Chapter 42

504 85 2
                                    

"Kenapa kalian semua tertawa? Emangnya ada yang lucu ya?" tanya Ryan lagi. Ryan benar-benar kebingungan dengan semua orang yang berada di ruangan Donia.

"Bagaimana bisa kau tidak tahu, Daniel?" sahut Arvin terkekeh.

Ryan melihat ke arah Arvin yang berada di sebrangnya. "Aku memang tidak tahu! Emangnya dia siapa?" Sambil menunjuk telenjuknya ke arah Daniel.

"Dia, kakakku!" jawab Donia sambil tertawa. Donia berpikir, bagaimana bisa Ryan tidak tahu kakaknya itu. Padahal keluarga Donia sangat terkenal.

"Kakakmu? Kamu punya kakak cowok?" tanya Ryan kepada Donia. Donia hanya menganggukkan kepala.

Ryan terus memperhatikan wajah Daniel yang berada di sampingnya. Daniel merasa risih dengan Ryan. Dia sangat risih jika diperhatikan dari atas sampai bawah.

"Keknya aku pernah lihat kakakmu dah, Donia!" ucap Ryan sambil mengingat-ngingat. "Tapi, di mana ya?"

Ryan langsung menyadari, kalau dirinya pernah melihat Daniel di televisi. "Oh, kakakmu pernah masuk televisi!" Sambil menunjuk Daniel dengan jari telunjuk.

Ryan benar-benar tidak kalau Donia dan Daniel itu anak dari Razifa. Keluarga dari Razifa itu, keluarga yang lumayan kaya raya. Tapi, Daniel dan Donia tidak suka memamerkan kekayaannya. Mereka berdua hanya bersikap sebagai orang sederhana. Itupun mereka memakai bodyguard atas suruhan ayahnya.

Karena, bagi ayahnya. Daniel dan Donia itu sangat penting dikehidupannya. Lebih penting dari uang dan harta. Oleh sebab itu, ayahnya takut mereka berdua kenapa-napa dan menyuruh boydguard menjaga kedua anak kesayangan Razifa.

Di balik Daniel dan Donia yang menyikapi seperti orang sederhana. Para wartawan terus menggali informasi tentang Daniel dan Donia. Dan mereka berhasil menemukkannya hingga Daniel dan Donia ketahuan kalau mereka berdua itu anak dari Razifa.

"Iya, aku pernah masuk televisi! Memangnya kenapa?" tanya Daniel.

"Kenapa kamu bisa masuk televisi? Aku aja yang dari dulu mau masuk televisi, gak kecapaian!" jawab Ryan. Memang dari dulu Ryan ingin masuk televisi.

"Dia dan Donia itu anak dari Razifa!" sahut Brandon.

"Eh, astaga! Kenapa aku baru engeh kalau kalian berdua memang sangat mirip dengan orang tua kalian!" ucap Ryan sambil memandangi wajah Donia dan Daniel.

"Tentu saja aku dan kakakku mirip dengan Ayah dan Bunda, kan kami berdua anaknya!" jawab Donia sambil tersenyum ke arah Ryan.

"Astaga, aku mimpi apa bisa berteman dengan anak Razifa!" heboh Ryan.

"Oh iya Donia, kamu tahu tidak? Tadi kan ada gengnya Rangel ke rumah sakit, dia nyari gara-gara," sahut Arvin.

"Oh ya? Sekarang dia dimana?" tanya Donia.

"Yah sudah pulang lah, tapi tadi Aurel mengakui kalau kamu temannya," sahut Ryan.

"Sungguh? Kok bisa sih?" tanya Donia yang tidak percaya. Donia langsung melihat ke arah Aurel sementara Aurelnya malah membuang muka. Dia sangat malu sekali.

"Aduh, Ryan Arvin awas aja kalian ya."

"Bisa-bisa ngasih tauin ke Donia, mau taro dimana mukaku ini."

"Aish ini Donianya ngapain lihatin aku sih." batin Aurel sambil membuang mukanya.

"Iya tadi Rangel mau dibawa ke polisi sama kakakmu itu," jawab Arvin.

"Dan sih Rangel minta tolong ke Aurel tapi Aurel menolak, karena Aurel tidak mau mengganggap Rangel teman lagi. Dan lebih parahnya lagi, Aurel mengaku kalau Donia teman kamu," sahut Ryan.

Aurel sudah tidak tahan lagi, dia langsung menghampiri Ryan dan Arvin. "Yak, kalian ngapa kasih tau sih." Sambil mencabak rambutnya Arvin dan Ryan.

"Aduh sakit, sayang!" jawab Arvin sambil memegangi rambut yang tarik.

"Gapapa kali, biar kalian baikan. Daripada ribut mulu kan? Kurang baik apa coba aku?" sahut Ryan.

"Tapi akunya malu, aish kalian berdua ini." Aurel terus mencabak rambut Ryan dan Arvin.

5 menit kemudian rambut Arvin dan Ryan dilepas oleh Aurel. "Rasain itu, siapa suruh bikin aku mulu."

"Kejam banget sih Rel, Vin. Cewekmu stress noh, rambutku rusak aduh!" ujar Ryan sambil merengek karena rambutnya agak rontok.


Bersambungg....

Brandon Donde viven las historias. Descúbrelo ahora