Tentang Galang

79 6 0
                                    

Hallo, absen yuk, kapan kamu baca cerita ini?

Happy reading!

**

Sesampainya di sana, Galang langsung menuju ke tempat duduk yang teduh dekat dengan ayunan.

“Nah, gini 'kan, lebih enak. Soalnya sejuk banget,” ucap Galang sambil menghirup udara segar.

“Iya juga, ya. Oh ya, Galang. Memangnya, kamu nggak dicariin sama keluarga kamu kalau keluar lama-lama?” tanya Chelsea di tengah keheningan.

Galang terdiam sebentar. Tatapannya kembali sendu. “Nggak akan ada yang nyariin aku,” ucapnya sedikit sedih.

“Kenapa gitu?”

“Karena aku udah nggak punya siapa-siapa lagi, aku udah sebatang kara sekarang,” ucap Galang terus terang.

Deg!

Chelsea terkejut seketika saat mendengar pernyataan dari Galang. Ia tak menyangka jika Galang ternyata sudah sebatang kara hidupnya.

“Ohh gitu, ya. Kalau boleh tahu, bagaimana keluarga kamu bisa nggak ada semuanya?”

“Jadi, dulu itu pas aku awal masuk SMA, papa aku punya perusahaan yang besar di kota Malang sini. Terus ada salah satu musuhnya yang nggak suka sama kesuksesan papa. Akhirnya, mereka berencana untuk menghabisi semua anggota keluargaku. Saat itu, keluargaku dijebak. Kami dikurung di sebuah rumah tua daerah Malang sini. Dan saat itu, aku benar-benar ketakutan dan nggak tahu harus berbuat apa. Saat keluargaku tengah panik, aku mencari celah untuk membantu keluargaku kabur semua. Namun, semua terlambat. Saat aku baru saja menemukan jalan keluar, aku mendengar teriakan dari keluargaku berasal dari ruang di mana mereka di sekap. Saat aku melihat keadaan mereka, para pembunuh itu membunuh semua keluargaku di depan mataku, tentu saja itu membuat mentalku menjadi terganggu, bahkan hingga sekarang. Bagaimana tidak? Keluargaku di bunuh di depan mataku dengan tragis. Setelah itu, tak terdengar lagi teriakan dari mereka, dan dari tubuh mereka langsung mengalir darah dengan deras. Merasa janggal karena anak sulung dari keluargaku tidak ada, para pembunuh akhirnya mencari keberadaanku. Mengetahui hal tersebut, aku segera kabur dengan segala kemampuanku sambil berusaha menghubungi polisi lewat ponsel yang aku genggam. Dan alhasil, polisi langsung datang tepat waktu dan menyelesaikan kasus tersebut. Hari itu juga, keluargaku yang terdiri dari papa, mama, dan satu adik perempuanku yang masih kelas 4 SD sudah tiada, dan hanya tersisa aku,” jelas Galang panjang lebar, dengan ekspresinya yang kembali murung mengingat kejadian setahun yang lalu.

“Ya ampun, kasihan sekali nasib kamu. Kalau gitu, kenapa nggak saudara kamu yang merawat kamu?” tanya Chelsea dengan khawatir.

“Mereka terlalu takut merawatku. Meskipun para pembunuh sekarang di penjara, tapi suatu saat juga para pembunuh beserta bosnya akan bebas dari penjara. Mereka akan kembali berusaha melenyapkan orang terdekatku. Karena saudaraku tidak mau mereka terancam, akhirnya aku hidup sendirian,” jawab Galang tersenyum tipis.

“Terus, sekarang apa yang kamu punya? Maksudku, bagaimana kamu bisa bertahan hidup hingga ke sampai setahun lamanya ini?”

“Aku adalah penerus perusahaan papa. Aku masih mendapat harta dari tinggalan kedua orang tuaku. Karena usia serta kemampuanku sekarang belum cukup, alhasil, perusahaan tersebut sekarang dipegang oleh teman terdekat papa, dan uang yang dihasilkan yang jatahnya untuk papa, diberikan padaku semua.”

“Ohh ... gitu, ya. Tapi, apa yang kamu maksud sama punya gangguan mental karena peristiwa itu?”

“Emm karena peristiwa itu, aku berubah menjadi seorang psikopat,” jawab Galang sedikit ragu.

Deg!

