50. Accident

38K 6K 1.7K
                                    

Koridor rumah sakit tersebut ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Koridor rumah sakit tersebut ramai. Namun di antara kerumunan orang yang berlalu lalang, seorang gadis berpenampilan sedikit berantakan berjalan cepat dengan mata sembab. Ada seorang laki-laki yang mengejarnya dari belakang, memanggil dan berusaha untuk menenangkannya.

Ketika berada di depan pintu kamar yang dimaksud, gadis itu tiba-tiba terhenti membuat laki-laki di belakangnya menghela napas sedikit lega. Dia membalikkan tubuh gadis itu agar menghadapnya, memegang kedua pundaknya dan menundukkan kepala untuk mensejajarkan wajah mereka.

“Ra, tenang. Rasa cemas kamu gak bakal menuai hasil apa-apa.”

Mata Liora menatap laki-laki itu, tubuhnya masih tidak mau berhenti untuk bergetar. “G-gak bisa, Kak... aku gak bisa...” Tangisannya seketika pecah. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Davin menyugar rambutnya ke belakang dengan gusar. Sekarang baru pukul 10.00. Seharusnya dia pergi ke kantor hari ini namun ketika melintasi kamar adiknya, dia mendengar isakan dari dalam.

Tentu saja sebagai kakak yang jarang mendengar adiknya menangis dia merasa panik dan segera bergegas masuk. Dia langsung mendapati adiknya yang terduduk di atas lantai dengan telepon retak tak jauh dari keberadaannya.

Melihat keberadaannya, gadis itu langsung menyebut alasan tangisannya. Dia juga kaget dan tidak menyangka, tetapi melihat adiknya yang sangat terpukul, Davin hanya bisa mencoba untuk meredakan tangisannya dengan kata-kata penghibur.

Kemudian Liora meraung-raung ingin pergi ke rumah sakit, tidak peduli bagaimana Davin membujuknya untuk mandi dan sarapan terlebih dahulu. Setelah Davin mengancamnya tidak boleh keluar rumah jika berprilaku seperti ini, akhirnya Liora menurut untuk mandi dan sarapan meski hanya memakan satu gigitan roti saja.

Davin merasa tidak nyaman melihat Liora menangis sekarang. Terlebih ini masih di koridor rumah sakit, banyak orang yang lalu-lalang meski kawasan ini adalah bagian VIP.

“Rara?”

Suara serak dan penuh kelelahan itu terdengar dari samping. Davin langsung menoleh dan entah kenapa sedikit lega.

“Kakek Michio, maaf Rara cukup berisik.” ujar Davin menyesali.

Kakek Michio melambaikan tangan seolah merasa itu baik-baik saja. “Itu salah Kakek karena memberitahu Rara kecelakaan Archeron.”

Lalu Kakek Michio mendekati Liora dan dengan lembut berkata, “Rara, jangan menangis. Archeron ada di dalam. Ingin menemuinya?”

Liora mengangkat kepalanya dan langsung mengangguk. “Ya, Kakek. Rara mohon...”

“Hapus air matamu. Kakek yakin Archeron juga tidak ingin melihatmu menangis.”

Dengan segera Liora menghapus air matanya dan kemudian menatap Kakek Michio seolah berkata bahwa dia telah melakukan apa yang dikatakannya.

Kakek Michio tertawa rendah, membuka pintu lalu menyuruh Liora segera masuk. Begitu gadis itu telah masuk, Kakek Michio menahan Davin di luar sambil mengulas senyum.

“Berikan ruang untuk mereka berdua.”

Davin menatap Kakek Michio lekat dan ragu-ragu menopang pria tua itu. “Kakek belum istirahat?”

Kakek Michio menepuk lengan Davin yang terulur merangkulnya. “Cucu Kakek sekarat seperti ini, bagaimana bisa Kakek beristirahat dengan baik?”

Segera Davin membawa Kakek Michio untuk duduk di kursi yang tersedia. “Walaupun begitu, Kakek jangan mengabaikan kesehatanmu. Jika Kakek juga sakit, bagaimana nasib Archeron?”

Kakek Michio seperti tertampar akan hal itu. Dia menghela napas. Tubuhnya memang sudah terlalu tua untuk melakukan banyak aktivitas.

Kemarin dia sangat kaget mendapat panggilan dari Ethan dan seluruh laporannya. Archeron, anak itu nakal itu! Kakek Michio tidak bisa menahan omelan. Bisa-bisanya dia pergi sendiri tanpa memberitahu seorang pun sebelumnya.

Dan sepanjang malam ini, dia tidak bisa tidur setelah mendengar rekaman yang diperoleh dari Archeron. Percakapan cucunya dengan pria itu. Dan Kakek Michio tahu siapa dia. Namanya adalah Jonathan, teman karib anaknya yang entah bagaimana menghilang tanpa kabar belasan tahun lalu.

Tetapi hal yang tidak masuk akal, mengapa Jonathan mengatakan bahwa Jenaro memperkosa istrinya? Kakek Michio mengenal baik watak sang anak. Dia tidak pernah mabuk-mabukan, memainkan perempuan dan tidak pernah memiliki kehidupan yang berantakan. Dia sangat serius setiap waktu seolah kehidupannya hanya terpaku pada belajar, karier dan setelah bertemu Erina, dia bertekad membentuk keluarga yang harmonis hingga akhir hidupnya.

Kakek Michio curiga ini adalah konspirasi. Jadi dia segera menyewa beberapa detektif hebat untuk menggali masalah ini. Dan dia tidak lupa untuk membalas perbuatan Jonathan kepada keluarga anaknya. Karena Jonathan ditemukan tewas di tempat kejadian, Kakek Michio hanya bisa mengarahkan pandangan ke bisnisnya di luar negeri. Operasi akuisisi Dirgantara Corporation sangat kuat dan cepat. Pagi ini, proses akuisisi seluruh perusahaan Jonathan sudah hampir selesai.

Dia harus segera menemukan bukti nyata mengenai tuduhan Jonathan untuk menjelaskan kepada Archeron.

“Nak Davin, tolong bantu Kakek pergi beristirahat. Kakek harus terus sehat untuk mengurus masalah ini.” Kata Kakek Michio pada akhirnya.

Davin segera mengiyakan dan membantu Kakek Michio memperoleh satu lagi bangsal di dekat bangsal Archeron berada.

Di sisi lain, Liora berdiri seperti patung di depan kasur. Seorang pria entah bagaimana wujudnya karena hampir seluruh kulitnya ditutupi perban berbaring kaku di atas kasur tersebut. Hanya seperempat wajahnya yang pucat dan beberapa bekas memar di pipinya yang terlihat.

Kaki Liora terasa seperti jeli. Dia kembali melangkah mendekat dan tidak kuasa menopang tubuhnya sendiri. Dia berlutut di tepi brankar dan masih menatap wajah Archeron.

Air matanya tanpa disadari kembali meluruh. Dia menggigit bibirnya untuk menahan isakan yang akan keluar. Memar di pipi itu... mirip seperti mimpinya.

Archeron terkubur dalam puing-puing bangunan tua, sekujur tubuhnya tidak bergerak dan kesadarannya pun tidak ada. Tubuhnya penuh luka-luka dan kepalanya terus mengeluarkan darah. Kemungkinan tulang-tulangnya juga patah karena tertindas pecahan tembok yang berat.

Apakah kondisinya di dalam mimpi juga terjadi di dunia nyata ini?

Liora berusaha bangkit sambil memegang pinggir kasur. Menatap lamat sisi wajah laki-laki itu dan dengan suara bergetar berkata, “Lo janji gak bakal masuk ke gedung tua, Ar... waktu itu lo berjanji. Sekarang apa?”

“Ar, lo jahat. Gue... marah sama lo.” bisiknya lalu mulai terisak.

Tbc

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang