24

2.2K 195 15
                                    

Emosi Fah masih saja menyala. Jika bukan Win yang menariknya, Pear sudah habis di tangannya. Wajah blasterannya sangat memerah lantaran emosinya kepada Pear masih belum cukup ia keluarkan.

"kenapa phi menarik ku dari wanita sialan itu?" suaranya terdengar sangat emosi.

Win yang tengah duduk di sampingnya, membawa tangannya untuk mengelus punggungnya dengan lembut. "tenanglah dek. Kau atur nafasmu terlebih dahulu" Win terus saja mengelus punggungnya.

Fah memulai mengatur nafasnya secara perlahan. Bisa dibayangkan bagaimana Fah memukul bahkan menarik rambut panjang Pear keluar dari rumahnya.

Begitu brutal. Sampai Win begitu kesusahan menarik Fah yang berada di atas tubuh Pear. Dan Win juga melihat wajah bahkan pakaian Pear sudah begitu kacau.

Wajahnya dipenuhi luka akibat tamparan serta pukulan yang ia terima dari Fah. Rambutnya juga sudah begitu acak-acakan.

"kalian harus ke Bangkok secepatnya" wajahnya ia alihkan kesamping guna melihat Win yang masih saja menenangkannya.

"phi Bright kau secepatnya mengumumankan pernikahan kalian. Aku tidak mau wanita itu kembali menghancurkan hubungan kalian."

Bright yang berada di seberang mengangguk mengiyakan ucapan Fah. Anak yang sejak daritadi menangis didalam gendongannya perlahan-lahan mulai tenang. Walaupun masih terdengar sedikit isakan yang keluar dari mulut mungilnya.

"Kiya gak usah takut yah sayang. Kiya aman dengan uncle dan Papi"

Hati Bright meringis mendengar suara tangisan Kiya yang begitu ketakukan saat Pear menariknya dengan paksa. Mental anak ini mulai terganggu akibat perilaku ibunya terhadap dirinya.

"Win" panggil Bright memberikan isyarat untuk mendekat kepadanya.

Win yang terpanggil membawa kakinya melangkah ke Bright yang duduk di seberangnya.

Tubuhnya sudah duduk disamping Bright. Netra Win menangkap putri kecilnya masih setia memeluk leher Bright dengan erat. Win bisa mendengar suara isakan kecil yang masih saja keluar dari bibirnya.

Kini tangannya mengelus surai hitam panjangnya. Memanggil namanya begitu lembut. Panggilan ketiga, putrinya itu menarik kepalanya dan matanya yang begitu sembab melihat kearah Win yang tengah duduk disampingnya.

"Papi hiks.."

"sini sayang sama Papi"

Win bisa merasakan tubuh kecilnya ini begitu tegang. Ia begitu sangat terkejut apa yang terjadi barusan. Ditambah ia juga mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari ibunya.

"Kiya aman sama Papi. Tidak ada yang bisa nyakitin Kiya. Tenang yah sayang. Kiya tenang yah" satu tetes air mata Win jatuh di pelupuk matanya.

Ia tidak percaya apa yang Pear lakukan. Selama ini Win tidak pernah melihat Pear yang seperti ini. Pear yang ia kenal merupakan gadis yang begitu polos dan juga lembut. Tapi kenapa hari ini ia berubah seperti monster.

Anaknya juga begitu sangat ketakutan melihat dirinya. Win tadi melihat bagaimana reaksi Kiya di dalam gendongan Bright saat Pear datang. Tangan anak itu memeluk begitu erat pada leher Bright. Tubuhnya juga terlihat begitu tegang saat Pear mulai menariknya.

"kita akan pergi dari sini yah sayang. Kiya mau? Kita akan bertemu dengan nena. Yah sayang anak cantiknya Papi"

Kiya hanya mengangguk lemah dalam pelukannya.

***
Langit sudah menggelap. Malam ini terasa begitu berat bagi Win. Kejadian tadi siang membuat dirinya begitu terpukul. Sekarang entah kemana perginya Pear.

I am sorryWhere stories live. Discover now