Galang dan Miranda

21 4 0
                                    

Happy Reading~

Di lain tempat di waktu yang sama, saat Chelsea tengah bertugas mengikuti pelantikan, ternyata Galang dan Miranda malah bercanda tawa berdua, dan seakan Galang sudah dicuci otaknya oleh Miranda. Sehingga, ia melupakan Chelsea begitu saja. Sahabat yang membantunya hingga ia bisa bangkit sampai sekarang, dan dengan begitu saja ia lupa.

Saat ini, Galang dan Miranda tengah berada di Kanjuruhan. Mereka duduk di tribun luar yang kebetulan suasananya juga ramai oleh anak geng motor. Mereka berdua mengobrol bercanda tawa menikmati indahnya malam saat itu sambil makan cemilan.

“Sayang?”

“Iya sayang, kenapa?”

“Nggak papa, aku cuma masih keingat sama kejadian di cafe beberapa hari yang lalu. Aku nggak romantis banget ya, orangnya”, ucap Galang tiba-tiba sambil tersenyum malu.

“Ih, kok kamu tanya gitu? Kamu romantis banget, aku nggak bohong. Baru pertama kali ini aku dapat surprise dari cowok dengan romantis kayak gitu,” terang Miranda dengan wajah bahagia.

“Serius pertama kali?” tanya Galang memastikan.

“Iya,” ucap Miranda sambil tersenyum.

“Sama sih, aku juga baru pertama kali kok, ngasih surprise gitu ke cewek," jujur Galang.

“Kok bisa sama-sama pertama kali gitu, ya?”

“Nggak tahu, mungkin jodoh,” sahut Galang.

“Hahaha mungkin iya, semoga aja, ya.”

“Iya.”

“Oh ya sayang, aku masih nggak nyangka bisa kenal kamu. Apalagi kita udah punya hubungan kayak gini.”

“Iya sama, aku juga gitu. Bahkan kita pun awalnya juga sama-sama suka dari pandangan pertama 'kan, pas akhirnya kenalan dan bisa sedekat ini.”

“Iya. Coba aja kalau malam itu aku nggak duduk di sebelah kamu terus pesanan kita nggak tertukar, pasti kita nggak akan kenal 'kan, sampai sekarang?”

“Iya ya, Tuhan memang punya sejuta cara untuk mempertemukan makhluk-Nya.”

“Iya, kamu pintar banget. Dan aku beruntung banget bisa mempunyai kamu, aku jadi nggak kesepian lagi, nggak sendirian lagi. Nggak kayak dulu yang nggak punya temen sama sekali, nggak ada temen curhat. Pokoknya parah bangetlah, nasib aku,” curhat Miranda.

“Iya sayang, aku juga beruntung banget bisa kenal kamu, punya kamu. Selama ini aku cuma punya sahabat, tapi aku nggak pernah ngerasain rasa sayang kayak ke kamu. Ini baru pertama kalinya aku rasain setelah aku menjalani hidup yang kelam selama beberapa tahun dan bertemankan sepi, sampai rasanya aku frustasi sampai hampir bunuh diri. Tapi ya Tuhan masih baik sama aku, sampai akhirnya aku dipertemukan sama kamu sekarang,” terang Galang panjang lebar.

‘Iya, aku juga senang banget.”

“Kamu nggak akan pergi ninggalin aku, 'kan?” tanya Galang.

“Enggak kok sayang, mana mungkin aku tega ninggalin orang yang aku sayangi gini.”

“Makasih banyak, ya.”

“Iya, sama-sama.”

“Eh, sayang. Ada balap motor, tuh!”

“Terus, kamu mau ikutan?” tanya Miranda yang paham akan maksud Galang.

“Iya, kalau boleh sih.”

“Ya udah, sana. Hati" pokoknya.”

“Makasih ya sayang, kamu udah bolehin aku. Nggak kayak Chelsea yang larang-larang aku ikut balap motor. Padahal 'kan, itu hobi aku.”

“Iya, karena aku perhatian sama kamu, aku pengertian. Selama itu nggak buat kamu buruk, ya aku bolehin aja kok.”

“Makasih ya. Habis ini aku ikut, nunggu pemain yang lain dulu.”

“Iya.”

“Emm sayang ... sejauh ini, kamu udah bisa ngontrol emosi belum?”

“Ya gimana, ya. Namanya aja udah jdi kepribadian aku, ya tetap gini-gini aja aku.”

“Ya gimana ya, aku nggak bisa ngelarang kamu sih, karena itu emang udah jadi kepribadian kamu. Aku cuma bisa mencegah aja kalau kamu berbuat nekat gitu.”

“Emang kalau misal ada cowok yang godain kamu terus aku emosi dan mau menghabisi mereka, apa kamu bakalan nahan aku?”

“Bukannya gitu sayang. Maksudnya itu kalau misal kamu mau ngelakuin hal-hal kayak ngelukain diri sendiri yang bakal aku tahan. Aku nggak mau kamu kenapa-napa.”

“Ohh gitu ya. Kamu bener-bener baik dan idaman banget.”

Miranda hanya tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di pundak Galang, dan Galang pun membelai rambutnya dengan lembut.

“Ini sebenernya orang psikopat apa orang Lola, sih? Ya meskipun cowok, anggap aja Lola. Masa sih, bisa tergoda sama janji manis gua yang kayak gitu? Gua ini 'kan queen-nya bersilat lidah. Masa iya bersilat kayak gini bisa dipercaya. Apalagi cuma pakai omongan. Astaga, Galang ... kamu itu psikopat, tapi kok bodoh, ya?”

“Oh ya, btw ... tadi pagi kok sekolah kayak sepi banget gitu, ya? Ada beberapa anak yang wajahnya nggak aku lihat gitu dari kakak kelas.”

Tiba-tiba, lamunan Miranda pun buyar karena Galang tiba-tiba bertanya.

“Ya 'kan emang ada acara pelantikan di Pantai Balekambang untuk anggota inti Pramuka.”

“Oh iya juga, ya, aku sampai lupa,” ucap Galang sambil nyengir.

“Kamu ini gampang lupaan.”

Tiba-tiba, Galang teringat akan Chelsea.

“Oh ya, bukannya Chelsea ikut, ya, acara pelantikan itu? Gimana keadaan dia di sana sekarang, ya? Gua terlalu sibuk dengan Miranda, sampai gua sendiri lupa sahabat gua. Tapi mau gimana lagi, ini pun juga permintaan Miranda.”

Karena merasa bahwa Galang tengah mengingat Chelsea, Miranda pun langsung mengalihkan topik.

“Sayang?”

“Eh Iya, ada apa?”

“Kapan kamu jalankan misi itu?”

“Emangnya kenapa? Apa kamu pengen segera buru-buru gitu, ya?”

“Ya bukannya lebih cepat lebih baik?”

“Iya sih. Tapi 'kan, nggak mungkin juga kalau sekarang. 'Kan Chelsea lagi ada pelantikan di pantai, dia ikut pelantikan itu.”

“Oh, iya juga sih. Ya udah, pokoknya kalau dia pulang, kamu harus jalanin misi itu. Kalau kamu sayang sama aku, kamu harus turutin permintaan aku. Ok?”

“Iya sayang, demi kamu akan aku lakuin kok.”

“Makasih.”

“Iya, sama-sama.”

***

“Jadi ... kalian akan segera mengajarkan misi itu? Jangan harap kalian akan berhasil, karena gua gak akan tinggal diam! Gua gak akan terima kalau orang yang gua sayangi kalian sakiti!”

Telah PergiWhere stories live. Discover now