31. Beracun

34.7K 6K 518
                                    

Hari Senin adalah hari sial bagi sebagian siswa

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Hari Senin adalah hari sial bagi sebagian siswa. Apa lagi bagi seluruh siswa angkatan kelas XII SMA Angkasa. Begitu memasuki gerbang, mereka sudah langsung digiring menuju lapangan upacara dan berkumpul di sana.

Liora dengan bingung menuju lapangan upacara. Saat dia baru saja tiba, semua orang sudah berbaris rapi per kelas. Segera dia menggabungkan diri di baris terakhir kelasnya. Melihat kedua sahabatnya berada di tengah barisan, dia segera menyelinap ke sana.

“Ini ada apa sih?” bisiknya kepada kedua sahabatnya.

“Gak tau juga. Wakepsek lagi ngamuk tuh di depan.” balas Devia sambil berbisik juga.

“Mohon semuanya diam.” Wakil kepala sekolah berkepala botak dengan perut bundar berbicara menggunakan mic. “Beberapa hari yang lalu saya mendapat berita bahwa kalian semua, angkatan kelas XII liburan bersama atas nama sekolah.”

Semua orang kaget. Mereka langsung bersungut-sungut tidak terima. Nyatanya mereka juga tahu pengalaman angkatan-angkatan sebelumnya. SMA Angkasa tidak mengizinkan siswanya pergi berkelompok dengan mengatasnamakan sekolah.

“Saya juga mendapat laporan dari beberapa orangtua siswa yang bertanya mengenai study tour sekolah. Padahal sekolah kita tidak mempunyai jadwal tersebut.”

Seluruh barisan semakin berisik mendengarnya. Bahkan ada beberapa siswa yang berteriak kesal.

“Woii orang tua siapa yang mulutnya cepu bat?!”

“Kick dari sekolah dah tu orang yang bohong ke orang tuanya.”

“Awas aja ketahuan siapa yang nyebar fitnah!”

“Diam!” titah wakil kepala sekolah tegas. Dia mengedarkan pandangan kemudian menaikkan kacamatanya. “Hukuman kalian kali ini adalah berjemur di sini dua jam setelah itu kalian wajib membersihkan sekeliling sekolah saat bel pulang berbunyi. Saya akan memeriksanya nanti.”

“Gak bisa gitu dong pak! Kami semua kepanasan!”

Tentu saja mereka tidak terima. Enak saja mereka disuruh berjemur dua jam di lapangan upacara!

“Kalian meremehkan ucapan saya? Mau skors berapa hari?”

Ancaman itu berhasil mengurangi omelan siswa-siswi tersebut. Guru-guru di SMA Angkasa sangat tegas. Bahkan dalam satu semester saja lebih dari lima orang dikeluarkan dari sekolah karena poin pelanggarannya lebih dari 100. SMA Angkasa sangat tidak toleran terhadap siswa-siswi yang tidak disiplin.

“Baik. Itu saja yang saya sampaikan. Silakan para ketua kelas mengatur wilayah pembersihan masing-masing kelas.” Setelah ucapan penutup, tanpa basa-basi wakil kepala sekolah pergi dari sana.

“Duhh, panas banget lagi.” Keluh Devia kesal.

Sherin mengusulkan ide jahatnya. “Gimana kalo lo pura-pura pingsan. Enak tuh gue sama Rara temenin di UKS.”

Devia memelototinya. “Lo lupa betapa pinternya wakepsek? Trik licik kek gini kagak akan mempan sama dia. Gue gak mau disuntik ye.”

Liora menatap kedua sahabatnya tidak berdaya. Mereka selalu adu bacot di mana pun dan kapan pun. Dia melihat semua orang mulai berpencar untuk mencari tempat berteduh dan segera menarik Devia serta Sherin untuk berteduh juga.

Selang dua jam kemudian, dengan penuh keringat mereka kembali ke kelas masing-masing dan langsung disambut dengan ulangan yang membuat otak mereka hampir meledak di saat itu juga.

