Chapter 2

1.4K 339 282
                                    

Sebelum baca....

Follow wattpad kedua
@vionacadee

Follow instagram
@ssyonaaaa

___Happy reading___

Ketika Donia berjalan. Dia tidak melihat ke arah depan, dia berjalan sambil menunduk. Karena, saat ini. Donia sedang dikerumuni oleh para fansboy.

Ketika Donia menunduk sambil berjalan menerobos para fansboy. Dia tidak melihat Brandon di depannya. Dan hasilnya Donia menabrak Brandon didadanya.

Brugh...

Wajah Donia terbentur dada Brandon. Saat ini, Donia merasa kesakitan diseluruh wajahnya. Tapi, yang lebih parahnya itu hidung.

Donia mendongak kepalanya ke arah Brandon. Dia tersentak kaget ketika wajah Donia bertabrakkan dengan dada Brandon.

"Aa, maaf ya!" ucap Donia yang reflek memundurkan tubuhnya ke belakang.

"Hm," deham dingin. Sebenarnya hati Brandon saat ini sedang merasakan detaknya yang sangat kencang, ketika Donia menabrakan wajahnya ke dada Brandon.

"Hah? Hanya hm? Hidungku sakit nih!" omel Donia sambil memegang hidungnya. Brandon menoleh ke arah Donia. Lalu dia membuang mukanya lagi ke arah lain.

"Hmm," deham Brandon sambil menatap ke arah lain, tanpa melihat Donia.

"Aish, kamu ini!" gerutu Donia sambil mengusap-usap hidungnya yang kesakitan.

Ketika Donia mengusap-usap hidungnya. Dia mengingat kalau saat ini, Donia merasa kebingungan mencari ruang kepala sekolah.

Donia melirik Brandon. Lalu dia bertanya kepada Brandon, di mana ruang kepala sekolahnya tanpa memperdulikan hidungnya yang terasa sakit.

"Oh, iya. Kalau boleh tahu, ruang kepala sekolah di mana?" tanya Donia memiringkan kepalanya dengan wajah imut. Bukannya Donia sengaja memasang wajah imut, tapi karena dia memiliki wajah imut.

Imut sekali.

itulah yang dipikiran Brandon. Brandon akui, kalau Donia memang imut. Bukan kek cewek lain, yang diimutin. Itulah yang membuat Brandon muak dan menjijikkan.

Tanpa disadari, Brandon merasa gemas dengan Donia. "Ikut, aku!" Sambil berjalan melewati gerombolan siswa-siswi yang melihat ke arah mereka berdua.

Donia hanya mengikuti Brandon dari belakang. Terlihat lah para fansnya Brandon dan Donia dengan tatapan yang mengerikan bagi Donia.

"Brandon!" panggil Donia dari belakang Brandon.

Brandon tersontak dengan panggilan Donia, bagaimana bisa dia tahu namanya. Padahal mereka berdua belum kenalan. Brandon langsung membalikkan badannya dan menoleh ke arah Donia dengan menaiki sebelah alis.

Donia hanya terkekeh. "Mereka memanggilmu begitu kan?"

Brandon hanya mengangguk mengerti. Dia kembali memutar badannya dan menatap lurus ke depan. Lalu berjalan menuju ruang kepala sekolah.

"Brandon!" panggil Donia lagi sambil berjalan dari belakang Brandon.

"Hm," jawab Brandon tanpa berhenti berjalan.

"Kenapa kau dingin sekali?"

"Kenapa kau tidak tersenyum?" sambung Donia lagi. Memang sejak Donia berjalan dibelakang Brandon. Brandon tidak tersenyum. Dia hanya memasang wajah datar. Biasanya Donia melihat para cowok itu tersenyum manis. Tetapi, ini tidak dengan Brandon.

Brandon tersontak mendengar ucapan Donia, baru pertama kali ada orang yang berani bertanya seperti itu. Lalu Brandon menghentikan langkahnya. Dan langkah Brandon membuat Donia menabrak punggung Brandon dari belakang.

Bruk....

Donia sangat kesal, mengapa Brandon mendadak berhenti, yang mengakibatkan dirinya menabrak punggung Brandon.

Sakit? Itulah yang dirasakan Donia sekarang. Apalagi hidung kecilnya lah yang menabrak punggung Brandon. Udah dua kali hidungnya menjadi sasaran Brandon. Sungguh Donia merasa kesal dengan cowok yang berada di depannya ini!!!

"Ah, hidungku sakit!" ucap Donia yang merasa kesakitan.

"Hmm."

"Apa arti gumammu itu?" tanya Donia kebingungan.

"Tidak ada," jawab Brandon yang kembali berjalan ke arah ruangan kepala sekolah. Donia menaikan sebelah alisnya.

"Cuek sekali dia," batin Donia.

"Apa hidungmu sakit?" tanya Brandon kepada Donia sambil berjalan menuju ke arah ruang kepala. Namun, wajahnya tidak melihat ke arah Donia. Dia malah melihat ke depan sambil berjalan.

Bersambung...

Jangan lupa vote dan koment ya! Share ke teman-teman buat baca cerita ini!

Brandon Where stories live. Discover now