51. Tidak akan

37.8K 6.3K 1.3K
                                    

Tidak ada perubahan dari Archeron sejauh ini sejak menginjak dua minggu koma

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak ada perubahan dari Archeron sejauh ini sejak menginjak dua minggu koma. Namun tetap saja Liora dengan sabar menjaganya. Gadis yang dulunya ceria itu nampak pendiam belakangan ini sampai-sampai membuat Kakek Michio yang mengamatinya merawat dan menunggu Archeron siuman merasa kasihan kepadanya.

Setelah berjam-jam menjaga Archeron dari pagi, di bawah bujukan Kakek Michio yang tak tega melihatnya menatap kosong sosok Archeron yang masih terbaring, akhirnya dengan setengah hati Liora pergi beristirahat. Namun bukan menuju rumahnya, melainkan tempat yang sering menjadi  tempat berteduhnya Archeron sebelumnya.

Tatkala sampai di sebuah gedung, dia naik ke lantai 10 dan memasukkan pin. Ketika pintu terbuka, akhirnya ada sedikit sentuhan emosi di matanya. Dengan langkah lambat dia masuk, membuka sepatu dan berkeliling ruangan itu.

Tangannya sedikit gemetar begitu menyentuh barang-barang di sana. Dia mengedarkan pandangan, lalu senyum tipis terulas di bibirnya. Kakinya kemudian membawanya ke depan pintu kamar. Tanpa ragu dia membukanya dan aroma musk yang sangat dia kenali menyeruak masuk ke hidungnya.

Semakin melangkah masuk, jantungnya berdebar. Aroma ini benar-benar hidup. Liora merasa seolah Archeron ada di sini, mendekapnya hingga membuatnya dikelilingi aromanya yang menenangkan.

Liora berbaring di atas kasurnya. Dengan puas mencium aroma dingin tapi anehnya menenangkan.

Padahal sosok itu selalu berbaring di rumah sakit, namun aromanya tidak pernah pudar di apartemennya yang sering dibersihkan.

“Ar...” bisiknya menatap langit-langit kamar.

Dia mengeluarkan ponsel dan cincin dari dalam tasnya. Inilah yang diberikan Kakek Michio kepadanya saat menjaga Archeron. Kedua barang ini ditemukan di tubuhnya.

Hati Liora bergetar menatap cincin tersebut. Dia tidak pernah tahu Archeron selalu membawanya. Bahkan di hari dia mengalami masalah tersebut, dia masih mengenakannya. Tatapannya kemudian beralih pada ponsel dengan layar retak, membuktikan bahwa ponsel ini pun menjadi saksi bisu dari kejadian tersebut.

Dia mengusap layar retak itu sebentar sebelum menghidupkannya. Dengan iseng dia memeriksa isi ponsel tersebut. Galeri, chat, sms, hingga sosial medianya. Namun tidak ada yang spesial. Bahkan WhatsApp-nya saja hanya dirinya yang memiliki riwayat chat.

Dibandingkan aplikasi lain, ternyata di e-mail cukup banyak pesan yang masuk. Namun dia tidak mengerti apa yang dibahas dalam e-mail-e-mail tersebut. Matanya kemudian tertuju pada satu draft. Dengan mata sedikit rumit, dia membukanya. Seketika pikirannya kosong dan terus menatap isi dari draft tersebut.

Setengah jam kemudian Liora duduk dengan linglung di depan pantri dapur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setengah jam kemudian Liora duduk dengan linglung di depan pantri dapur. Ada mie kuah yang mengepul di depannya. Kepalanya menunduk, dengan mata menatap mie tanpa riak di matanya.

“Kenapa belum dimakan?”

“Lagi nunggu mienya nge—” kata-kata Liora terhenti begitu mendongak, karena tidak ada siapapun di depannya.

Air matanya kembali menggenangi pelupuk matanya tatkala teringat momen ini.

Setelah menahan diri berhari-hari, pada akhirnya Liora tidak bisa menahan diri untuk menangis. Lagi.

***

Setengah hari berdiam diri di apartemen Archeron, Liora membuka mata tatkala mendengar dering ponselnya. Dia mengulurkan tangan, mengambil benda tersebut dan menerima panggilan yang masuk.

“Rara?” Itu suara Kakek Michio.

Liora tersenyum, menatap langit-langit kamar Archeron. “Iya, Kek? Butuh Rara gantian jaga?”

Ada hening sejenak di seberang sebelum suara Kakek Michio yang penuh kegembiraan terdengar. “Archeron siuman!”

Sontak Liora menegakkan punggung. Keterkejutan muncul di wajah cantiknya. Sejenak dia kebingungan sebelum bergegas bangkit mengambil tasnya dan keluar dari gedung tersebut.  Duduk di dalam mobil yang membawanya ke rumah sakit tempat Archeron berada, kakinya terus bergerak tak sabar. Bahkan tangannya sudah berair karena gugup.

Dia menoleh menatap pemandangan silih berganti di jendela. Setengah jam kemudian, Liora berjalan cepat menuju bangsal tempat Archeron berada. Jantungnya berdegup kencang sejak tadi.

Namun sesampainya di depan pintu bangsal laki-laki tersebut, dari sela pintu yang terbuka, dia bergeming melihat sosok yang masih berbaring di brankar. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya menutup mata, kali ini matanya terbuka, menatap Kakek Michio yang terus mengajaknya berbicara sambil tersenyum lemah.

Gadis itu menghela napas lega sembari memejamkan mata dengan kepala menunduk. Beban yang mengganjal di hatinya seketika terangkat melihat Archeron bisa siuman, setidaknya tidak meninggalkannya sendiri.

Tersenyum kecut, Liora berbalik pergi, bahkan tanpa menyapa Archeron setelah lama menunggunya sadar.

Namun Kakek Michio dapat melihat sosoknya ketika dia berbalik pergi. “Rara?” gumamnya heran.

Archeron ingin menoleh, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk dikendalikan saat ini. Bibirnya terbuka, seolah hendak mengatakan sesuatu namun tidak ada suara yang dapat keluar. Itu karena dia belum lama sadar, tubuhnya masih memerlukan banyak perawatan untuk berfungsi secara normal.

Kakek Michio menatap cucunya rumit. “Ar, Rara marah padamu. Kau tahu itu?”

Archeron menatap Kakek Michio dengan tatapan samar.

“Dia berkata kau berjanji sesuatu kepadanya namun kau melanggarnya. Kau ingat?” Kakek Michio menghela napas pelan. “Selama dirimu koma, Rara-lah yang paling semangat menjagamu dari pagi hingga malam. Jika Kakek tidak memaksanya beristirahat, mungkin dia akan nekad 24 jam di sisimu.”

Bibir Archeron terkatup rapat. Matanya berusaha menoleh ke pintu. Melihat tindakannya, Kakek Michio tersenyum tipis. “Rara pasti tidak akan marah lama padamu. Archeron, dia gadis yang baik. Jangan kecewakan Rara.”

Archeron memejamkan mata, dengan sungguh-sungguh mengiyakan dalam hati. Liora mataharinya, sosok yang murni tanpa tipu muslihat dalam hidupnya. Melepaskan sosok langka seperti itu, bagaimana bisa Archeron melakukannya?

TBC

Dah lama ya. Wkwkwk. I'm so sorry udah gantung berbulan-bulan. Ada alasan khusus kenapa gak ditamatin cepet. Soalnya gak tega pisah cepet dari mereka :v

Semoga part ini bisa sedikit menyembuhkan kerindungan kalian sama Dewa Es dan Rara ya.

Btw Archeron nanti mau terbit loh. Siapa yang mau peluk? Tenang aja, Archeron di wattpad gak bakal dihapus kok. Tapi versi novel bakal sedikit berbeda🤙

See you next part!

ARCHERON ✓Where stories live. Discover now