Untuk kedua kalinya Chelsea dibuat terkejut atas pengakuan dari Galang. Bagaimana tidak? Orang yang menurut Chelsea sangatlah ramah, baik, tampan, dan juga pandai, ternyata adalah seorang psikopat. Semua tak dapat dipungkiri, bukan?

“A-apa?! Ka-kamu ... psikopat?” tanya Chelsea karena terkejut.

Galang mengangguk.

“Tapi, kamu nggak akan berbuat macam-macam, 'kan?” tanya Chelsea sedikit takut.

“Chelsea, kamu tenang aja. Selama aku menjadi psikopat, aku hanya melampiaskan semua itu pada teman-temanku di kelas. Aku hanya akan berbuat macam-macam jika ada orang terdekatku atau orang yang kusayang sedang dalam bahaya. Bahkan aku sempat sampai membunuh orang karena saat itu teman sekelasku ada yang mau dicopet. Karena itulah tidak ada yang mau berteman denganku. Mereka takut berteman dengan psikopat. Mereka takut jika aku akan membunuh mereka. Sebenarnya aku akan melakukan sesuatu yang nekat kalau itu orang jahat. Tapi kalau untuk orang seperti kamu, aku tidak mungkin melukai kamu, karena aku tidak bisa melukai orang terdekatku. Kecuali jika mereka menjadi jahat ataupun punya niat jahat padaku,” jelas Galang tersenyum.

“Ohh ... gitu, ya.”

“Iya. Makanya, tadi masih ingat 'kan, pas di tribun kamu digangguin cowok gak jelas? Tiba-tiba aku langsung marah, 'kan? Itu karena aku punya masalah sama emosi dan gangguan mental, serta karena aku sudah menjadi psikopat. Maka dari itu, kalau ada hal yang membuat aku menjadi marah, aku bisa langsung berbuat nekat. Untung tadi kamu nahan aku. Kalau nggak, mungkin udah aku habisin cowok tadi,” ucap Galang.

“Oh ... ya ampun ... ternyata gua berteman sama psikopat,” batin Chelsea. “Tapi, kamu beneran nggak akan macam-macam sama aku, 'kan?”

“Kamu tenang aja, Chelsea. Aku nggak akan melukai kamu. Kamu orang pertama yang mau berteman dengan aku. Kamu orang pertama yang membuat aku menjadi mempunyai harapan untuk bangkit kembali dan melanjutkan hidup. Sebelumnya selama setahun ini, aku frustasi, aku depresi, tidak mempunyai semangat hidup, tidak mampu bangkit, kesepian, dan hanya bisa menangis dalam hati. Tapi setelah kedatangan kamu beberapa jam yang lalu, seakan mengubah semua dunia. Hari-hariku menjadi berwarna kembali. Aku bisa mempunyai teman dan bisa menceritakan masalahku pada seseorang. Sehingga, aku tidak frustasi karena aku pendam sendiri. Chelsea, kamu mau berjanji untuk selalu ada di dekatku dan bersama-sama denganku?” tanya Galang penuh harap.

“Iya Galang, aku janji. Selagi aku mampu, aku akan selalu ada buat kamu dan bersama-sama sama kamu. Tapi, apa suatu saat kamu bakal ninggalin aku?”

“Kamu tenang aja, aku nggak akan ninggalin kamu. Aku juga nggak akan melukai kamu, tapi aku akan melindungimu,” ungkap Galang tersenyum manis.

“Aku harap, kita nggak kayak awan sama hujan, ya,” ucap Chelsea kemudian.

“Kenapa gitu?”

“Awan dan hujan itu tidak bisa bersama. Kalau ada awan, nggak ada hujan. Kalau ada hujan, nggak ada kawan. Gitu 'kan, prinsipnya? Dan aku harap, kita nggak kayak gitu. Aku nggak berharap kalau kamu ada, aku nggak ada, dan begitu sebaliknya. Aku juga nggak berharap aku ada, dan kamu nggak ada. Tapi aku mau kita sama-sama dan saling melengkapi, layaknya lampu yang tidak akan menyala jika tidak ada listrik. Seperti halnya kita, kita tidak akan bisa hidup jika salah satunya tidak ada. Itulah yang dinamakan saling melengkapi,” jelas Chelsea sambil menatap Galang.

“Iya, Chelsea cantik,” ucap Galang sambil membelai lembut rambut Chelsea. Setelah itu, ia kembali mengobrol santai.

Telah PergiWhere stories live. Discover now