Terungkap

25 4 0
                                    

Happy reading~

Hari ini adalah hari Rabu, yaitu merupakan hari terakhir di SMA Chelsea melakukan pelantikan. Setelah selesai pelantikan, kemudian para peserta membereskan peralatan dan perlengkapan mereka, lalu segera menaiki mobil dan bergegas menuju ke sekolah mereka untuk pulang.

Setelah memakan waktu tiga jam perjalanan, kini mereka telah sampai di sekolah Chelsea, yang ternyata para siswa masih belum pulang karena masih jam istirahat.

Para peserta yang pulang dari kemah segera menurunkan alat-alat dan membereskannya ke ruang Pramuka. Setelah selesai, kebanyakan dari mereka menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Ada juga yang bergabung bersama teman-teman lainnya karena rindu, dan ada juga yang memilih untuk langsung pulang.

Sedangkan Chelsea lebih memilih untuk menuju kantin karena lapar, dan Bryan menuju pembina karena pembina tengah mencarinya. Ia mengatakan bahwa akan segera menyusul Chelsea ke kantin.

Chelsea perlahan dengan penuh semangat menuju kantin.

Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara yang tak asing baginya yang tengah mengobrol di gudang sekolah.

“Suara siapa, ya? Kok nggak asing?” gumamnya pelan.

Mulai tibalah jiwa-jiwa penasaran dalam diri Chelsea. Ia pun mendekat ke arah gudang dan sedikit mengintip dari jendela.

Alangkah terkejutnya ketika ia lihat adalah Galang dan Miranda.

“Mereka berdua di gudang sekolah? Ini 'kan tempat sepi yang jarang dikunjungi. Jangan-jangan ... mereka ... ah? Nggak mungkinlah! Kenapa aku malah mikir yang aneh-aneh?” gumam Chelsea sambil berusaha berpikir positif.

Lalu Chelsea mulai memfokuskan untuk mendengarkan apa yang tengah Galang dan Miranda bicarakan.

“Aku nggak mau tahu! Hari ini Chelsea udah pulang, dan kamu secepatnya harus bunuh dia!” perintah Miranda dengan suara keras.

“Iya iya sayang, iya. Aku ngerti kok dia sekarang udah pulang, cuma jangan hari ini. Kalau misalkan dia capek, aku ajak keluar pun dia juga nggak akan mau. Mungkin dua hari lagi aku akan menjalankan misi itu,” tenang Galang pada Miranda.

“Bener, ya? Awas kalau bohong! Pokoknya, kamu harus bunuh Chelsea!” ancam Miranda masih dengan nada tinggi.

“Iya sayang iya. Lagi pun, kamu kenapa sih kok pengen banget aku bunuh dia? Toh juga nggak ada manfaatnya 'kan, buat kamu kalau aku bunuh dia?” tanya Galang penasaran.

“Masa kamu nggak ngerti, sih?! Dia itu mau dijadiin primadona di sekolah ini sama guru-guru. Aku tuh udah ngerti duluan secara diam-diam meskipun belum diumumin, karena aku udah dapat bocoran. Ya aku nggak mau aja dia jadi kayak gitu. Aku cuma mau kalau aku yang jadi primadona di sekolah ini. Lagi pun, Chelsea juga nggak cocok. 'Kan masih cantik aku, masih lebih kaya aku, dan dia nggak sepintar aku. Lagipula, emang kamu tega, ya, ngelihat aku kalah sama Chelsea? Dia itu udah jahat sama kamu, dan dia itu diam-diam pengen ngehancurin kita. Tahu nggak, sih?!” jelas Miranda panjang lebar.

“Ha? Kamu tahu dari mana?” tanya Galang dengan terkejut.

“Kemarin pas aku nggak sengaja dengar dia cerita sama sahabatnya itu. Katanya mereka tuh nggak suka banget sama hubungan kita. Dan bahkan, mereka punya rencana buat ngebunuh aku juga. Siapa yang mau sih, dibunuh? Daripada aku dibunuh dulu, mendingan dia dulu yang dibunuh. Iya nggak?” lanjut Miranda dengan wajah sebalnya.

“Wah ... parah banget, sih! Nggak nyangka Chelsea diam-diam seperti itu. Aku nggak akan terima kalau kamu diapa-apain sama dia. Dia emang sahabat yang gak punya malu. Ya udahz kamu tenang aja ya, sayang. Secepatnya aku akan bunuh Chelsea,” tegas Galang.

“Makasih sayang, kamu segalanya buat aku. Kamu yang terbaik,” ucap Miranda sambil memeluk Galang dan tersenyum.

“Iya, sama-sama,” ucap Galang seraya mengelus punggung Miranda.

Deg!

Tubuh Chelsea bergetar seketika dan jantungnya seakan berhenti memompa darah. Matanya membelalak tak percaya dengan yang barusan ia dengar dan ia lihat. Orang yang selama ini sangat ia sayangi, mengapa malah tega berbuat demikian? Bahkan jelas-jelas ingin membunuhnya karena alasan yang sepele.

“Galang ... kenapa kamu tega mau ngelakuin itu? Aku nggak nyangka kamu tega ngelakuin itu. Ternyata benar apa yang Nas Bryan bilang. Kenapa aku nggak dengerin dia sejak awal? Dan aku malah nggak percaya, aku malah ngelunjak marah-marah ke dia. Dia udah baik banget sama aku, terus aku harus gimana?” gumam Chelsea bersamaan dengan air mata yang mulai menetes.

Mendengar bahwa Miranda akan keluar gudang, Chelsea pun langsung berlari dan lebih memilih untuk pulang dengan taksi sambil menyeka air matanya.

Bahkan ia pun tak sempat berpamitan pada Bryan karena rasa takut, kecewa, sakit hati, sedih, bercampur menjadi satu menghantui pikiran Chelsea saat itu.

Chelsea langsung menuju rumahnya tanpa memikirkan apa pun. Yang di pikirannya hanyalah kecewa terhadap Galang.

***

“Ternyata cuma mendata peserta. Tau gitu 'kan, tadi gua pending dulu, mumpung ada kesempatan berduaan sama Chelsea juga,” ucap Bryan dengan santainya sambil berjalan ke kantin.

Sesampainya di kantin, Bryan Tak Melihat adanya Chelsea. Ia pun mencari ke setiap sudut meja, tetapi tetap tidak ada. Ia pun memutuskan untuk bertanya kepada siapa pun yang ada di sana.

“Eh, mau tanya. Kalian lihat Chelsea gak?” tanya Bryan pada salah satu siswi bernama Nada.

“Ohh lihat. Tadi dia mau jalan kantin, terus tiba-tiba kayak berhenti gitu di depan gudang. Agak lama sih, kayak lagi lihat sesuatu atau dengerin sesuatu gitu. Terus gak lama kemudian, dia langsung lari menuju taksi di depan gerbang sekolah kayak buru-buru gitu. Kayaknya sih, sambil nangis juga tadi. Soalnya kelihatan menyeka air mata gitu,” jelas Nada.

Deg!

“Ada apa lagi ini?” batin Bryan.

“Oh ya udah. Thanks ya, infonya,” ucap Bryan.

“Iya Mas, sama-sama.”

“Tuh kan! Gua bisa nangkap apa yang terjadi di sini. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat kalau gua pergi ke rumah Chelsea. Dia butuh waktu untuk sendiri dan nenangin diri. Gua harus pengertian. Baru kalau besok dia gak masuk sekolah, gua akan jenguk ke rumahnya,” batin Bryan dengan wajah sedih.

Telah PergiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt