18

2.2K 220 13
                                    

Hanya suara orang yang berlalu lalang serta kendaraan terdengar diantara mereka sekarang. Win terdiam mendengar penuturan Bright beberapa detik yang lalu. Sebenarnya Win ingin kembali lagi ke Bangkok bersama Bright. Akan tetapi Win tidak bisa.

Win tidak bisa meninggalkan perusahaannya begitu saja. Ada begitu banyak tanggung jawabnya di Jerman. Jadi ia tidak bisa meninggalkan Jerman begitu saja.

Melihat Win yang tidak bergeming sama sekali. Bright kembali membalikkan badannya ke depan. Tanpa menoleh sedikitpun kepada Win yang masih menatapnya dengan tatapan Bright tidak bisa jelaskan.

Sudah Bright duga. Win tidak akan mengabulkan permintaannya satu itu. dan sepertinya akan susah terkabulkan.

"jangan dipikirkan. Aku juga tidak memaksamu untuk kembali ke Bangkok bersama ku" ujar Bright tanpa sedikitpun menoleh ke sampingnya.

Perlahan tangannya melepaskan tangan Win yang masih berada di lengannya. Win melihat tangannya dilepas secara perlahan oleh Bright.

"phi Bright" panggil Win seperti ingin menangis.

Tanpa menoleh sedikitpun Bright mengatakan kalimatnya yang membuat Win semakin terdiam ditempatnya. "aku bilang tidak usah dipikirkan. Anggap saja aku hanya bercanda mengajakmu kembali ke Bangkok. Aku tau kau tidak akan bisa meninggalkan Jerman begitu saja. Aku paham itu. Jadi anggap saja ucapanku barusan hanyalah bualan semata"

Sekarang Bright ingin meredahkan emosinya. Ia tidak ingin mengeluarkan kata-kata kasarnya pada Win seperti dulu. Akhirnya ia bangkit dari duduknya. Namun sebelum kakinya melangkah. Bright menyuruh Win untuk pulang terlebih dahulu.

"kau pulanglah terlebih dahulu. Kau taukan password apartemennya? Tanggal pernikahan kita"

Kakinya ia bawa menjauhi Win yang masih diam terduduk di tempatnya. Menyadari Bright yang sudah menjauh darinya. Win langsung berlari menyusul Bright yang masih belum jauh.

"phi Bright tunggu dulu" teriak Win yang masih terus berlari mengejar Bright.

Win tidak ingin Bright salah paham atas semua ini. Win juga bingung harus berbuat apa sekarang. Di satu sisi ia ingin kembali tinggal bersama dengan Bright di Bangkok. Tapi disisi lain ada tanggung jawab besar yang tidak bisa ia tinggalkan di Jerman.

Suaranya terus saja meneriakan nama Bright yang jalan menjauhinya tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Dengan susah payah Win menggapai tangan Bright untuk menghentikan langkahnya yang begitu cepat.

Akhirnya Win berhasil menggapai tangan kanan Bright. Kini langkah Bright terhenti akibat tangan Win menahan tangan kanannya. Tanpa Bright sadar, ia menghentakkan tangan Win yang ada di tangannya dengan kasar.

Seperti dejavu bagi Win. Matanya menatap Bright tidak percaya. Tangannya dihentakkan begitu kasar oleh Bright.

"p..phi Bright" Win tidak percaya dengan apa yang di lakukan Bright barusan.

Bright hanya diam menatapnya dengan tatapan datarnya. Tatapan Bright sekarang seperti pertama kali ia bertemu dengan Win di rumahnya.

"aku bilang kau pulang duluan saja. Kenapa kau mengikutiku" suara Bright terdengar begitu datar. Win tidak suka seperti ini.

"phi dengarkan aku dulu. Aku-"

"AKU BILANG KAU PULANG TERLEBIH DUHULU METAWIN. APA KAU TIDAK MENDENGARKANKU. HAH?!" suara Bright meninggi. Win membeku ditempatnya. bersama air matanya yang sudah merembes keluar dari mata indahnya.

Sekarang Bright sedang terbawa emosi. Ia juga tidak mau membentak Win seperti itu. Hanya saja ia tidak bisa menguasai emosinya saat ini. Bright melihatnya. Bright melihat air mata Win keluar dari matanya.

I am sorryWhere stories live. Discover now