32. Kebenaran

35.1K 6.4K 841
                                    

Melihat Archeron bergeming, Zia hampir tidak mampu menahan kegembiraannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Melihat Archeron bergeming, Zia hampir tidak mampu menahan kegembiraannya. Dia harus segera membujuk laki-laki ini agar menjauh dari Liora.

Kecemburuannya belakangan ini sangat kuat melihat Archeron yang selalu menyendiri dan dingin memperlakukan Liora dengan begitu baik.

Karena itu semua miliknya. Selain dia, tidak boleh ada yang mendapatkannya.

“Ar, kamu sekarang ngerti kan? Jangan menyamaratakan semua cewek baik itu baik. Ada banyak cewek licik di luar sana yang mau mengambil keuntungan dari kamu.” Zia terus mengeluarkan kata-kata persuasifnya, berusaha mencuci otak Archeron.

Archeron seketika ingin tertawa dan merasa jijik dalam hatinya. Darimana datangnya kepercayaan diri Zia?

“Udah selesai?” tanya Archeron datar.

Zia memerhatikan wajah Archeron dengan saksama. Begitu melihat laki-laki yang dia puja bertahun-tahun ini berbalik dan melangkah meninggalkannya, dia panik.

Tanpa berpikir dia langsung mencekal tangan Archeron, menggenggamnya erat dengan mata sedih.

“Ar...”

Didetik itu juga Archeron langsung menepis tangan Zia. Dia menatap gadis itu tajam, membuat hati Zia mendingin.

“Ar, kenapa? Kenapa harus Liora?!” Zia berteriak putus asa. Air matanya mengalir. “Aku selalu di sisi kamu. Sejak mama aku nyelamatin kamu dan waktu aku mengunjungi kamu di panti, aku selalu mengagumi kamu! Kenapa kamu selalu kayak gini sama aku?!”

Tangis Zia pecah. Tapi hal ini membuat Archeron semakin menatapnya dingin. Dia yang jarang merasakan emosional kali ini benar-benar sudah mencapai batas.

Memang benar mamanya Zia yang menyelamatkannya dari kecelakaan dan membawanya ke panti asuhan itu. Beberapa bulan sekali dia akan datang sendiri dan memeriksa kondisinya. Kemudian saat dia datang untuk ketiga kalinya, dia membawa Zia.

Setelah mengalami hari-hari tidak menyenangkan di panti tersebut, Archeron menjadi lebih penyendiri dan suram. Dia yang masih berusia 10 tahun tidak dapat mengontrol emosinya dan selalu bersikap kasar tanpa disadari.

Archeron memiliki ingatan yang sangat baik tentang masa lalu. Hari itu, Zia mendatanginya dengan senyuman, lebih tepatnya senyuman paksa.

Bahkan saat berbicara dengannya walau dia tidak menanggapi, Zia akan melihatnya dari bawah sampai atas dan matanya menyorotinya jijik meskipun bibirnya tersenyum lembut.

Di belakangnya, Zia juga menghasut anak-anak panti lainnya dengan berkata hal yang tidak baik tentang dirinya. Kebetulan saat Zia berbicara dan menertawai dirinya dengan anak panti lain, dia melewati tempat itu.

Tidak ada apapun yang dia rasakan saat itu. Karena Zia serta anak-anak di panti tidak pernah memasuki hati dan pikirannya.

“Ar....” Zia memanggil sambil menggigit bibir bawahnya dengan air mata terus mengalir, membuyarkan masa lalu yang melintas di depan mata Archeron.

ARCHERON ✓Where stories live. Discover now