10. Zia dan Archeron(?)

39.5K 6.5K 253
                                    

Memasuki sekolah, Liora mengamati lingkungan di sekitarnya dengan was-was

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Memasuki sekolah, Liora mengamati lingkungan di sekitarnya dengan was-was. Karena dia tahu bahwa dewa tampannya adalah Archeron, mana berani dia mendekatinya dengan agresif seperti sebelumnya?

Dia harus hati-hati dalam bertindak. Bisa jadi Archeron membiarkan dia di dekatnya untuk menghukumnya karena membully Zia dulu. Jadi sebelum dewa tampannya membalas dendam, lebih baik Liora mengambil jarak.

Memasuki kelas, Liora segera menduduki bangkunya dan membaringkan kepala di atas meja. Dia menatap langit di luar jendela, kebiasaannya belakangan ini, dan tidak bisa menghapus bayangan Archeron.

Dewa tampannya ternyata menyukai Zia. Liora menghela napas gusar. Kenapa Archeron harus menyukai Zia? Dia juga penasaran kenapa semua laki-laki menyukai gadis itu.

Apa mungkin daya tarik dan pesona Zia sangat luar biasa?

Mungkinkah Zia memakai ... pelet? Hm, bisa jadi.

“Ape nih pagi-pagi udah lemes aja.” Sherin duduk di bangku depan Liora sambil memberikan ekspresi aneh kepada sahabatnya itu.

Liora mengangkat kepalanya. Samar-samar terlihat kantung mata berwarna hitam yang berusaha ditutupi Liora dengan BB cream.

“She, lo tau gak tentang Archeron?”

Sherin mengerutkan kening samar. “Archeron? Si dewa es?” Liora mengangguk semangat. “Tau dikit gue. Dia sultan, ganteng, pinter, introvert dan phobia sentuhan menurut gosip yang beredar.”

Kedua tangan Liora terlipat di atas meja dengan antusias. “Seberapa pinter?”

“Juara 1 umum sekolah, juara 1 olimpiade nasional fisika dan biologi, dan lainnya. Gak hafal gue.” Sherin mengangkat alisnya, menatap Liora curiga. “Kenapa lo nanya soal Archeron? Demen lo sama dia?”

Liora tercengang. Kasta Archeron terlalu tinggi untuk dia capai. “Cuma kepo. Terus lo pernah bilang Archeron juga suka Zia. Gimana ceritanya?”

“Lah, lo gak tau? Eh iya, lo kan amnesia.” Sherin menggaruk belakang kepalanya dengan kikuk. “Gak jelas sih soal ini, tapi karena banyak banget yang suka Archeron jadi lo tau sendiri kalo semua hal bisa didapatkan dengan uang. Banyak cewek yang ngumpul informasi dan dapet berita kalo Zia itu miskin dan dia sekolah di sini dibiayain sama Archeron.”

Mata Liora melebar. “Hah? Dibiayai? Sampai sejauh itu?”

Sial, Liora sakit hati!

Sherin mengangguk malas. “Bahkan apartemen Zia juga dibeliin Archeron.”

“Wuahhh....” Liora tidak bisa berkata-kata sejenak.

“Ya gitu. Sejauh ini cuma Zia yang deket sama Archeron. Dia bilang kalo Archeron sama dia hanya temenan. Anehnya Zia diperlakuin sama kek cewek lain.”

“Mungkin emang Archeron kelewat dingin jadi meskipun sama orang yang dia sayang, dia gak mampu ubah sikapnya.” Liora mengedikkan pundak berusaha acuh tak acuh padahal di dalam hatinya terpecah berkeping-keping.

Liora ingin berkata kasar. Zia terlalu menang banyak!

Teringat sesuatu, Sherin mengetuk meja di depan Liora yang sedang melamun. “Ada satu hal lagi yang beredar.”

Liora mengerjap pelan, tetapi sedikit tak bersemangat. Perasaannya sudah terkoyak habis-habisan. “Apa?”

“Katanya Archeron sempet berada di panti asuhan dan setelah satu tahun lebih baru ditemukan keluarganya.”

Liora sontak terdiam dengan bayangan Archeron yang memenuhi pikirannya.

***

Selepas pulang dari sekolah, Liora memasuki rumah dengan lesu. Hari ini dia tidak beranjak keluar dari kelas sedetik pun karena takut bertemu Archeron. Alasan lain adalah karena perasaan cinta dewa tampannya begitu besar untuk Zia.

Archeron sangat menyukai Zia. Liora bisa apa?

Rezi menyukai Zia, sekarang dewa tampannya juga menyukai Zia. Liora merasa dunia sangat tidak adil.

“Rara ada masalah apa? Pulang dari sekolah kok gitu.”

Langkah Liora terhenti begitu mendengar suara berat yang sangat familier baginya. Begitu menoleh, dia tertegun sejenak sebelum berlari dengan semangat dan menjatuhkan diri dalam pelukan sosok tersebut.

“Papa! Kapan pulang?” katanya dengan semangat. Dia memeluk Papanya, Danu, dengan erat.

Danu terkekeh, membalas pelukan Liora sambil mengelus surainya. “Pagi tadi. Gimana kondisi Rara? Papa denger kamu hilang ingatan?”

Liora mengangkat kepalanya, menatap wajah lembut Danu dengan bibir mengerucut. “Iya. Untungnya Rara gak amnesia total. Bisa gawat kan, Rara lupa Papa terbaik di dunia ini.”

Lagi-lagi pria itu terkekeh. Matanya sangat lembut menyoroti putri tersayangnya. “Maafin Papa ya gak bisa langsung pulang. Proyek baru sangat sibuk.”

“Iya, Rara gak marah kok.” Liora melepaskan pelukannya dan merangkul lengan Danu manja. “Bawa oleh-oleh gak, Pah?”

“Rara, ganti baju dan makan dulu!” Entah sejak kapan Venia datang, merusak keharmonisan pasangan anak dan ayah tersebut.

“Ish Mama ganggu aja. Pasti Mama cemburu Rara peluk Papa.” gumamnya dan melangkah pergi.

Sebelum Liora melangkah lebih jauh, Danu tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata, “Rara, malam ini ada pesta tahunan perusahaan Om Reno. Kita sekeluarga pergi sama-sama, oke?”

Gadis itu mengernyit, berusaha mengingat siapa Om Reno yang dibicarakan Danu. Tapi dia tidak bisa mengingatnya. Jadi Liora memutuskan menjawab, “Oke Papa.” Dan segera pergi.

Danu dan Venia menatap punggung Liora yang menaiki tangga hingga menghilang dibalik dinding.

Danu melirik istrinya lalu tersenyum tipis,  “Kamu benar. Sifat lama Rara kembali.”

Membalas senyuman Danu, Venia berkata, “Menjauhkan Rara dari Rezi mungkin pilihan terbaik saat ini.”

“Ya. Rara kita lebih rasional seperti dulu.”

Venia menghela napas sedih mengingat perilaku Liora dua tahun belakangan ini.

Danu yang melihat istrinya termangu langsung mengusap punggung wanita itu menenangkan. “Jangan terlalu dipikirkan. Rara akan baik-baik saja.”

TBC

ARCHERON ✓Where stories live. Discover now