PART 16. DIBURU DENDAM 3

Start from the beginning
                                    

Dan mengapa Jenny harus di ruqyah?Jenny berusaha menjalani semuanya dengan kuat.Karena bagaimanapun kehidupan bersama papa Azzam lebih membawa kemudahan bagi hidupnya.

"Kak Jen?Mengapa om Arry kasih kita semua gelang gaharu?"

Tiba-tiba Amira bertanya.Arry memang memberinya gelang gaharu setelah ia berteriak-teriak di kelas karena melihat gadis cilik tanpa wajah.Jadi bahan tertawaan teman-teman sekelasnya.Atau Amira yang terkunci di toilet sekolah karena tiba-tiba pintu tertutup sendiri.

"Zaheen yang cerita pada om Arry,Kak..karena Om Bian dan tante Adela tak percaya.Apalagi mama."

Itu ucapan Zaheen.Lalu mereka bertiga di beri gelang beraroma wangi ini.

"Om Arry bilang ini gelang persahabatan.Kita kan bersahabat dengan om Arry."

Jawab Jenny.Amira oh pendek.Tersenyum.Meski entah kebetulan atau tidak,Amira sudah tidak mengalami hal aneh lagi.Jika iya,hanya suara-suara atau bayangan-bayangan melintas saja.

"Kak Jen,emang kak Jenny gak pernah merasakan kehadiran makluk lain?"

Amira bertanya lagi,Jenny tertawa.Ia buta gak mungkin bisa lihat penampakan.Tapi ia bisa bedakan itu suara dan sentuhan manusia atau bukan.Dari energi dingin dan panasnya.

"Pernahlah,Ra..tapi aku tidak peduli.Om Bi bilang kita adalah makluk paling mulia."

Jawab Jenny,seiring dengan lampu yang menyala.Papa sudah menyalakan genset.

"Aku hangatkan susu ya,Ra..kita kan belum minum susu."

Tawar Jenny,Amira mengangguk.Ikut turun.Menyingkirkan selimut bulu bermotif princes.Mencari-cari sandal tidur mereka.Tanpa mereka tahu tangan kurus seputih kapas dengan kuku hitam runcing menggeser-geser sandal tidur mereka.Hingga masuk kolong.

"Ganti sandal saja,Ra.."

Ucap Jenny,merasakan energi dingin dari arah kolong.Dengan tongkatnya ia berjalan ke arah rak sandal.Amira mengikutinya,telanjang kaki.

Di luar sana terdengar suara papa yang marah-marah karena tidak bisa menghubungi om Bi dan tante Adela yang entah kemana.

🍁
🍁

"Hooeekk!!"

Darah segar menyembur dari mulut Arry.Segera ia guyur dengan menyalakan kran westafel.Arry membersihkan mulutnya dengan cara berkumur-kumur dengan air.Keringat dinginnya sebesar biji-biji jagung.Padahal di luar sana hujan badai.Ia terlalu menguras energinya untuk membentengi tubuh Azzam.Ia juga terlalu memaksakan diri mencari 'keberadaan Madya dan bu Shindu' dengan 'caranya'sendiri.

"Aaahh..!!Darah!Apakah kamu akan mati,Ry?"

Pekik sebuah suara panik.Arry menghela nafas,menatap sosok transparan yang menutup mulut dan melongok westafel.Wajah cantiknya pasi dengan rambut tergerai.Gaunnya yang cuma selutut berwarna putih tulang,lengan panjang.berenda kekuningan.Telanjang kaki.Melayang tak berpijak pada bumi.

"Gak usah lebay deh,Lun?Emang kamu seneng kalau aku mati?"

Omel Arry,terhuyung-huyung ke arah ranjangnya.Luna,makluk tak kasat mata itu memandanginya dengan iba.Ini bukan yang pertama ia melihat Arry seperti ini.

Tiap kali Arry kehabisan energi melawan dimensi lain pasti muntah darah.Atau kadang diare.Ribet juga punya raga kasar.Tapi enaknya bisa menyentuh sesuatu,beda dengan Luna.

Arry menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang.Tertelungkup.Coba Luna bisa melepas sepatunya,membuatkan teh hangat,atau memijatinya.Sayang,ia tak bisa berbuat apa-apa,kecuali bila masuk tubuh seseorang.

Tapi Arry melarangnya,Arry bilang itu dholim.

"Ry.."

Panggil Luna kalem,duduk di sisi tubuh Arry.Mencoba ia sentuh.Tapi tembus.Lagi,ia coba sentuh Arry.Tapi tetap tak berhasil.Tembus.

🅳🅴🅰🆃🅷 🅰🅻🅱🆄🅼 ( 🅾🅽 🅷🅾🅻🅳 )Where stories live. Discover now