21. Tau wajah gue dari mana?

7.5K 580 20
                                    

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Allerick dan semakin membuat wajah tampannya semakin nampak, dedaunan yang jatuh seakan berebut ingin menyentuh iblis berwajah malaikat itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Allerick dan semakin membuat wajah tampannya semakin nampak, dedaunan yang jatuh seakan berebut ingin menyentuh iblis berwajah malaikat itu. Bel baru saja berbunyi, tanda jika pelajaran ditunda sebentar untuk memberi waktu siswa-siswi beristirahat dan bersenang-senang.

Namun bukan itu poinnya, sekarang diotak Allerick dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang membebaninya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang tadi ia lihat.

“Jujur sama gue, lo pura-pura buta, kan?”

Astrella memutar malas bola matanya, sudah ke dua belas kalinya ia mendengar pertanyaan yang sama dari bibir pria itu. Ia lelah menjelaskan jika yang ia lihat itu hanya kekosongan, namun pria itu terkesan sama sekali tak percaya.

Allerick tak percaya begitu saja, ia menggeser duduknya mendekati gadis di depannya. Lamat-lamat ia tatap mata gadis itu,  yang bola matanya bergerak tak tahu ke mana.

Tiba-tiba saja hidung Astrella terasa gatal, dan ...

“Haciu!”

Allerick memejamkan matanya saat gadis itu bersin tepat di wajahnya, ia merasa cipratan air memenuhi wajah rupawannya.

“Najis banget lo!” Ia segera merebut botol berisi air yang di pegang Astrella dan membasuh wajahnya.

“Salah sendiri ada di situ,” bela Astrella pada dirinya sendiri.

Pria itu menggerakkan bibirnya random seolah mengejek Astrella yang berbicara, ia begitu kesal akan ulah gadis itu.

“Seenggaknya ditutup kek kalo mau bersin, jangan asal bersin aja.”

“Iya, refleks aja tadi.”

Allerick mendengus, “Alasan!”

Satu sudut bibir Astrella terangkat mendengar pria itu terus mendumel sejak tadi, sepertinya ia salah duga tentang pimpinan geng Priamos itu. Astrella pikir seorang Allerick sangat angkuh seperti cerita orang-orang, faktanya, pria itu begitu banyak bicara dan sangat bawel.

“Sst, diam!” Astrella meletakkan telunjuk di bibir, ia ingin mendengar penjelasan ulang pelajaran bahasa Inggris dua hari yang lalu.

Allerick semakin kesal, ia lantas menyandarkan tubuhnya ke headboard kursi taman. Diperhatikannya gadis itu yang mulai fokus pada suara dari earphone yang di dengar, wajah Astrella begitu serius membuat Allerick tak bisa menahan lengkungan bibirnya.

Gadis itu mendengarkan dengan tangan yang sibuk menggambar abstrak di kertas, seakan mendeskripsikan penjelasan dari pak Ramli.

Katanya, orang buta memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang normal. Allerick rasa ia mulai percaya akan hal itu. Gadis buta itu membuatnya takjub. Ia lantas membuka ponselnya dan melihat foto yang sempat ia ambil tadi, lukisan itu benar-benar wajahnya.

SAYONËËWhere stories live. Discover now