25

2.4K 199 14
                                    

Lima hari kemudian..

Setelah Win menyelesaikan semua pekerjaannya yang akan di pindah alihkan ke tangan Fah. Win tengah bersiap-siap membereskan pakaiannya untuk dimasukkan kedalam koper besarnya.

Semua bajunya sudah ia masukkan kedalam koper besarnya. Ada dua koper besar yang sudah terisi oleh pakaiannya. Dikarenakan besok flight mereka sekitar jam 4 subuh.

Win berbalik ke dalam kamarnya. Netranya melihat Bright yang sedang bersandar santai sambil memainkan ponselnya di headbord tempat tidurnya.

Tungkainya ia bawa perlahan menghampiri sang suami. Pantatnya sudah mendarat di samping suaminya.

"phi" panggil Win pelan.

Bright yang mendengar namanya di panggil menoleh menatap Win yang sudah duduk di sampingnya.

"ada apa sayang? Sini peluk dulu"

Tubuh Win maju masuk kedalam pelukan hangat Bright. Menenggelamkan kepalanya di dada Bright. Mendengar suara detak jantung Bright yang tidak beraturan.

Bright membawa bibirnya mengecup pucuk kepala Win. Mengusap punggung indahnya dengan konstan.

"setelah kita meninggalkan Negara ini, kita akan menghadapi suatu badai yang terbilang cukup kencang. Aku berharap kita bisa melewati badai itu phi. Tanpa ada yang saling meninggalkan"

Hembusan nafas Win terdengar begitu berat. Memikirkan masalah yang mereka hadapi bukan masalah yang terbilang cukup mudah. Lagi-lagi hubungan rumah tangganya bersama Bright di uji.

"phi mau berjanji denganku? Apapun yang terjadi di masa depan jangan pernah meninggalkanku"

Win menarik tubuhnya menatap mata tajam Bright. Lalu ia menyodorkan jari kelingkingnya di depan wajah Bright.

Dengan cepat Bright mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Win. "aku janji. Aku tidak akan meninggalkanmu" janjinya pada Win.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Perhatian mereka berdua teralihkan kearah pintu kamarnya. Win melepaskan tautan kelingkingnya dari Bright lalu beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu kamarnya.

Pintu kamarnya kini terbuka. Menampakkan seseorang yang sedang berdiri sambil menunduk menatap ke lantai marmer rumahnya.

***

Kath yang baru selesai membereskan pakaian majikan mudanya dengan terburu-buru ia ditarik menuju kamar utama Tuannya.

"phi Kath ayo buruan. Kiya mau bobo sama Papi dan juga Uncle ganteng" tangan kecilnya it uterus saja menarik tangan Kath menuju ke kamar utam di rumah ini.

Mereka berdua telah sampai di depan pintu Tuannya. Kiya yang sejak dari tadi menarik bajunya terus menerus menyuruhnya untuk mengetuk pintu dihadapannya ini.

Apa yang harus ia lakukan?

Kiya terus saja menarik-narik ujung bajunya yang berada di sampingnya. Kath menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi pasukan oksigen di paru-parunya. Karena ini menurutnya sudah melewati batasnya.

Dengan tangan gemetar Kath mengetuk dua kali pada pintu di hadapannya. Beberapa detik tidak ada sahutan dari dalam kamar Tuannya.

"Kiya sayang sepertinya Papi dan juga Uncle ganteng udah bobo. Kiya bobonya sama phi Kath aja yah" tawar Kath yang sudah mensejajarkan tinggi badannya.

Kiya menggeleng dengan keras. Wajahnya ia tekuk kebawah. Ia ingin mala mini tidur bersama papinya dan juga uncle ganteng.

"tidak mau. Kiya mau tidurnya sama Papi dan juga Uncle ganteng"

I am sorryWhere stories live. Discover now