Chapter 60

400 100 2
                                    

Ryan yang berada di samping Donia merasa tidak tega. Dia paling tidak sanggup melihat cewek menangis, apalagi kalau cewek itu sampai menahan rasa tangisannya itu.

"Kamu serius tidak apa-apa, Donia?" tanya Ryan kepada Donia dengan lembut.

Donia menoleh ke arah Ryan. Dia hanya tersenyum saja ke arah Ryan, tanpa bersuara. Karena, Donia tidak mau sampai ketahuan teman-temannya kalau dirinya sedang tidak baik-baik.

"Kuharap abang tidak tahu soal Brandon," gumam Donia yang melihat ke arah jendela mobil. Dia hanya memikirkan itu. Karena, Donia tahu kalau abangnya itu sangat membeci Brandon. Tetapi, seperti sekarang abangnya sudah menyukai Brandon.

"Abang sudah menyukai Brandon, apakah kalau dia mendengar kabar Brandon pergi dia bakal membencinya lagi?" gumam Donia.

Namun, gumamnya Donia masih bisa didengar oleh Ryan. Yah, Ryan mempunyai pendengaran yang sangat tajam sekali.

"Maaf, Donia! Aku masih bisa mendengar gumammu itu," sahut Ryan kepada Donia.

Donia reflek menoleh ke arah Ryan dengan memasang wajah kaget. Padahal tadi, Donia bergumam sangat kecil sekali.

"Maaf, aku mendengarnya hehehe, memang abang kamu tidak suka dengan Brandon?" tanya Ryan.

Donia hanya mengangguk kepala saja, "Iya, tapi sekarang abang sudah menyukainya kok, cuman ..." Donia seketika berhenti berbicara.

"Cuman sekarang, Brandon malah pergi. Bahkan, Brandon pergi keluar negeri," sambung Ryan dengan ucapan Donia yang sempat berhenti.

Donia menoleh ke arah Ryan dengan senduh. sekarang matanya sudah mulai berkaca. Yah mungkin dia sedang menahan tangisan.

"Maafin Brandon ya, Donia!" ujar Ryan yang merasa bersalah akibat temannya meninggalkan Donia.

Arvin yang sedang menyetir hanya mendengarkan obrolan mereka berdua dibelakang.

"Iya, maafin Brandon ya!" sahut Arvin yang berada di belakang. Donia kaget melihat perilaku kedua temannya.

"Kalian berdua kenapa?" tanya Donia terheran-heran. "Kok kalian bilang gitu?" Sambil menatap bergantian ke arah Arvin dan Ryan.

Ryan hanya diam mematung, begitu pula dengan Arvin. Arvin hanya fokus menyetir.

Bersambungg...

Share ke teman-teman ya, buat mereka baca cerita ini!

Jangan lupa vote dan koment!

Brandon Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu