7. Adil

37.7K 6.9K 373
                                    

Ini takdir bukan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini takdir bukan?

Pertama kali, mereka bertemu secara tidak sengaja di UKS. Kali ini mereka bertemu di jalan. Hanya butuh dua kali pertemuan tanpa diduga ini membuat Liora berkomitmen dalam hati dan bersumpah seluruh jiwa, raga, dan darah yang mengalir dalam nadinya bahwa laki-laki ini adalah dewa tampannya! Miliknya! Tidak ada yang boleh merebutnya!

Archeron mengangkat kepalanya dan menoleh. Melihat Liora yang bergeming di luar, dia bertanya, “Gak masuk?”

Liora mengerjap pelan lalu segera masuk dengan barang bawaannya. Setelah memasang sabuk pengaman, dia meringis pelan melihat bagian bawah yang penuh dengan paperbag kemudian ragu-ragu melirik laki-laki itu lagi.

“Maaf, gua kebablasan belanja tadi.”

Archeron mengangguk pelan. Dia melirik jam tangan hitam bulat di pergelangan tangan kirinya memeriksa waktu. “Alamat?”

“Ah...” Liora tersadar belum melaporkan alamat rumahnya. Setelah memberitahu sopir di depan, Liora kembali melirik Archeron. “Makasih udah kasih tumpangan.”

“Hm.”

Terlalu dingin! Liora menggigit bibirnya. Tapi dia tidak mau menyerah, kapan lagi bisa ketemu dewa tampannya! “Em, lo tau gue?”

Tanpa meliriknya, Archeron menjawab, “Liora.”

Senyum manis Liora mengembang. Ahhh!!! Dewa tampan mengingatnyaa!

“Gue kira lo gak tau.” Liora menyengir. “Btw lo tau gak kita pernah ketemu di UKS? Itu, gue ranjang sebelah...”

“Yang ngintip gue? Oh.”

Liora seketika meringis malu. Apakah kesan dirinya seperti itu di dalam hati dewa tampan? Benar-benar menyebalkan. Jika tau dia adalah dewa tampan, Liora tidak akan melakukan hal memalukan.

“I-itu gak disengaja kok.” Segera gadis itu membela diri. “Gue denger ada suara game, jadi gue cari sumber suaranya. Siapa tau itu lo.”

Archeron diam. Tapi Liora tidak memiliki keinginan untuk berhenti berbicara. “Gue lupa ucapin makasih. Salep yang lo kasih bagus, tangan gue sembuh dalam dua hari. Rotinya juga enak!”

“Uhuk,” Pria di depan tidak bisa menahan batuk pelan.

Mata dingin Archeron melirik pria itu, membuatnya segera menegakkan punggung dan mengalihkan lirikannya dari kaca spion lalu fokus mengemudi.

Sambil membalikkan lembaran buku, Archeron menanggapi ucapan gadis di sampingnya. “Bukan gue.”

“Jangan malu-malu. Gue tau itu lo.” Liora merasa bahagia.

Pria di depan tidak bisa menahan senyum. Baru kali ini ada gadis yang sangat aktif di samping Tuan Muda-nya.

Kali ini Archeron tidak menjawab. Kelihatannya dia biasa saja, namun sebenarnya perhatiannya sedikit terganggu dan jelas ingin mendengar lebih banyak celotehan gadis itu.

“Lo gak dijemput?”

Dengan satu pertanyaan tersebut, Archeron berhasil menarik gadis itu untuk bercerita panjang lebar.

“Sebenernya bermula dari mamanya Rezi yang dateng ke rumah gue dan minta gue tetep jadi tunangannya. Katanya cowok-cowok pada labil dan mudah bosan. Setelah merasakan bersama perempuan lain, pasti dia bakal sadar kalau gue adalah perempuan yang paling tepat.” Liora meniru kalimat Zaskia.

Alis Archeron terangkat sedikit. “Lo mau?”

Segera Liora mencibir, “Enggaklah! Cuma cewek bego yang mau. Gue cewek pinter.”

Kemudian Liora melanjutkan. “Gue dipaksa pergi sama Rezi ke mall. Terus tiba-tiba Zia nelpon kayaknya minta dijemput jadi gue ditinggal.”

Gadis itu cemberut. Tatkala menoleh menatap Archeron yang bertempramen tenang sambil membaca buku dipangkuannya, wajah Liora menjadi cerah. “Tapi gak masalah. Dia ngasih kartu buat gue belanja. Gue porotin aja dia sampe mampus.” Dan lebih beruntungnya, gue bisa ketemu lo!

Mobil berhenti dengan mulus. Sebenarnya pria paruh baya itu tidak ingin menyela keharmonisan di belakang, tapi dia harus berkata, “Kita sudah sampai.”

Liora melirik jendela. Melihat rumah bertingkat dua di sana, dia tidak bisa menahan kekecewaan. Dia ingin berlama-lama dengan dewa tampan.

Sepertinya otak Liora sangat aktif sehingga dia segera mendapatkan ide. Dia mengeluarkan ponsel dan mengulurkannya pada Archeron dengan mata cerah.

“Kita sebagai kawan satu sekolah gak boleh putus dalam berkomunikasi. Jadi bisa minta nomor WA lo gak? Sekalian aja LINE, Telegram dan Instagram!”

Archeron menatapnya sejenak sebelum dengan tenang mengambil ponsel bercase ungu tersebut. Dia mengotak atik ponsel Liora selama semenit lalu mengembalikannya.

Tanpa memeriksa, Liora memasukkan ponselnya dalam tas selempang dengan suasana hati bagus. “Makasih tumpangannya. Sampai jumpa!”

Liora mengamati mobil itu perlahan melaju. Ketika melihat bahwa mobil tersebut sudah menjauh, dia tidak sabar untuk memekik, “YES!”

Dalam mobil suasana kembali seperti sebelumnya. Pria di depan melirik kaca spion, lalu menghela napas pelan. “Gadis itu sangat manis.”

Archeron tidak menanggapi. Dia melirik luar jendela lalu menunduk menatap ponselnya yang menampilkan chat WA dari nomor tidak dikenal.

Beberapa saat tidak ada gerakan, akhirnya dia menyimpan nomor tersebut dengan nama 'Liora' dan segera mematikan ponselnya.

Tadi saat dia mengotak-atik ponsel gadis itu, Archeron mengambil kesempatan untuk mengirim chat melalui Whatsapp Liora pada miliknya sehingga dia mendapatkan nomor gadis itu juga.

Archeron menyandarkan kepala ke belakang lalu memejamkan mata. Liora mendapatkan sosial medianya dan dia mendapatkan nomor Liora.

Dengan begini, bukankah mereka adil?

TBC

ARCHERON ✓Where stories live. Discover now