Ssttt!!! 🤫 Prolog

2.6K 472 279
                                    

CUMA MAU NGINGETIN. JANGAN LUPA VOTE KOMEN. 🙏😂

Ssttt!!! 🤫 Reatama

Di balik helm fullface hitam, senyum miring itu terukir kejam. Seolah amat senang melihat lima orang dengan motor besar kini menghadang motornya. Dia berdecak, membuka kaca helm yang hanya menunjukkan netra abu gelap, amat dingin terlihat dengan separuh lengkungan alis tebal. Dialah, Tama. Satria Lingga Reatama.

"Minggir," ucap Tama tanpa basa-basi. Tak sama sekali membentak. Namun, berat dan dinginnya suaranya lebih dari mampu mengintimidasi.

"Satria Lingga Reatama, right?" balas Bintang sama dinginnya, si wakil ketua geng Langit yang baru. Dia menggeber motornya keras. Menantang Tama.

Tama menegakkan tubuh, sedang kedua kaki panjangnya menopang motor. Kini jemari tangannya tak lagi berada di stang motor, melainkan di tangki bensin di depannya. Mengetuk-etukkan jemari di sana seraya memindai lawannya. Lantas, dia menghela napas.

"Minggir," ucap Tama sekali lagi. Malas menanggapi Bintang dan antek-anteknya. Hanya buang-buang waktu saja.

"Balikin gelar Langit, sialan! Langit yang harusnya jadi yang pertama. Bukan Thanatos!"

Sialan, eh?

Tama menyeringai. Mendadak sangat berminat meladeni mereka. Dia turun dari motornya mendekat pada Bintang yang masih duduk di atas motor. Kedua tangan Tama menyusup dalam saku jaket, menyembunyikan kepalan tangan. Lantas, tanpa kata dia menerjang motor Bintang hingga cowok itu terjatuh di aspal. Nahasnya, tertimpa pula oleh motornya. Tama menyeringai seraya menatap tajam. Tak suka dihina dengan kata sialan.

"Eh, anjing lo!"

Lagi, Tama berdecak. Memutar bola mata malas saat ke empat teman Bintang turun dari motor dan membantu cowok itu. Tama secepat kilat melepas helm dari kepala, lalu menghantam benda itu pada kepala cowok yang mengatainya anjing. Dia Juanda, inti Langit. Kini tersungkur di aspal, karena memang tak lagi berhelm sebelumnya. Sudah dilepas sejak mereka menghadangnya tadi.

"Mati belum?" tanya Tama acuh, seraya menyeringai melihat Juanda terlihat tak bergerak. Pingsan, mungkin. Tama tak peduli. Ia malah melirik Bintang yang kini terlihat murka, juga ketiga temannya menunjukkan ekspresi yang sama. "Udah gue kasih peringatan sebelumnya. Minggir."

"Lo, kan si tangan api yang udah bikin Bumi koma dulu?!"

Ujung lidah Tama bermain di sudut bibir yang terbuka. Sebelah alisnya terangkat saat menatap telunjuk Bintang yang teracung di depan wajahnya. Lantas, dia menatap mata Bintang, menghunus tajam. "Turunin."

"Lo pikir--,"

"Gue akan senyum, kalau lo senyum. Gue akan baik, kalau lo baik. Gue akan jahat, kalau lo jahat," potong Tama. Dia menipiskan bibir. "Sayangnya, gue nggak bakal menghina, saat lo hina. Tapi ...,"

"Aghhh!!! Sakit!!!!"

"Hina gue, lo selesai," bisik Tama, setelah menggapai dan menekuk telunjuk Bintang ke atas, berlainan arah. Tidak mematahkan tulang, memang. Namun, kemungkinan bisa membengkakkan. Dan ...,

Bugh!

Satu pukulan keras mendarat di hidung mancung Bintang. Darah segar langsung mengucur dari hidung cowok itu yang kini tersungkur di aspal. Mata Tama menyipit seraya menjentikkan jari sebanyak dua kali. Dan, satu kali jentikan saat dia melirik Juanda.

ReatamaWhere stories live. Discover now