Chapter 31: It Starting to be Answered - Part 5 (End)

1.8K 235 5
                                    

BULAN purnama yang terlihat indah dari kejauhan; taburan bintang yang berkelap-kelip di langit biru kegelapan; bayangan dedaunan yang bergerak ditiup angin; bangunan istana lain yang sangat bersinar oleh lampu-lampu sihir; bagian gelap taman yang hanya mendapat cahaya remang-remang dari obor; serta suara hewan malam yang beraktivitas; semuanya mengisi dalam pandang jendela kaca besar di ruangan Aureus.

Ruangan ini memiliki sisi bagian dalam jendela yang besar sehingga dapat menjadi tempat duduk untuk membaca ataupun sekadar bersantai sembari menikmati pemandangan alam; disertai dengan lilin beraroma yang ada di beberapa titik sehingga merilekskan tubuh; menyajikan sebuah ketenangan di larut malam. Maka dari itu, aku hanya mengunjungi Aureus ketika sedang banyak pikiran.

Bersandar pada sandaran di sisi jendela bagian dalam; aku menuang anggur merah dan memenuhi setengah bagian gelas Bordeaux. Sembari meneguk sedikit demi sedikit anggur merah di gelas; dua orang pria yang berada dalam satu ruangan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Setelah pembicaraan kami sebelumnya berakhir; Hamon tidak bersuara lagi sedangkan aku kembali menikmati alkohol untuk menenangkan pikiran.

"Maaf bila saya lancang, tetapi mengapa Yang Mulia berpikir bahwa Anda akan melakukan apa yang Anda perbuat di kehidupan kedua Tuan Putri?"

Aku tidak langsung menjawab. Untuk sejenak memori kembali terputar kemudian disusul oleh sesuatu di dalam dada yang bergemuruh. Jauh di lubuk hati, aku meyakini bahwa akhir dari kehidupan kedua dan ketiga akan berbeda; namun di sisi lain juga merasa takut dengan apa yang terjadi di kehidupan kedua akan terulang kembali. Meski terdapat perubahan besar, tetap saja ada kemiripan antara kehidupan kedua dan saat ini yang justru membuatku risau.

"Karena ada kesamaan antara kehidupan kedua dan kehidupan sekarang."

"Meski terdapat perbedaan?"

"Ya."

Setelah mengiakan pertanyaan Hamon, dia menjadi diam sedangkan aku tidak menoleh kepadanya lagi setelah pembicaraan pertama berakhir beberapa menit lalu. Kembali meneguk anggur merah; aku mendamaikan dada yang terasa tidak nyaman dan gelisah. Lalu, ketika alkohol berkonsentrasi tinggi tersebut mulai bekerja; aku mengingat sesuatu yang sering dikatakan manusia, yaitu 'perasaan takut kehilangan sesuatu yang sudah terbiasa dengannya.'

"Sepertinya, Yang Mulia sudah merasakan posisi sebagai seorang Ayah."

Aku membenarkan. "Mungkin saja seperti itu."

"Tetapi, ada hal yang dari dulu ingin saya tanyakan." Aku menoleh dengan gelas Bordeaux di tangan kanan sedangkan dia melanjutkan perkataan, "Apa yang membuat Yang Mulia membiarkan Tuan Putri di sisi Anda? Padahal Anda membenci wanita."

"Kau benar, aku membenci wanita." Aku memberi jeda. "Tetapi, dia bukan wanita."

"Maaf?"

"Elora, anak itu, dia bukan wanita melainkan perempuan. Makanya, aku membiarkan dia berada di sekitarku."

Selama beberapa detik Hamon terlihat bingung. Lalu, tanpa disangka-sangka dia berjalan menuju meja kecil; mengambil sebotol anggur merah yang selalu tersedia di sana lalu meneguknya langsung. Setelah meletakkan botol tersebut di pinggir meja, dia berkata,

"Anda memang benar."

Kemudian, dia mengitari meja dan duduk di kursi kayu. Bersikap santai dan kurang ajar; kembali ke dalam bentuk mode seorang teman di saat sedang hanya ada kami di dalam ruangan.

"Meski saya tidak dapat mengerti jalan pikiran Yang Mulia, saya merasa pernyataan Anda benar."

"Memang sudah benar, 'kan?"

Di antara orang terdekat yang kupercaya mengemban tanggung jawab besar; Hamon adalah satu-satunya yang mampu bersikap fleksibel dan menyesuaikan diri dengan cepat. Mungkin karena terlalu sering bertukar pendapat dan didukung oleh sikap tidak takut mati yang dia miliki; pria itu jadi menganggapku sebagai teman karena aku tidak pernah memberikan teguran serius atas sikap kurang ajarnya.

Elora: My Little PrincessWhere stories live. Discover now