1. Ssttt! 🤫 Reatama

2.1K 423 377
                                    

JANGAN LUPA CEK TYPO, VOTE & KOMEN YA MAK. MAKASIH.

★SSTTT!!! 🤫 REATAMA★


Tama mendecak lidah, menipiskan bibir mendapati dirinya kehilangan jejak perempuan yang sudah meneriakinya. Cowok itu menolehkan kepala melihat pedagang kaki lima sedang mangkal ditemani beberapa pelanggan. Tama menyugar rambut, mendekat ingin bertanya.

"Mau pesan, Bang?"

Tama mengedip saat dia menunduk menatap bocah perempuan Cebol dengan baju tidur kebesaran dan berjilbab di depannya. Melihat tubuh Cebol dan wajah cantiknya yang amat lugu, Tama tebak Si Cebol sekarang sudah menginjak tahun terakhir SMP. Mungkin juga akan masuk SMA. Tama tak pernah salah menebak seumur hidupnya. Insting Tama amat kuat. Semua orang mengakuinya. 

"Kalau mau pesan, saya ... Masya Allah, jodohku ...," pekik Si Cebol penuh binar.

Tama hanya terpaku saat Si Cebol mendekat dan mencium tangannya penuh khidmat. Sialnya, Tama tak kuasa menarik tangannya meski dia benci disentuh perempuan. Bahkan, Tama tak mengelak ada rasa berdebar di dadanya. Sebab, baru kali pertama dia menerima perlakuan hangat seperti ini.

"Lakik banget, ampon! Berurat dong! Keras!"

Tama berdehem canggung saat ibu jari Si Cebol kini mengusap urat-urat tangannya tanpa melepas genggaman. Tama mengulum bibir dan menggigitnya erat, merasa darahnya berdesir deras ke seluruh tubuhnya. Panas. 

Belum sempat Tama mengembalikan diri, Si Cebol kembali mencium punggung tangannya. Tama menganga, lebih karena merasa bibir Si Cebol sengaja dibasahi dulu sebelum menciumnya. Ludah?

"Bismillah ... dengan restu Mama Papa. Saya siap menerima Abang sebagai pacar ...."

"Huh?" 

Tama linglung saat Si Cebol menarik tangan. Menyengir lebar padanya menunjukkan lesung pipi yang tak terlalu dalam. Mata bulat Si Cebol tampak berbinar-binar saat mendongak menatapnya. Namun, dalam sekejap ekspresi bahagia Si Cebol berubah suram. Cemberut, terlihat amat takut. Tama jadi penasaran apa yang membuat Si Cebol begitu cepat mengubah ekspresinya. 

"Mau pesan, Bang?" tanya Si Cebol takut-takut, enggan menatapnya, membuat Tama jadi merasa sebal pada dirinya sendiri. 

Tama memang ketua geng. Tama memang ditakuti. Tapi, apa iya dia semenakutkan itu hingga membuat Si Cebol yang tak kenal padanya saja sampai takut seperti ini? 

Namun, saat Tama ingin membuka mulut, seketika urung saat melihat ekspresi Si Cebol berubah lagi. Kini dia terbelalak dengan wajah penuh binar. Sebelah alis Tama terangkat. Menunggu, kira-kira apa yang ingin Si Cebol katakan lagi. Tama mendadak penasaran. Sampai ...,

"Aghhh!!!" ringis Tama seraya mundur selangkah dan menyentuh matanya. Terkejut bukan main, karena Si Cebol mencolok matanya. Tama menipiskan bibir, mendadak kesal bukan main. 

"Asli, Man! Abu beneran!" teriak Si Cebol seraya cengengesan. "Tadi dipikir palsu, Bang. Tahunya, asli. Uwah ...."

"Gila!" sentak Tama. Berulang kali mengusap dan mengerjapkan mata. Meski dia tidak ingin menangis, air matanya jatuh begitu saja. Air mata sakit terkena colokan Si Cebol gila di depannya. Namun, dengan kasar dia usap, mengerjap perih menahan sakit.

ReatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang