23

2.1K 202 26
                                    

Sapasang tungkai tengah memasuki mansion yang bernuansa klasik modern. Menggeret koper besarnya yang berada disamping kanannya. Dan tak lupa tangan disebelahnya ia genggam sebuah tangan yang bisa dibilang lebih besar dari tangannya.

Semua maid yang tengah berdiri memberikan ucapan selamat datang kepada tuannya. Tak lupa bibi Kim yang sejak dari tadi sudah menunggu tuannya mengambil alih bawaan sang majikan.

"selamat datang kembali Tuan Win" sapa bibi Kim sopan sambil mengambil alih koper besar Win.

"bibi sehat-sehatkan?" tanya Win tengah memberikan kopernya itu.

Bibi Kim mengangguk tersenyum. "saya baik Tuan. Hanya saja" Bibi Kim menggantungkan kalimatnya. Antara ingin melanjutkan ucapannya atau tidak.

Win mengerti apa yang bibi Kim pikirkan. Ia sudah paham kemana arah bicara bibi Kim. "aku mengerti apa yang bibi pikirkan."

Lantas ia mengedarkan kepenjuru rumahnya. Tidak melihat tanda-tanda anak kecil di sini. "dimana Kiya dan Kath, bibi?" tanya Win.

"Win itu Kiya" bisik seseorang yang masih setia disampingnya.

Netra Win langsung menuju kearah anak kecil yang sedang berlari bersama boneka kelincinya. Wajahnya terlihat begitu gembira melihatnya yang sudah pulang.

Tangan yang sedari tadi yang ia genggam kini ia melepaskannya lalu merentangkan tangannya kedepan untuk menangkap Kiya.

Hap

Kiya sudah berada di dekapannya. Memeluk putri kecilnya yang nyatanya ia juga merindukannya.

"papi~Kiya rindu" ujarnya memeluk leher Win begitu erat.

Win mengelus surai panjangnya dengan lembut. "papi juga nak. sangat rindu dengan Kiya"

Butuh waktu sekitar 5 menit Kiya terus menerus memeluk Win. Dan perlahan-lahan pelukannya melonggar. Mata kecilnya mengedip begitu lucu melihat seseorang yang tengah berdiri di samping papinya.

"uncle ganteng~" suara cemprengnya yang begitu lucu memanggil Bright.

Bright yang merasa dipanggil mengalihkan perhatiannya kesamping kanannya. Ia merasa gemas melihat Kiya yang mengedip lucu seperti itu.

"halo sayang" sapa Bright dihiasi senyuman di wajahnya. "Kiya ingat sama uncle?" tanya Bright mencubit pelan pipi chubby-nya.

Kiya hanya mengangguk lucu menjawab pertanyaanny. Dengan keberanian entah darimana Bright ingin menggendong Kiya masuk kedalam gendongannya.

Tanpa disangka Kiya ingin digendong olehnya. Dengan senang hati Bright mengambil alih Kiya masuk kedalam gendongannya.

Win yang melihat pemandangan di depannya merasakan debaran yang begitu sangat membuncah. Rasa bahagianya tidak dapat ia utarakan melihat Kiya begitu posesif memeluk leher Bright.

"phi.. Kiya" ujarnya pelan melihat Kiya yang begitu erat memeluk leher Bright.

Bright tersenyum lebar. Anak kecil yang berada di gendongannya begitu erat memeluknya. Hati Bright menghangat bersama pelukannya dengan Kiya.

Saat kedua pasangan itu tersenyum melihat sang anak yang begitu erat mendekap di dalam pelukan sang dominan. Suara dobrakan pintu begitu nyaring masuk ke dalam telinga semua orang.

Kiya yang berada di pelukan Bright semakin memeluknya dengan erat. Bahkan anak itu menenggelamkan wajahnya bahunya seperti ketakukan. "uncle Kiya takut"

Mendengar penuturan Kiya barusan dan juga Bright merasakan tubuh Kiya yang bergetar mengelus punggung kecilnya. "tenang sayang. Ada papi dan uncle disini. Kiya tidak usah takut yah"

I am sorryWhere stories live. Discover now