26. Keberangkatan

33.2K 6K 316
                                    

Di luar gerbang sekolah yang terkunci, beberapa bus sudah terparkir rapi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di luar gerbang sekolah yang terkunci, beberapa bus sudah terparkir rapi. Banyak orang yang saling berbincang penuh semangat menunggu teman sekelasnya datang.

Ketika Liora datang, dia segera disambut oleh Devia dan Sherin yang sangat bersemangat. Bahkan kedua sahabatnya itu memaksa dirinya untuk mengenakan knit hat agar mereka bertiga seperti kembaran.

“Di grup kelas tadi malem anak-anak pada bacot. Tau gak, ternyata ada tiga kelas yang barengan pergi ke puncak!”

“Banyak banget.” Liora mengerutkan kening.

“Yah mau gimana lagi. Kita tiga kelas totalnya 60 orang, yang gak diizinin orang tuanya ada 8. Jadi total yang pergi ke puncak 52 orang.” Devia menjelaskan.

“Semua udah lengkap. Ayo berangkat sekarang.” Teriak Vinero melalui toa yang disambut sorak sorai anggota kelasnya. Semuanya segera masuk ke bus kelas mereka dan memilih tempat duduk.

Devia langsung menarik Liora duduk dibagian tengah, dengan posisi Liora berada di dekat jendela dan Devia di pinggir. Sedangkan Sherin mau tak mau mengalah duduk di belakang mereka bersama gadis lain.

Liora melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.32. Senyum tipis menyebar di bibirnya. Karena memikirkan bagaimana keseruan hari ini, dia sampai tidak bisa tidur hingga tengah malam.

“Ra, liat gue bawa apa aja.” Devia menepuk pundak Liora dan membuka tas gunung besarnya. “Sebagai sahabat yang baik, gue menyediakan skincare dan autan buat kalian. Di pegunungan pasti banyak serangganya.”

“Bagus!” Liora mengangguk penuh apresiasi.

Sepanjang jalan, bus itu sangat berisik, seperti saat ini.

“NAIK, NAIK, KE PUNCAK GUNUNG... TINGGI, TINGGI SEKALI....”

Semua dengan kompak bernyanyi dan bertepuk tangan. Seperti anak paud yang berwisata bersama guru mereka.

“KIRI, KANAN, KULIHAT SEMUA, BANYAK POHON CEMARAA, AAAA... KIRI, KANAN, KULIHAT SEMUA, BANYAK—”

“SETAN CANTIKNYA. HAHAHA....” Laki-laki yang duduk di depan dengan kompak memotong lagu dan menambahkan lirik versi mereka lalu terbahak sendiri.

“Yeee goblok!” Para gadis berteriak tidak senang dan melemparkan semua yang ada di tangan mereka ke sumber suara.

Devia yang berada di samping Liora tiba-tiba mendapat ide. “Guys! Gimana kalo kita share story?

“Ide yang bagus.”

“Setujuuu!”

“Siapa yang mau cerita dulu?”

“Karena gue yang usulin, biar gue yang duluan.” Usul Devia suka rela.

“Boleh, boleh, boleh.”

Devia berdeham pelan, saat hendak bersuara, Vinero segera menyela. “Pake toa, Dev. Di depan gak kedengeran.”

“Oke.” Devia menerima toa dan mendekatkan ke mulutnya. “Jadi, gue mau cerita pengalaman liburan semester gue kemaren. Rada creepy sih. Yang penakut bisa sumpal telinga ya.”

“Ayo cerita Dev.”

“Oke, oke. Jadi gini, waktu itu gue sama keluarga gue liburan ke kampung gue di Bandung. Gue punya sepupu cewek yang umurnya udah 20 tahun. Semua orang di keluarga besar gue tau kalo dia ini emang rada aneh gitu. Suka bicara, marah, dan ketawa sendiri.”

“Anjir.” Seseorang memekik pelan.

Devia tidak berhenti dan terus melanjutkan ceritanya. “Waktu itu semua keluarga emang lagi nginep di rumah nenek. Nah, tante gue waktu malem sekitar jam sembilan gitu, keluar mau ngambil sepatu di depan pintu. Kebetulan di depan rumah nenek gue emang ada ayunan dari ban mobil buat mainan anak-anak di keluarga gue. Di sana dia ngeliat sepupu gue itu duduk di ayunan dan kayak ada yang dorongin dia gitu dari belakang.”

“Bisa aja tuh dia ayunin diri sendiri.” Timpal seorang laki-laki di depan.

“Iya, tante gue awalnya mikir gitu juga. Tapi pas dia liat ke bawah, kaki sepupu gue itu gak sampe tanah! Tante gue auto ketakutan dong, akhirnya berbalik mau masuk dan tiba-tiba denger cekikikan sepupu gue.”

“Shit.”

“Bjir, gue merinding.”

“Terus gimana Dev?”

Devia mengerjap pelan dengan polos. “Terus gue gak tau. Soalnya gue ngarang.”

Mendengar itu semua di dalam bus langsung meledakkan amarah.

“ANJ! DEVIA BABI!” Sherin di belakang langsung meraung.

“GUE SUMPAHI LO JADI NENEK LAMPIR KERIPUT DEV!”

“GUE UDAH SERIUS DENGERINNYA ANJIR!”

Devia langsung ketakutan mendengar sumpah serapah teman-temannya dan duduk di kursinya sambil menciutkan diri ke Liora.

“Ish, baperan amat.” sindir Devia tidak terima.

Liora terkekeh karena tingkah sahabatnya. Seperti yang dia duga, perjalanan liburan ini memang sangat menarik.

Toa yang dipegang Devia sudah direbut oleh yang lain. Mereka kembali bernyanyi bersama, memainkan game dan hal seru lainnya.

“Eh, itu bus kelas lain kan?” tanya Vinero yang menggunakan toa.

Semua orang berusaha melihat ke depan. Membenarkannya, dengan penuh semangat mereka berteriak, “PAK SOPIR, NGEBUT PAK!”

“LEWATIN MEREKA!”

“ASIK, BALAPAN.”

Seolah mengiyakan, kecepatan bus mereka bertambah hingga mendekati bus di depan. Semua di dalam bus bersorak sorai. Dan ketika bus kelas mereka sejajar dengan bus kelas lain tersebut, mereka segera mengacungkan jempol terbalik dan berteriak memprovokasi.

Liora ngakak bersama Devia. Mereka benar-benar menikmati hal semacam ini. Saat dia menoleh ke samping, dia tertegun. Tangannya terangkat menyentuh kaca jendela yang menampilkan sosok laki-laki di bus kelas lain tersebut yang juga duduk di kursi dekat jendela.

Begitu laki-laki itu menoleh, kedua mata mereka bertemu. Jantung Liora berdegup keras dan masih tidak mempercayai penglihatannya. Begitu dia tersadar, bus kelas Archeron telah tertinggal di belakang bus kelasnya.

TBC

ARCHERON ✓Where stories live. Discover now