45. Pingsan

32K 5.1K 75
                                    

Kakek Michio menatap kertas-kertas di tangannya dengan tangan gemetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakek Michio menatap kertas-kertas di tangannya dengan tangan gemetar. Wajahnya yang sudah keriput penuh kelelahan. Dia menghela napas panjang.

“Jadi pelaku yang sebenarnya belum ditemukan?” tanya Kakek Michio pada seorang pria berseragam polisi yang duduk di hadapannya.

Polisi tersebut mengangguk mengiyakan. “Saat ini kami baru menangkap pria yang menerobos masuk ke dalam SMA Angkasa dan hendak mencelakakan Archeron. Namun seperti yang sudah dilaporkan pada berkas tersebut, pelaku ternyata bisu dan buta huruf karena tidak bersekolah. Sampai saat ini kami sedang berusaha agar dia mau mengakui siapa bosnya.”

Kakek Michio memejamkan mata mendengarnya. “Saya curiga dalang dari semua ini adalah saingan bisnis saya.”

“Bisa jadi. Saya akan berusaha membantu Om. Masa depan Archeron masih panjang.”

“Archeron satu-satunya cucu saya. Kelak dia yang akan mewarisi bisnis almarhum papanya. Saya di sini hanya sebagai walinya saja. Mereka mengincar Archeron membuktikan bahwa mereka juga mengincar bisnis saya.”

Polisi tersebut termenung mendengar kata-kata Kakek Michio.

Suasana hening yang tiba-tiba tersebut hancur begitu suara rendah seseorang terdengar.

“Kakek.”

Mata Kakek Michio terbuka lebar. Gurat kelelahan di wajahnya seketika menghilang. Senyuman kecil langsung muncul di bibirnya.

“Archeron, kamu pulang? Mari duduk sebentar di sini. Ini teman papamu dulu, Ethan. Masih ingat?” Kakek Michio memperkenalkan polisi tersebut kepada Archeron dengan semangat.

Pandangan Archeron beralih pada pria di sofa seberang. Dilihat dari seragam dan lambangnya, sepertinya teman almarhum papanya berpangkat tinggi.

Archeron menyapa dan duduk di sofa lain yang masih kosong sesuai pintaan Kakek Michio. Tatapannya langsung tertuju pada map cokelat di pangkuan kakeknya.

“Apa itu?”

Kakek Michio tidak ingin menutupi apapun dari Archeron. Jadi dia menyerahkan dokumen tersebut kepada cucunya dan membiarkan Archeron membacanya hingga tuntas.

“Pelakunya sudah ditangkap?” Alis Archeron terangkat sedikit kaget. “Kapan?”

Ethan tersenyum sedikit dan menjawab, “Siang tadi. Kami menggunakan sidik jari yang tertinggal dan CCTV belakang sekolah. Kebetulan sang pelaku menggunakan mobil bekas yang dirental dan memiliki plat. Setelah beberapa saat investigasi, kami berhasil menangkapnya.”

“Dia juga yang meninggalkan kotak di atas meja Liora dan menguntit?”

“Ya, dia orang yang sama.”

Archeron menatap Ethan. “Saya mau menemuinya.”

Kakek Michio terbatuk-batuk sementara. Setelah itu dia segera menyela keinginan Archeron. “Biarkan paman polisi yang bekerja Archeron.”

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang