11. Tak terduga

38K 6.9K 194
                                    

Rencananya aku mau update setiap hari mulai bulan depan, tapi aku gak sabar. Apa lagi liat semangat kalian. Jadi aku memutuskan mulai hari ini setiap hari bakal update Archeron❤ Jangan bosan baca Archeron yaa😗

Aku juga punya beberapa cerita yang mau dipublis tapi komitmen harus tamatin yang masih on going dulu. Hahaha...

Jangan lupa vote dan komen. Sankyu.

Ruang aula dari sebuah hotel berbintang lima yang baru dimasuki Liora ini sangat besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang aula dari sebuah hotel berbintang lima yang baru dimasuki Liora ini sangat besar. Tentu saja, ini adalah hotel milik keluarganya.

Gadis itu mengedarkan pandangan, menatap berbagai sosok yang menggunakan pakaian megah dan mahal. Dalam perjalanan ke hotel, Davin memberitahu dia bahwa Om Reno di mulut Danu sebelumnya adalah teman karib papanya yang perusahaannya bergerak di bidang elektronik.

Saat ini Liora mengenakan gaun toska di atas lutut dengan rambut terurai dan dihiasi jepit agar tidak terlalu polos. Liora memang sudah terbiasa mengunjungi perjamuan seperti ini sejak kecil.

“Rara sayang,”

Liora beserta keluarganya berhenti dan menoleh ke arah suara. Melihat Zaskia beserta Erik, suaminya, mereka berakhir saling menyapa.

“Apa kabar sayang? Mami kangen banget sama kamu.” Zaskia cipika-cipiki bersama Liora. Liora selalu tahu bahwa Zaskia sudah menganggapnya seperti putrinya sendiri sejak dulu karena di keluarga mereka hanya mempunyai dua putra.

“Baik, Mami gimana?” tanya Liora dengan senyum di wajah. Walaupun anak tertua Zaskia menjengkelkan, namun dia tidak bisa mengabaikan kasih sayang tulus yang diberikan Zaskia.

“Mami juga.” Zaskia menatap penampilan Liora dengan jejak kepuasan di matanya. “Anak Mami cantik banget seperti biasa.”

Liora hanya menanggapi dengan kekehan pelan.

“Jefri gak ikut Mih?” tanya Liora basa basi. Dia melirik Danu yang sudah berbincang dengan Erik, sedangkan Davin sedang ngobrol bersama Venia.

Zaskia menggeleng pelan dengan raut sedih. “Kedua anak nakal itu. Yang satu katanya mau fokus belajar di rumah sedangkan lainnya pergi keluar gak tau ke mana.”

Alis Liora terangkat samar. Jika tidak salah menebak, mungkin Rezi sedang menikmati malam minggu bersama Zia.

“Kalau tau kamu juga di sini lebih baik Mami paksa Rezi dateng buat nemenin kamu.”

“E-eh, gak usah Mih.” Kalau dia dateng rasanya pen gue jotos aja tu orang. Sambung Liora dalam hati.

“Kata Rara mau makan, gih ke sana. Mama sama Mami mau ke ibu-ibu yang lain.” kata Venia yang entah sejak kapan selesai berbicara dengan Davin, dengan mata melirik ibu-ibu sosialita lainnya.

Liora mengangguk patuh dan akhirnya mereka semua bepencar. Danu pergi menemui rekan sambil terus memperluas relasi, Venia menyapa ibu-ibu sosialita, Davin pergi bergabung ke teman-temannya dan Liora memutuskan mendekati meja makan yang menyediakan beragam kue.

Tanpa sadar gadis itu menjilat bibirnya dan segera mengambil piring. Matanya cerah tatkala melihat bahwa sebagian kue mengandung stroberi. Dengan segera dia mengambil beberapa dan duduk di meja yang disediakan.

Perhatian Liora terkubur dalam makanannya sampai saat dia mendengar celotehan gadis di sisi lain.

“Gue gak nyangka ketemu Archeron di sini!” Nada suaranya penuh semangat seolah memenangkan lotre puluhan juta.

Sendok yang hendak masuk ke dalam mulut Liora terhenti. Dia membatu sesaat dan satu hal masuk ke dalam benaknya. Archeron yang mereka maksud bukan Archeron yang dia kenal, kan?

Tanpa sadar Liora mengedarkan pandangannya ke berbagai sisi. Aula ini sangat ramai. Jika itu beneran Archeron yang dia tahu, peluang mereka bertemu kira-kira berapa persen?

Segera Liora menyelesaikan sesi makannya dan memutuskan bersembunyi. Tempat sembunyi terbaik yang hinggap di pikiran Liora saat ini hanyalah balkon! Dalam perjamuan pesta ini, memangnya siapa yang mau menghabiskan waktu di balkon yang dingin?

Senyum gadis itu langsung merekah memikirkan alasan yang sangat masuk akal ini. Dia tidak bisa tidak menganggumi diri sendiri. Rara, kenapa lo pinter banget!

Sebelum keinginannya terlaksana, Liora harus dihentikan oleh Venia dan Danu yang memanggilnya antusias. Tidak punya pilihan lain, gadis itu mendekat.

“Rara, kenalin ini Kakek Michio Dirgantara.” Venia langsung memperkenalkan sosok berambut putih yang berdiri kuat di samping Danu.

Jika bukan karena perkenalan Venia, Liora mungkin tidak akan menyadari presensi pria tua ini. Mengamati sekilas, seluruh rambut Kakek Michio berwarna putih dan kulitnya keriput faktor umur. Matanya sipit namun tegas. Ada senyuman hangat di bibirnya saat ini.

Hati Liora menghangat melihat Kakek Michio. Kakek dan nenek entah dari pihak Danu atau Venia sudah pergi sehingga dia tidak bisa merasakan kasih sayang mereka lagi.

“Halo Kakek! Namaku Shaquilla Lioraca Naraya, biar lebih enak Kakek panggil aja Rara seperti Mama.” ujar Liora semangat sambil menyalim Kakek Michio.

Kakek Michio menepuk punggung tangan Liora penuh kasih sayang. “Gadis yang cantik.”

Liora menatap wajah Kakek Michio lebih teliti dan sedikit ragu bertanya, “Kakek orang Jepang?”

Kakek Michio langsung tertawa pelan melihat ekspresi penasaran gadis kecil itu. “Ya. Bagaimana Rara tau?”

“Nama Kakek, Michio. Kayak nama orang Jepang. Wajah Kakek juga.”

Lagi-lagi Kakek Michio tertawa. Liora sampai bingung kenapa Kakek ini tertawa terus. Apakah Kakek Michio memiliki selera humor yang rendah?

Liora dengan cepat menggeleng. Astaga Liora, berdosa banget ngomongin orang yang udah tua! Bantinnya.

“Rara sekolah di mana?”

“SMA Angkasa.”

Senyum Kakek Michio lebih dalam. “Bagus, bagus. Cucu Kakek juga di sana.”

Alis Liora terangkat. “Cucu Kakek?”

“Ya.” Kakek Michio memerhatikan Liora lagi sebelum berbicara, “Bagaimana jika Senin lusa Rara datang bermain di rumah Kakek? Besok Kakek masih memiliki pekerjaan.”

“Rumah Kakek? Tapi Rara gak tau.”

Kakek Michio menepuk lagi punggung tangan Liora yang masih dipegangnya. “Datanglah bersama cucu Kakek. Nanti Kakek sampaikan untuk mengajakmu pergi ke rumah.”

Liora menatap Venia dan Danu. Mendapati anggukan, Liora tanpa ragu mengangguk. “Oke, Kakek! Rara di kelas XII-IPS 1. Cucu Kakek bisa dateng ke kelas itu.”

Kakek Michio mengangguk pelan dan masih mempertahankan senyuman.

Merasa tidak ada yang bisa dibicarakan lagi, Liora segera pamit dan kembali melanjutkan kegiatan bersembunyinya.

Melangkah keluar balkon, dinginnya udara malam menusuk kulit Liora yang terbuka. Dia menggigil sesaat sebelum kembali berjalan mendekati pagar pembatas. Dia memegang pagar besi tersebut, memejamkan mata sambil menghirup udara dingin yang anehnya menenangkan hatinya.

Di sisi lain, Archeron yang mengenakan setelan jas hitam pekat tengah menyandarkan punggung di samping pintu balkon. Melihat sosok gadis bergaun toska, dia jelas tidak menyangka gadis itu datang ke tempat ini.

Mata Archeron tidak bisa teralihkan. Dia terus menatapnya dengan lekat dan tanpa disadari sudut bibirnya sedikit terangkat.

Benar-benar tak terduga bertemu dengannya di tempat terpencil ini.

TBC

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang