35. 2 girls at different moments

5.5K 483 27
                                    

Clara berlari melewati dua orang yang kini terdiam itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Clara berlari melewati dua orang yang kini terdiam itu. Ah tidak, Zeyn terlihat melengkungkan bibir puas.  Sedangkan Deangelo menatapnya dengan panik dan risau. Ia tidak menanggapi panggilan pria itu, Clara memasuki apartemennya lantas menutup dengan keras.

Sial, lagi-lagi yang kedua kalinya. Ia kembali dihancurkan begitu saja oleh pria itu. Dengan tangan bergetar Clara mengambil ponselnya yang dikantongi, mencari nomor seseorang.

Di sisi lain, Allerick yang sedang terjaga di samping bundanya sedikit panik saat ponselnya berbunyi, takut sang bunda akan terbangun jika mendengar. Allerick mengangkat telepon itu begitu sudah keluar dari ruangan, Clara yang meneleponnya.

“Halo?”

“Rick ....” Suara Clara terdengar pilu, entah apa yang terjadi dengan gadis itu.

“Lo kenapa?”

“Ke sini tolong, mereka di sini.”

Allerick sudah paham apa yang terjadi, kata ‘mereka’ yang diucapkan Clara sudah bisa menjawab semuanya, ia segera berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit untuk keluar dengan segera. Setiap Clara membutuhkannya, Allerick tidak pernah sekali pun menolak.

“Lo gak usah nangis, ada gue.”

***

“Clara, dengerin gue! Ini gak kayak yang lo liat, lo salah paham!”

“Buka pintunya, Clara!”

Deangelo mengetuk pintu sejak tadi tapi gadis di dalam sana tidak membuka bahkan menyahuti saja tidak, ia mengusap kasar wajahnya yang terlihat frustrasi. Ia kembali dihadapkan situasi sulit, dan alasannya masih sama. Zeyn lagi-lagi menjadi alasannya.

“Lo liat, kan? Dia bahkan gak mau dengerin penjelasan lo!” Zeyn menyentuh punggung pria itu, “gue di sini, gue cinta sama lo! Untuk semua yang gue lakuin dulu, gue akuin itu salah. Tapi please, just look at me once!”

Deangelo menghempas kasar tangan Zeyn yang menyentuhnya, ditunjuknya wajah gadis itu dengan tatapan marah semarah-marahnya.

“Ini semua gara-gara lo!” Didorongnya pundak gadis itu kasar hingga terbentur di tembok, “sedikitpun gue gak ada rasa sama-”

“Ck, kalo mau pacaran jangan di depan rumah cewek gue.” Allerick datang dengan wajah lempeng dan melirik dua insan itu dengan sinis, pantas saja Clara meneleponnya dengan nada yang sangat menyedihkan.

“Kalo mau ciuman masih banyak tempat lain,” Allerick menunjuk pintu apartemen sebelah, “di sana masih kosong!”

Allerick kemudian meletakkan jempolnya di sensor sidik jari, pintu kemudian terbuka otomatis dan memperlihatkan Clara dengan mata sembab di dalam sana.

“You okay?”

Clara mengangguk dan segera memeluk Allerick. Sialnya, sebelum pintu tertutup dengan sendirinya, Deangelo sempat melihat adegan yang menyakitkan itu.

SAYONËËWhere stories live. Discover now