***

Archeron memainkan pulpen di antara sela jemarinya dengan lancar dan menatap buku pelajaran di atas meja dengan acuh tak acuh. Guru di depan sibuk menjelaskan materi dan orang-orang sekelilingnya fokus memerhatikan.

Rasa peka Archeron terhadap sesuatu begitu kuat. Buktinya saat ini, dia merasa ada yang menatapnya terus menerus. Begitu dia mengangkat wajahnya dan melihat ke sumbernya, dia mendapati Rezi memalingkan muka dengan segera.

Sudut bibirnya terangkat, tersenyum datar. Sejak kemarin saat pulang dari puncak setelah Rezi melihatnya, dia akan mengambil jalan lain untuk menghindar.

Gerakan di tangannya terhenti. Matanya menunduk dengan riak di mata yang samar memperlihatkan sedikit sentuhan emosi.

Ancamannya untuk Rezi malam itu tidak main-main. Jika dia berani menyakiti Liora, dia akan langsung turun tangan dan menghabisnya.

Adapun Zia... mata Archeron berangsur-angsur dingin.

Jika saat itu dia tidak memisahkan diri dari kelompoknya dan berjalan lebih dahulu, dia tidak akan menemukan apa yang telah Zia lakukan.

Saat itu dia dengan jelas melihat Zia memperbaiki arah petunjuk jalan dan sebelum pergi, dia melirik jalan di sebelah kanan. Jadi begitu dia melihat punggung Liora dari kejauhan di jalan tersebut, dia segera mengikuti.

Sedari awal Archeron tahu perempuan itu tidak baik sifatnya. Jika seseorang pintar, dia akan segera menemukan bahwa ada banyak kepalsuan dan perhitungan di mata Zia.

Archeron telah menemukan banyak orang sepertinya selama ini. Jadi tidak sulit melihatnya dalam sekali pandangan.

Ketika bel pulang berbunyi, Rino segera membawa mereka semua menuju taman belakang sekolah untuk membersihkan. Walau terlihat ogah, mereka sekelas dalam setengah jam membersihkan tempat yang hanya dikotori oleh dedaunan gugur saja.

Archeron mengeluarkan ponselnya begitu benda pipih itu bergetar. Melihat nama yang tertera dinotifikasi, keterasingan di wajahnya sedikit memudar.

Liora : Ar, share lokasi!

Archeron : Taman.

Tak lama kemudian Archeron kembali menerima balasan.

Liora : Tunggu di sana! Gue nyusul.

Archeron tersenyum tipis dan memasukkan ponselnya ke saku celana. Walau tidak mengiyakan, Archeron tetap berada di taman hingga semua orang pergi menyisakannya sendiri.

Mendengar langkah suara, dia mengira itu Liora sehingga dia berbalik dan hendak mengkritik karena membuatnya menunggu agak lama.

Namun dia tidak menyangka di hadapannya saat ini bukanlah sosok Liora yang dia tunggu melainkan Zia.

“Ar,” panggil Zia.

Archeron memalingkan wajah dan tidak menghiraukannya. Tatkala dia hendak pergi, Zia berkata panjang lebar.

“Ar, kenapa kamu mau dideketin Liora?” Suara Zia penuh keluhan. Bahkan menatapnya dengan sorot sedih.

“Aku gak pernah permasalahin dia selalu ganggu dan bully aku. Bahkan temennya nampar aku kemarin pun aku gak menyimpan dendam sama dia. Tapi aku gak terima gitu aja lihat dia memanipulasi kamu, Ar. Jangan tergoda dengan wajah cantiknya Liora!”

Ekspresi Archeron yang awalnya acuh tak acuh seketika berubah sangat dingin. Di dalam hatinya tanpa sadar poin ketidaksukaannya kepada Zia semakin bertambah.

Perempuan ini benar-benar beracun.

TBC

Asli aku ketiduran kemaren sore. Jadi lupa update. Hahaha.

Yok spam next di sini buat besok aku double update.

ARCHERON ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя