Chapter 30: It Starting to be Answered - Part 4

1.7K 229 6
                                    

ELORA mengerjap beberapa kali ketika melihatku keluar dari kamar mandi. Kimono putih yang memperlihatkan bagian dada dan handuk kecil yang melingkar di leher serta wajah dan rambut yang masih terdapat sisa-sisa air yang belum mengering; sekali lagi mengusap rambut dengan handuk sebelum menyampirkannya di sandaran kursi. Aku menuang botol berisi anggur merah ke dalam gelas Bordeaux dan meneguknya habis dalam sekali tegukan.

"Kenapa belum tidur?" Aku bertanya setelah meletakkan gelas di meja kecil yang berada di samping tempat tidur. "Ini sudah larut malam. Anak kecil sepertimu harus sudah masuk ke dunia mimpi."

"Tetapi, El belum mengantuk."

"Setidaknya pura-pura tidur saja."

"El tidak bisa."

Pikiranku kembali mengingat segelas susu hangat saat dia sedang tidak bisa tidur seperti ini. Namun, sepertinya itu juga tidak akan mempan karena Ibu Asuh sudah melaporkan bahwa Elora telah meminum susunya sampai habis. Sekarang, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi agar dia bisa tidur. Di saat tengah berpikir keras, suaranya yang memanggil membuatku menoleh.

"Apa?"

"El mau celita."

Kalimat yang dia ucapkan secara tidak langsung menyuruhku agar mendengar cerita atas apa yang dia lakukan hari ini. Maka dari itu, aku berjalan mendekat ke sisi tempat tidur dan beringsut masuk ke dalam selimut. Bersandar di sandaran tempat tidur, aku memandangnya dan berkata,

"Aku akan mendengarnya."

Dia tersenyum lebar sebelum mengubah posisi duduk menjadi menghadapku. "El sangat senang kalena kemalin Hamon menemani El main belsama Ibu Asuh dan pala dayang!"

"Itu bagus."

"Hali ini pun, Hamon menemani El beljalan-jalan di taman yang sangat luas sambil menaiki kuda. Ada banyak pohon dengan daun yang belwalna-walni. Lalu, saat angin belhembus, daun-daun yang cantik itu jatuh dan—"

Aku memejamkan mata mendengar kata demi kata yang dia ucap. Meski tidak biasa, telingaku tetap bertahan untuk sebuah cerita remeh yang terkesan penting. Lalu, semakin lama suara Elora yang sedang berceloteh mulai terdengar samar-samar dan hilang timbul.

***

Seketika terbangun saat merasakan sentuhan tangan mungil yang membelai rambutku. Pergerakan kecil di kasur kemudian membuatku tetap memejamkan mata dan pura-pura tertidur. Lalu, suara pelan Elora masuk ke dalam indra pendengaranku dengan lembut.

"Sakit, sakit, pelgilah jauh."

Kemudian, aku merasakan pergerakan kecil lagi disusul dengan tangan mungil yang menggenggam tanganku.

"El akan melindungi Papa."

Membuka sedikit mata yang terpejam; aku mengintip. Dari balik punggung Elora yang sedang membelakang, dia menggenggam tanganku bersama dengan tepukan pelan di paha. Sembari terus mengamati, bagian dalam dadaku bergetar. Rasanya seperti disengat oleh sesuatu dan itu memancing emosi yang telah lama tertanam dalam kegelapan.

Aku menjadi sedikit emosional saat dia mengatakan ingin melindungiku dengan tubuh yang sangat kecil dan rapuh seperti itu. Dibanding melindungiku, lebih baik dia melindungi dirinya sendiri. Lalu, ketika melihat pergerakannya yang seperti ingin berbalik, aku dengan cepat memejamkan mata dan pura-pura tertidur kembali.

Dia berbaring sembari merentangkan tangan ke perutku; menepuk-nepuknya pelan. Wajahnya kemudian dia benamkan ke dalam sisi kiri badan dan mendusel-dusel; menghirup aroma tubuhku. Selama beberapa saat dia seperti itu sebelum tangan mungil yang menepuk perutku terhenti kemudian disusul oleh suara napas yang teratur.

Elora: My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang