Bersama Miranda

25 4 0
                                    

Happy Reading~

Besoknya, Chelsea dan juga Galang makan bersama saat di kantin sekolah. Di tengah-tengah keheningan saat makan, tiba-tiba, Chelsea mulai membuka obrolan.

“Oh ya, Galang. Mulai besok, sorry banget, ya, aku nggak bisa nemenin kamu makan ke kantin.”

“Kenapa gitu? Kamu nggak mau lagi temenan sama aku, Chel?” tanya Galang tiba-tiba.

“Ihh bukan gitu, Galang. Jadi, tadi itu aku dipanggil ke ruang pramuka sama pembina pramuka yang ada di sini. Katanya dalam waktu dekat mau ada acara kemah, tapi nggak semua anak ikut. Katanya sih tadi aku dijelasin yang ikut kemah itu mau ngikutin pelantikan jadi regu inti di sekolah ini. Terus, nanti bakal dikirim ke tingkat kabupaten gitu. Jadi, mulai besok aku udah persiapan. Mungkin seminggu lagi aku berangkat ke pantai. Jadi, ya selama aku banyak persiapan itu aku nggak bisa nemenin kamu ke mana-mana,” jelas Chelsea panjang lebar.

“Ohh jadi karena itu, ya. Ya udah, sih, nggak pa-pa. Kamu lanjutin aja siap-siapnya. Takutnya nanti kalau kamu sering keluar sama aku juga malah ngganggu acara kamu. Maaf, ya, aku nggak bisa bantu apa-apa. Aku cuma bisa doain semoga persiapannya lancar sampai hari H nanti,” ucap Galang sambil tersenyum.

“Iya, semoga aja. Thanks banget ya, Galang. Nggak ada sahabat sebaik kamu,” ucap Chelsea tersenyum manis.

“Iya, sama-sama,” ucap Galang sambil mengangguk.

Setelah itu, mereka melanjutkan makan.

***

Keesokan harinya, Chelsea benar-benar sibuk untuk mempersiapkan acara perkemahan yang akan dilaksanakan beberapa hari mendatang. Sehingga, Galang lebih sering sendiri. Bahkan, saat hari libur sekolah pun Chelsea tetap pergi ke sekolah untuk bersiap. Sehingga, Galang tidak mempunyai teman untuk pergi berlibur ke tempat wisata.

“Huh ... gua di rumah sendiri lagi. Hmm gak pa-pa, lah. Tapi, nggak ada Chelsea rasanya kayak sepi banget. Hari Minggu 'kan, sebenarnya harusnya liburan. Tapi gua gak ada temennya.” Galang tampak memikirkan sesuatu.

“Ohh iya gua lupa. 'Kan, ada dia. Coba gua call dia, semoga dia bisa,” gumam Galang.

Setelah itu, Galang pun bergegas menghubungi seseorang di seberang sana.

“Halo, Mir!”

“Halo, Galang! Ada apa?” Terdengar sahutan dari seberang.

“Kamu lagi sibuk, nggak?” tanya Galang tiba-tiba.

“Nggak, sih. Lagian juga ini hari libur. Jadi, aku free,” ucap Miranda.

“Ohh gitu, ya. Keluar, yuk,” ajak Galang langsung to the point.

“Boleh, mau ke mana?” tanya Miranda penasaran.

“Kampung Warna-Warni aja gimana? Tempatnya 'kan, bagus,” usul Galang.

“Wahh kebutuhan juga aku belum pernah ke sana. Pengen banget ke sana, tapi nggak ada temennya,” ucap Miranda dengan setuju.

“Kamu cepet siap-siap, ya, aku juga siap-siap.  Nanti kalau aku mau otw aku kabarin,” ucap Galang.

“Oke, Galang. Aku tunggu, ya,” ucap Miranda dengan semangat.

“Iya, Miranda,” balas Galang dengan lembut.

Telepon pun terputus. Setelah itu, Galang dan Miranda sama-sama bersiap untuk pergi keluar bersama.

***

Setelah bersiap-siap, Galang segera menjemput Miranda di rumahnya. Setelah itu, mereka langsung menuju ke tempat wisata Kampung Jodhipan Warna yang terletak di kota Malang.

“Mir, kamu serius belum pernah ke Jodhipan?” tanya Galang saat berada di motor.

“Iya serius, aku belum pernah. 'Kan aku nggak punya temen, Galang. Jadi, aku pun juga nggak ada temen mau pergi ke sana. Ya aku kira sih, cuma bisa jadi angan-angan gitu aku ke sana. Ternyata enggak, aku beneran ada temennya ke sana, dan keinginan aku terwujud, kamu yang mewujudkannya. Thanks banget, ya,” jelas Miranda.

“Iya, sama-sama. Sebenernya aku tuh boring di rumah sendirian. Sahabat aku lagi ada persiapan kemah. Jadi, dia sibuk terus. Aku ingat kalau aku punya temen yaitu kamu. Terus aku call, ternyata kamu bisa keluar,” jujur Galang.

“Ya aku sih, bisa-bisa aja Galang. Kalau hari libur, aku tuh kebanyakan free. 'Kan aku bukan orang penting juga di sekolah, jadi lebih sering free aja gitu, nggak terlalu dibutuhin,” tukas Miranda.

“Sama, sih, aku juga. Kita senasib,” canda Galang.

“Haha iya.” Setelah itu, mereka pun tertawa bersama.

Tak terasa empat puluh menit kemudian terlewati, mereka telah sampai di lokasi Jodhipan. Galang segera memarkir motor. Setelah itu, mereka berdua jalan-jalan mengelilingi Kampung Warna-Warni sambil mengabadikan momen yang menurut mereka tempatnya bagus untuk berpose.

“Galang, tempatnya ternyata ramai banget, ya,” ucap Miranda sambil memperhatikan sekeliling.

“Jelaslah, namanya juga tempat wisata, tempat umum. Pun ini juga hari libur, 'kan?” ucap Galang santai.

“Haha iya, sih. Tapi ... kita 'kan jadi nggak bebas foto, soalnya dilihatin sama pengunjung yang lewat,” jujur Miranda.

“Ihh biarin aja dilihatin, namanya juga mereka punya mata. Udah nggak papa foto aja. Nggak ada larangan juga 'kan, kalau mau foto bersama di sini? Jadinya bebas, dong, siapa aja mau foto. Mereka juga ke sini buat foto-foto. Iya nggak?” tanya Galang sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Emm iya juga, sih. Ya udah, yuk,” ajak Miranda.

Setelah itu, mereka foto di tempat yang banyak terdapat bola-bola yang digantung di berwarna-warni beserta pagar perumahan yang dicat warna warni juga. Tembok yang dilukis dengan lukisan yang sangat indah, sehingga, terlihat anggun digunakan untuk berfoto.

Setelah mendapatkan beberapa foto, Galang merasakan lelah.

“Mir, aku kok capek, ya. Kita istirahat dulu, yuk. Duduk di sana mumpung sepi, sekalian mau beli boba,” ajak Galang.

“Oh boleh-boleh, ayo. Nanti habis istirahat, aku pengen ke jembatan kaca di sana. Pengen banget sama ngelihat air sungai yang mengalir,” usul Miranda.

“Ide yang bagus. Ayo kita istirahat dulu.”

Setelah itu, mereka berdua mencari tempat peristirahatan yang berada tak jauh dari mereka berfoto sambil menikmati boba bersama. Mereka pun tertawa penuh kebahagiaan.

***

“Ternyata gua nggak salah sangka. Bisa-bisanya Chelsea sibuk, lu malah jalan sama cewek lain. Lu benar-benar gak bisa ngertiin perasaan Chelsea. Lu gak baik buat Chelsea, lu gak pantas buat Chelsea.”

***

Kalian baca part ini jam berapa?

Yuk, penuhi kolom komentar!

Telah PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang