Chapter 8: The Death Penalty (After That Accident)

4.5K 432 0
                                    

SEBELUM tubuhnya menyentuh lantai, Hamon yang berdiri di samping serta-merta membuang diri ke depan untuk menangkap Elora. Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Ketika wajah Hamon terlihat sangat panik; berteriak menyuruh prajurit memanggil tabib; menggendong Elora lalu berlari keluar lapangan eksekusi mati seakan tidak memedulikan apapun; meninggalkanku yang hanya terpaku di singgasana tanpa melakukan apa-apa selain melihat anak perempuan itu jatuh lalu menghilang bersama pelukan Hamon.

Kepergiannya menyisakan atmosfer aneh di seluruh area penonton. Tidak ada yang berani beranjak setelah melihat Hamon berlari seperti singa yang memburu mangsa. Semua orang saling melirik; memandangku takut-takut lalu menundukkan pandangan setelah aku memberikan sorot mata tajam. Dari sekian pasang mata yang menjengkelkan—yang menarik atensiku hanya puding cokelat yang tergeletak di lantai. Tidak ada bekas sendok maupun bekas gigitan yang melubangi puding; penampakan makanan itu masih sama seperti semula.

"Kita kembali ke Istana Kaisar."

Aku percaya diri bahwa setelah insiden ini dia akan sadar keesokan hari lalu kembali beraktivitas seperti biasa; mendatangiku di ruang kerja sembari mengucapkan kalimat penjilat; terkadang membuat keributan karena dia berlarian di koridor istana; membuat pelayan bolak-balik mengambil makanan karena dia selalu menghabiskan makanan di meja makan; atau melaporkan sesuatu yang dia lakukan ketika aku sedang istirahat.

Meski aku mengira kejadian ini hanya kejadian pingsan biasa seperti manusia-manusia lemah pada umumnya; para pelayan tetap sibuk seperti semut yang melarikan diri karena sarangnya diinjak. Aku memaklumi ketika Hamon memanggil tabib ke paviliun untuk mengecek keadaannya, namun lama-kelamaan jumlah manusia terus bertambah dan itu menjadi sangat menjengkelkan karena aku dapat merasakan kehadirannya meski tidak hadir di sana dan melihat langsung.

Setelah membuat kehebohan di istana, Hamon datang kembali ke ruang kerja; melaporkan sesuatu yang berhubungan dengan Elora meski aku memperlihatkan gelagat tidak peduli.

"Tuan Putri sudah mendapat pertolongan pertama. Tetapi untuk memulihkan kondisinya, Tuan Putri akan dirawat di kediaman Duke Astello selama beberapa hari ke depan."

"Lakukan saja."

"Kalau begitu, saya pamit undur diri Yang Mulia," katanya sembari membungkuk hormat.

Ketika mendengar suara pintu ditutup rapat; aku melepas pena lalu menyandarkan punggung di sandaran kursi. Jumlah orang di paviliun perlahan berkurang sehingga aku dapat merasa tenang karena tidak lagi merasakan kehadiran banyak manusia. Kekuatan dari raja iblis memang memberiku keuntungan mendeteksi seseorang namun terkadang menjadi merepotkan ketika berada di situasi yang seperti ini.

Di tengah keheningan ruang kerja; telapak tangan kanan yang saat itu membelai kepala Elora masih terasa hangat; seakan baru beberapa detik lalu. Lembut surai dan perasaan ketika mengusap rambutnya masih membekas. Ketika aku menengadahkan tangan kanan ke atas untuk memeriksa; pandanganku terus tertarik seperti tidak ingin terlepas; dan itu berlangsung selama beberapa menit.

***

Aku sudah menduga bahwa berita pingsannya Elora telah sampai di telinga para bangsawan dan orang-orang yang membenciku di hari yang sama. Tetapi, kedatangan salah satu dari mereka sama sekali tidak aku harapkan.

Marquess Matheo berkunjung dengan membawa aneka makanan manis dan permen yang disukai anak kecil. Bukan hanya itu, obat yang diklaim dapat memberikan energi positif bagi tubuh setelah mengonsumsinya juga dia berikan secara pribadi; itu mirip seperti vitamin. Meski dia tahu bahwa Elora sedang tidak berada di istana, pria gendut itu tetap membawa barang tidak berguna ini saat menemuiku secara langsung di Istana Kaisar.

Aku meneguk teh Darjeeling yang beberapa menit lalu dituang pelayan. Di ruang tamu yang luas ini, tubuh gendutnya memenuhi seluruh pandangan. Setelan jas biru gelap dengan paduan warna hitam dan putih tanpa ornamen mewah seperti biasa; menampilkan kesan sederhana sehingga nampak sangat tidak cocok dengannya.

Tidak ada yang kuharapkan dari kedatangan pria gendut itu selain sesak napas dan meninggal di tempat. Serangan jantung adalah cara meninggal yang lebih dari cukup bagi pria serakah sepertinya.

"Saya berharap keadaan Tuan Putri segera pulih dan dapat kembali ke istana." Dia membuka mulut setelah meletakkan cangkir teh di meja. "Istana adalah tempat tinggal Tuan Putri dan sudah semestinya beliau tinggal di sini. Biar bagaimanapun, pria tua ini hanya berharap Tuan Putri dapat hidup bahagia dan menikmati hari dengan indah. Sejujurnya saya masih teringat dengan kondisi Tuan Putri saat pertama kali muncul. Itu masih sangat jelas di kepala saya sehingga hati saya terasa sakit saat memikirkannya kembali."

Sudut bibirku tertarik ke atas. Hal-hal yang berkaitan dengan Marquess Matheo tidak lepas dari kekuasaan dan harta yang berlimpah. Kedatangannya jelas membawa maksud lain karena dia bukan orang yang setulus itu. Dia biasanya tidak akan menempuh banyak jalan untuk memperoleh sesuatu. Namun, dari topik yang dia angkat, sepertinya ini akan sedikit menarik.

"Oh, ya?"

"Saya juga ingin meminta maaf atas ketidaksopanan saya waktu itu kepada Yang Mulia dan Tuan Putri" Dia menundukkan kepala, menyesal. "Pria tua ini hanya syok dan tidak dapat berpikir jernih sehingga melakukan kesalahan yang tidak semestinya. Saya telah bersalah kepada Yang Mulia dan Tuan Putri. Saya tidak tahu bahwa Yang Mulia begitu menyayangi Tuan Putri dan tanpa sengaja berbuat kesalahan. "

Aku memejamkan mata menahan muak. Rumor yang beredar sepertinya lebih liar dari yang kuduga.

"Saya tahu kesalahan saya cukup besar maka dari itu ...." Dia mengeluarkan kotak berbentuk persegi dari balik jas dan meletakkannya di atas meja. "Ini adalah bentuk ketulusan dari pria tua ini," katanya sembari membuka kotak tersebut dan mendorongnya ke tengah. "Mohon Yang Mulia menerima ketulusan saya."

Benda yang ada di dalam kotak adalah cincin emas putih berhias batu permata emerald light-yellow-green yang dipotong berbentuk kotak. Warna hijau emerald melambangkan sesuatu yang berhubungan dengan spiritual; hal-hal yang berkaitan dengan dewa; serta kekuatan magis. Dikatakan bahwa emerald dapat membawa keberuntungan dan nasib baik sekalipun harapan telah hilang. Itu adalah hadiah yang menarik.

Lalu di sinilah titik baliknya.

"Kau memiliki selera yang bagus." Aku menyeringai menatapnya. "Akan kuterima."

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsawan yang memiliki tujuan besar akan mendekati orang-orang yang mempunyai kekuasaan yang lebih besar pula. Manusia-manusia yang haus dan tidak pernah puas; manusia yang selalu menginginkan 'sesuatu yang lebih' adalah jenis orang yang sering melakukan hal ini. Baik itu di zaman dulu maupun sekarang; pola yang terbentuk akan terus-menerus berulang karena sifat serakah manusia tidak pernah lenyap.

"Terima kasih, Yang Mulia."

Marquess Matheo memiliki kekayaan, kekuasaan, dan pengaruh yang cukup besar untuk ukuran seorang Marquess. Gelar bangsawan yang setingkat di bawah Duke namun memiliki kekuatan sebanding dengan seorang Duke. Sejak awal, sepak terjang Marquess Matheo tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan pencapaiannya yang terbilang cukup pesat sehingga mampu menandingi seorang Duke; aku bisa mengerti mengapa pria gendut ini sangat percaya diri.

Bangsawan yang mempunyai pengaruh atau eksistensi yang tidak bisa dianggap remeh biasanya adalah orang yang paling percaya diri untuk mendekati Kaisar. Walau terkadang, ada juga yang tidak tahu malu karena dipenuhi keserakahan; dan Marquess Matheo adalah orang yang memborong semuanya.

"Dan mengenai pemberianmu, aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarnya ke kediaman Duke Astello."

Dia tersenyum memperlihatkan matanya yang tertutup. "Maaf karena pria tua ini telah merepotkan, Yang Mulia. Namun, saya hanya berpikir bahwa akan lebih baik bila Yang Mulia sebagai orang tua Tuan Putri melihatnya terlebih dulu."

"Ya, kau memang benar."

Dia berdiri, menundukkan kepala lalu berkata, "Kalau begitu saya pamit undur diri, Yang Mulia."

Setelah pengawal mengantar kepergian Marquess Matheo, aku menatap lurus pemberiannya di atas meja. Benda-benda itu sama sekali bukan pemberian yang pantas untuk disimpan maupun diberikan kepada anak itu. Lalu, sinar yang terpancar dari emerald terlihat tidak biasa walau masih samar-samar dan sangat tipis.

"Butler, singkirkan seluruh sampah ini kecuali cincin emerald."[]

Elora: My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang