30. Pulang

33.9K 5.8K 322
                                    

Di hari berikutnya, semua bangun dengan penuh semangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di hari berikutnya, semua bangun dengan penuh semangat. Hari ini adalah hari terakhir mereka di sini. Kebanyakan dari mereka memilih berjalan-jalan, ada yang sarapan terlebih dahulu, dan beberapa orang menyiapkan bahan mentah untuk pesta BBQ mereka sore nanti.

Liora, Sherin dan Devia adalah salah satu kelompok yang memilih berjalan-jalan di sekitaran villa. Begitu kembali, mereka langsung berleha-leha di sofa ruang tamu.

Kemarin sore saat Liora mengetahui Sherin dan Devia berkelahi dengan Zia dkk, dia langsung memarahi mereka. Apa lagi melihat rambut landak Devia dengan goresan kuku di pipinya. Setelah hampir semalaman mengomel, akhirnya dia berhenti begitu dibujuk kedua sahabatnya.

“Rino! Kamu liat Rezi gak?”

Suara itu menarik perhatian Liora dan sahabat-sahabatnya.

“Dia masih di kamar, belum mau keluar.”

“Cih, pasti takut dia.” Sindir Sherin keras membuat Zia menoleh. Sepertinya dia malu, jadi begitu melihat keberadaan mereka dia langsung bergegas pergi.

Namun dalam hati Zia merasa kesal. Memikirkan Archeron menggendong Liora kembali, dia tidak bisa tidak merasa aneh. Dialah yang mengubah arah petunjuk jalan secara diam-diam saat Rezi dan Senia tidak melihat. Dan beberapa meter kemudian dia beralasan ingin memeriksa barangnya yang jatuh dan pergi sendiri. Saat itu dia melihat sosok Liora menuju arah yang salah. Tidak ingin orang lain menemukan keanehan, dia segera kembali mengubah posisi arah yang benar dan pergi.

Tapi mengapa bisa Archeron menemukan Liora?!

Berbeda dengan Zia yang gelisah, Liora di ruang tamu sedang asyik bercerita dengan Sherin dan Devia.

“Archeron!” Sapa Liora begitu melihat laki-laki itu.

Devia dan Sherin seketika saling menyikut satu sama lain.

“Eh iya Ra. Gue sama Sherin harus ngurus peralatan BBQ.” Kata Devia yang diangguki Sherin cepat.

Liora tahu pemikiran sahabat-sahabatnya itu. Dia langsung cemberut dan hendak berkata tetapi gagal begitu keduanya melengos begitu saja. Dia menghela napas lalu menatap Archeron yang semakin mendekat.

Tangan Archeron terulur mengacak rambut Liora pelan. “Gimana kaki lo?”

Liora segera mengangkap tangan Archeron. “Udah baikan. Jangan acak rambut gue, berantakan nih.” katanya sambil merengut.

“Tangan lo kenapa lagi?!” Liora mendekatkan punggung tangan Archeron ke hadapannya. Dia mendongak menuntut penjelasan.

“Kena air panas dikit.”

Kening Liora mengerut dan menatap punggung tangan Archeron yang memerah sedikit bengkak. Dia mencoba memikirkan alasan lain, tapi tidak mendapatkannya. Akhirnya dia menghela napas pelan.

“Tunggu bentar di sini.” kata gadis itu memperingati dan berjalan pergi menuju lantai dua.

Archeron menarik pandangannya dari Liora dan menunduk menatap punggung tangannya. Di matanya, terlintas binar kepuasan.

Tak lama kemudian Liora datang dan langsung mengoles salep yang sengaja dibawanya belakangan ini sejak dia melihat tangan Archeron yang memerah di perpustakaan.

“Lain kali hati-hati.” Nasihat Liora yang masih menggosok punggung tangan Archeron.

Archeron yang merasakan sensasi dingin di tangannya bergumam pelan, “Hm.”

Pada sore hari, semua orang berkumpul di belakang villa. Alat panggang dan bahan-bahan BBQ sudah lengkap di sana. Mereka mulai memanggang dan bersenang-senang.

Di tengah kesenangan itu, seseorang keluar dari villa dan langsung mengambil atensi semua orang.

“Rezi? Muka kamu kenapa?” Zia berlari mendekat dan menatap wajah bonyok laki-laki itu.

Rezi meringis pelan saat Zia menyentuh pipinya dan segera menghindar. “Gak papa.”

Tak jauh dari sana Sherin mengernyit. “Perasaan gue gak separah itu mukul dia.”

Liora terdiam sejemang. Entah kenapa dia teringat tangan Archeron yang memerah.

Begitu menoleh ke Archeron dengan pandangan menyelidik dan membuka mulut hendak bertanya, laki-laki itu langsung menyumpal mulutnya dengan ayam panggang. “Ayamnya enak, makan yang banyak.”

Melihat ke sisi lain, Rezi menangkap pemandangan harmonis Liora dan Archeron. Dia mengepalkan tangannya kuat saat teringat kejadian semalam.

Archeron menyugar rambutnya ke belakang dan menatapnya yang terduduk di tanah dengan dingin.

“Ini cuma peringatan. Jauhi Liora, jangan sampe gue denger terjadi sesuatu karena lo lagi.”

Rezi yang meringis kesakitan di seluruh tubuh dan wajahnya menatap punggung Archeron yang semakin menjauh dan tertelan kegelapan. Dia ingin balas menghajarnya, tapi sayangnya dia tidak mampu melakukannya.

***

Keesokan harinya lagi, mereka semua sudah bersiap untuk turun gunung. Beberapa orang mengeluh. Walau mereka suka dan bersenang-senang di sini, hal yang tidak mereka sukai adalah naik turun gunung.

Liora berjalan dengan Archeron di belakang Devia dan Sherin. Karena kakinya yang masih sakit, kadang Archeron harus menopangnya.

“Gue gendong?”

Liora mendengkus. Entah sudah berapa kali Archeron menawarkan kalimat ini. “Nggak perlu, Archeron. Gue bisa.”

Akhirnya Archeron memilih berhenti bertanya. Saat mereka sampai di jembatan, Liora berkedip beberapa kali melihat jembatan gantung itu sedikit bergoyang.

Merasa perasaannya tidak enak, Liora segera menahan sahabatnya dan Archeron.

“Gue capek. Istirahat bentar.”

“Iya, iya. Kasihan juga kaki lo daritadi jalan terus.” timpal Devia menyetujui.

Jadi mereka berempat segera menyingkir ke samping dan membiarkan orang-orang di belakang mereka lewat.

Liora terus menatap jembatan tersebut. Setengah dari mereka sudah berjalan di atas jembatan namun tidak terjadi apa-apa. Jadi gadis itu menghela napas untuk menghapus kegugupannya dan berbalik.

Dua jam kemudian akhirnya mereka sampai ditempat bus mereka menunggu. Masing-masing orang masuk ke bus kelas mereka dalam diam. Kali ini, Archeron numpang di bus kelas Liora dan duduk di samping Liora walau tidak ada diantara keduanya yang berbicara.

Bahkan dalam perjalanan kembali ke kota, bus sangat hening. Kebanyakan dari mereka menutup mata dan tidur dengan kelelahan.

TBC

ARCHERON ✓Where stories live. Discover now