5. Secret Admirer

39.3K 6.7K 384
                                    

Mata Liora tidak berkedip menatap rupa laki-laki tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata Liora tidak berkedip menatap rupa laki-laki tersebut.

Sebab pahatan wajah laki-laki yang setengah berbaring dengan punggung bersandar pada kepala ranjang itu benar-benar memesona. Dari samping, hidungnya tinggi seperti perosotan, bibirnya sedang berwarna merah muda pucat, rambutnya hitam menutupi keningnya, serta garis rahangnya sangat kokoh dan tegas.

Jantung Liora semakin berdebar cepat. Sialan, sejak kapan ada laki-laki setampan ini?!

Mungkin karena pergerakannya, laki-laki itu menoleh. Untungnya refleks Liora cukup cepat. Dia segera mundur dan menutup tirai dengan lembut kemudian berharap laki-laki itu tidak tersinggung karena dia mengintip.

Beberapa menit tidak ada masalah, Liora kembali melirik tirai yang membatasi mereka. Dia menggigit bibirnya, ingin mengajak laki-laki itu berbincang tapi takut.

Namun siapa sangka laki-laki itu bersuara lebih dahulu.

“Sakit?”

Bulu kuduk Liora meremang. Suara itu begitu bagus, berat dan halus tanpa ada penekanan. Tersadar dia diajak ngobrol, dengan cepat Liora menjawab, “Iya. Lo juga?”

“Gak.” Suara pertandingan game samar-samar terdengar lagi. Liora sempat melihatnya menggunakan headset, tapi volumenya cukup besar hingga bisa didengarnya. Liora kira dia tidak akan berbicara lagi, tetapi kemudian dia mendengarnya berkata, “Kelas berisik.”

Liora manggut-manggut. Merasa laki-laki itu bisa diajak berbincang, dia memutuskan mengambil inisiatif mengenalkan diri. “Gue Liora, Shaquilla Lioraca Naraya lebih lengkapnya.”

“Hm.”

Gadis itu memilin jemarinya sembari melirik ke arah laki-laki tersebut meski tidak dapat dilihatnya. Dia sangat ingin bercerita tentang perubahan hidupnya yang mendadak ini. Dilihat dari perawakan laki-laki itu, sepertinya tidak apa-apa jika dia mencurahkan keluh kesahnya.

“Tau gak sih rasanya amnesia dan kemaren masih anak SMP tapi tiba-tiba udah jadi anak SMA?” Liora terkekeh. “Rasanya gila... gue kek masuk ke dunia paralel.”

Di sisi lain tetap hening. Tapi Liora tidak memerdulikan apakah laki-laki itu berminat mendengarkannya atau tidak karena entah kenapa dia ingin mengeluarkan isi pikirannya dan lanjut bercerita.

“Kalo ini dalam novel, gue ngerasa kalo diri gue itu pemeran antagonis. Tokoh utamanya itu Rezi dan Zia. Gue sebagai penjahat berusaha ancurin hubungan mereka dan berakhir menyedihkan. Asik gak tuh?”

Lagi-lagi gadis itu terkekeh. Dia kira laki-laki di sampingnya sibuk memainkan game dan tidak mendengarkannya, nyatanya laki-laki itu sudah berhenti bermain sejak dia mengenalkan diri dan menyandarkan kepala ke belakang sambil menatap lurus ke depan.

Suara Liora kembali terdengar. “Gue denger ada satu cowok lagi selain Rezi yang suka sama Zia. Tau gak? Namanya Archeron. Hm, kalo diliat dari namanya keknya Archeron ini ganteng.”

Laki-laki itu menaikkan alisnya sedikit mendengar kalimatnya.

“Kalo Rezi dan Zia adalah pemeran utama, berarti Archeron adalah pemeran cowok kedua yang selalu ada saat Zia membutuhkan bantuan dan sedih, berakhir menjadi sadboy.” Liora terdiam sesaat lalu senyumnya sedikit mengembang.

“Gak, gak. Bisa jadi si Archeron ini juga penjahat kayak gue, dia mau rebut Zia dengan berbagai cara. Tapi misalnya dia juga jadi penjahat, nasibnya gak baik seperti gue dong.” Di kalimat terakhir, gadis itu tidak bisa menahan keluhan.

Memikirkan sesuatu, Liora menatap laki-laki di samping walau terhalang tirai. “Menurut lo, misalnya Archeron beneran penjahat, lebih baik gue bersekutu sama dia atau nggak?”

Liora tidak tahan menghela napas. “Nasib emang gak adil. Akhir yang bahagia selalu jadi milik pemeran utama. Sedangkan kita yang menjadi penjahat dan figuran memiliki akhir yang gak jelas.”

Dan sayangnya, cowok ganteng macam lo hanya bisa jadi figuran. Lagi-lagi Liora menghela napas sambil menatap ke tirai samping.

Mungkin karena terlalu banyak bicara, tenggorokan Liora jadi kering dan rahangnya sakit. Menguap kecil, Liora perlahan berbaring.

“Dah, lah. Kebanyakan khayalan. Gua mau tidur dulu, jadi penjahat perlu energi yang banyak.” katanya dengan suara parau lalu tak lama setelahnya tertidur nyenyak.

Sepuluh menit kemudian, tirai di sampingnya tergeser, menampilkan laki-laki tampan dan tinggi yang berdiri di samping ranjang Liora.

Memerhatikan kecantikan yang sedang tertidur pulas, wajah dingin tanpa ekspresi laki-laki itu entah kenapa terlihat sedikit lembut.

***

Dalam tidurnya, Liora mengernyit karena sekitarnya yang cukup bising. Menegakkan punggung, dia menggosok matanya lalu menatap sumber keributan. “Kenapa kalian di sini?”

Devia dan Sherin yang tengah gibah berhenti dan menatap Liora. “Istirahat, Ra. Gimana tangan lo?”

Liora melirik lengannya. Walau masih merah dan bengkak, tapi tidak separah sebelumnya. “Lebih mendingan.”

“Baguslah. Ra, sejak kapan lo beli salep sama roti?” Sherin menunjuk nakas di samping ranjang.

Tatapan Liora beralih ke nakas yang terdapat sebotol air mineral, roti berselai cokelat dan salep. Dia mengambil semua itu dan menatapnya ragu. “Mungkin dikasih penjaga?”

“Gak mungkin. UKS gak siapin makanan sejenis itu. Lagian, salep ini harganya mahal dan gak tersedia di sini.” bantah Sherin yakin.

Kening Liora mengerut. Teringat seseorang di ranjang sebelah, dengan cepat dia menggeser tirai. Dia tertegun menatap ranjang kosong yang rapi dan tak kusut sama sekali, seperti tidak ada yang menempati sebelumnya.

“Waktu lo berdua dateng, ada liat cowok di sini gak?”

“Gak. Cuman elo.”

“Aneh. Tadi ada cowok di situ.” Mata Liora turun pada roti dan air mineral di tangannya.

“Mungkin ini dari dia. Tapi...” dari tampangnya yang dingin, dia gak mungkin seperhatian ini.

“Udahlah, Ra. Kalo gak mau, sini kasih gue.”

Sherin mengulurkan tangan hendak mengambil, namun dengan cepat Liora menyembunyikannya di belakang punggung sambil menggeleng tegas.

“Ini pertama kalinya gue dapet hadiah dari secret admirer. Gak boleh diambil.”

Biar bagaimanapun, kemungkinan besar roti cokelat dan air ini berasal dari laki-laki ganteng di sebelah.

Meski Liora maniak stroberi dan cukup membenci cokelat, tetapi untuk kali ini dia akan menerima rasa cokelat dengan lapang dada.

TBC

ARCHERON ✓Where stories live. Discover now