gak?”

“Gak usah, deh, Ris. Gua mau di kelas aja.”

“Oh, ya udah kalau gitu. Gua pergi dulu, ya, bye.”

Tanpa menjawab, Chelsea hanya mengangguk.

“Huh! Lagi-lagi gua sendiri, ditinggal sendirian. Kapan, ya, gua bisa kayak Riska? Punya pacar satu sekolahan, jadi gak kesepian. Hedehh ngehayal aja terus. Mana ada yang suka sama gua? Tampang gua aja pas-pasan, masih cantik Riska. Tahu, deh,” gerutu Chelsea. Setelah itu, ia pun kembali membaca buku di kelas.

“Kamu selama ini nggak sendiri. Aku selalu ada untukmu, dan akan selalu menjagamu,” gumam seseorang dari jauh.


***


Siangnya saat Chelsea hendak pulang, tiba-tiba hujan datang dengan derasnya. Membuat langkahnya terhenti di koridor.

“Ihh, kenapa hujan, sih? Gimana mau pulang? Udah gua gak bawa mantel hujan. Masa iya mau naik motor sambil hujan-hujanan? Kan mata gua pedas gak bisa ngelihat jalan. Ntar kalau kecelakaan gimana?”

Alhasil, mau tidak mau Chelsea harus duduk di koridor dan menunggu hujan reda.

“Hujan itu memang mengganggu. Gua benci hujan, benci banget!”

Tiba-tiba, matanya terpusatkan pada beberapa siswa yang terlihat berpasang-pasangan sambil memegang payung.

“Huh! Uwuw-uwuwan aja terus di sekolah. Gak tau apa yang jomblo gini ikutan iri. Sad banget. Kapan, ya, gua bisa kayak mereka. Pas hujan-hujan, terus sama cowoknya dipayungin. Kayaknya hidup gua gak seberuntung mereka. Ya cuma gini-gini aja.”

Saat ia menoleh ke samping kiri, tiba-tiba sudah ada sebuah mantel hujan.

“Loh? mantel siapa ini? Perasaan gua gak bawa mantel. Ini juga bukan punya gua. Masa punya anak-anak ketinggalan, sih? Coba dah, gua lihat.”

Chelsea mengambil mantel tersebut dan mengamatinya.

“Eh, ada tulisannya.” Chelsea pun membaca tulisan tersebut.

Siapa pun yang menemukan mantel ini, tolong dijaga. Kalau mau dipakai, silakan saja, asal jangan dirusak. Kalau mau mengembalikan mantel ini, kembalikan ke tempat di mana kamu menemukan mantel ini.

“Lah? tulisannya gini kok kayak serem gini, ya? Kayak mantel misteri aja. Jangan-jangan mantel gaib. Eh, gak mungkinlah, kan kelihatan. Jangan-jangan ini ada ilmu hitamnya. Ah, mana ada, sih. Paling-paling juga punya seorang yang berniat membantu. Ya udahlah, gua pakai aja. Daripada gak bisa pulang. Soalnya hujan juga gak ada reda-reda. Besok gua bakal balikin mantel ini ke tempat ini.”

Tanpa menunggu dan berpikir lagi, Chelsea segera mengenakan mantel hujan tersebut dan menuju parkiran. Setelah itu, ia menaiki motor dan bergegas pulang.

“Semoga mantel itu bisa membantu, dan semoga selamat sampai tujuan. Aku akan selalu menjagamu dari jauh,” gumam seseorang dari jauh.




***



Haloo! Ini Eryun_Nita salam kenal!

Telah Pergi diikutsertakan dalam wmc 100 days bersama Amorimey Media loh! Yukk nantikan kelanjutannya

Telah PergiWhere stories live. Discover now