🦋 | Bab Tersembunyi 4

4.7K 216 14
                                    

Note: Ini berada di Bab 31 dan 32. Anggaplah 31,5. Okayyyy.

Bab Tersembunyi 4
~~~🦋~~~

Nisa sedang berbaring bersama Daniel di tempat tidur, dan menyanyikan lagu tidur untuk anak kecil yang sedang memeluk boneka anjingnya, sedangkan Raiden baru saja pulang sekitar jam sembilan malam karena tadi ia tiba-tiba mendapat panggilan CITO dari rumah sakit saat ia dalam perjalanan pulang ke apartemen.

“Nothing's gonna change my love for you,” nyanyi Raidan sambil berjalan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk melilit di pinggangnya.

Sepertinya Nisa harus terbiasa dengan tindakan seenak jidat Raiden tanpa memikirkan apa yang terjadi kepada wanita yang sedang menahan napas dalam-dalam itu.

Kepala Raiden menoleh, melirik Nisa dengan senyum kecilnya. “Kenapa Dear?” pancing Raiden.

“Mesum banget lama-lama mas!” seru Nisa tanpa memandang balik Raiden yang tertawa kecil tanpa suara.

Setelah itu Raiden kembali lagi ke kamar mandi bersama pakaian yang hendak ia pakai, sepertinya Raiden melupakan baju dan celana.

Nisa membuang napas lega dan bangkit dari berbaringnya. Ia melepaskan karet hitam di rambut dan mengingat kembali surai hitamnya.

Tidak lama kemudian, Raiden  keluar dari kamar mandi dengan baju santainya dan duduk di samping Nisa dan mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah kepada Nisa.

“Mas!”

Pria itu kembali memamerkan senyumnya yang berpotensi untuk membuat denyut jantung Nisa. “Dear?”

Nisa tidak menjawab dengan kata-kata, namun tatapannya menjawab bahwa ia kini menunggu kelanjutan dari pria yang sedang merangkul pinggangnya tanpa aba-aba.

“Kenapa kamu mau maafin, Mas?” tanya Raiden, menilik mata Nisa dalam.

Senyum Nisa pun perlahan mekar hingga menampilkan giginya yang rata dan putih. “Karena aku udah nggak marah lagi sama Mas,” jawab Nisa bercanda, meskipun itu memang jujur dari lubuk hatinya.

“Serius, Dear,” ujar Raiden lirih.

Mata Nisa memandang Raiden. “Karena aku tahu mas nggak salah. Waktu itu mas sempat cerita sama Dimas masalah kita kan? ..., Dimas cerita semua.” Jeda Nisa seraya memegang dan menggenggam erat tangan  Raiden. “Aku udah pernah ngerasain gimana koma, anggaplah aja aku setengah mati saat itu. Aku nggak tau apa pun yang terjadi di sekitarku, aku nggak ngerasa apapun ..., Apapun. Setelah aku bangun, aku pikir, kapan aja aku bisa mati kan? Sama seperti kejadian waktu itu, nggak ada yang mengira kalau aku bakal koma hanya dalam waktu beberapa detik aja. Karena itu, aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan saat Tuhan ngizinin aku bangun lagi. Saat aku bangun, hanya satu keinginan aku saat itu, hidup sama sama selamanya. Hati kecilku berkata bahwa, mari berdamai. Ini memang naif, untungnya hatiku naif sama orang yang bener-bener baik. Terima kasih mas.“

Raiden berkaca-kaca mendengar pernyataan Nisa. Hatinya tersentuh. Ia pun menarik Nisa ke dalam pelukannya. Raiden mencium kening Nisa berulang kali.

“Mas, ihh,” kata Nisa sambil menjauhkan kepalanya dari Raiden dengan tawaan yang terdengar indah di telinga Raiden.

“Makasih Dear untuk kepercayaannya. Mas memang nggak bisa janji untuk buat kamu tetap tertawa, atau menjamin kamu nggak bakal nangis. Tapi mas bisa memastikan kalau apapun yang mas buat, akan mas lakukan untuk kebaikan hubungan kita bersama, dan nggak akan lagi rahasia-rahasiaan kalau mas mau ngapain nantinya.” Raiden berkata dengan tulus dan penuh keyakinan.

“Jangan lupa berbagi beban dan bahagia mas.”

“Pasti Dear!”

Raiden memeluk Nisa erat, seakan tidak mengizinkan udara berani melewati celah diantara tubuh mereka.

“I love you, dear,” ungkap Raiden.

“Hmm, juga,” jawab Nisa.

Raiden menjauhkan tubuhnya dari Nisa. “Juga? Juga untuk apa?”

Wanita bertubuh mungil yang masih memakai pakaiannya sejak pagi karena belum mandi pun berdiri dari tempat tidur.

Dengkusan halus keluar dari bibir Raiden seraya berdiri dari tempat yang sama dengan Nisa duduk tadi. Raiden segera berjalan ke arah pintu dan menghalangi Nisa untuk keluar dari kamarnya.

“Aku mau mandi mas, jadi minggir, yah?” pinta Nisa seperti berbicara kepada anak kecil.

Raiden menggoyangkan kepalanya. “Jawab dulu yah tadi.”

“Juga,” jawab Nisa. “Itu kan? Udah,” sambungnya.

Bola mata bergerak, tidak percaya dengan Nisa yang pura-pura tidak tahu dengan maksudnya. “I love, you!”

“Juga, Mas.”

Raiden berdecak kesal, dengan gerakan cepat tanpa disadari Nisa, pria itu menarik pinggangnya dan mengikis jarak di antara mereka hingga beberapa centimeter saja kulit bibir keduanya bisa saling bersentuhan.

“I love you?”

Nisa tertawa kecil sambil menjauhkan sedikit kepalanya dari wajah Raiden agar bibir mereka tidak bersentuhan. Nisa sungguh tidak percaya Raiden bisa seperti anak kecil juga. Sungguh menggemaskan!

“Jugaaaaa, Mas! Ya ampun,” seru Nisa.

“I love you!”

“I love you, too, Raiden Purnama,” ungkap Nisa akhirnya.

Raiden membuang napas panjang. Apa sudahnya wanita itu menjawab pernyataan cinta darinya? Karena masih kesal, Raiden tidak melepaskan pelukannya dari pinggang Nisa, pria itu dengan santai menyatukan bibir mereka dan melumat pelan bibir Nisa yang terasa lembut dan pas dengannya.

Bibir Nisa adalah sesuatu yang sangat Raiden sukai. Meskipun tidak lembut karena kulit bibir Nisa sedikit kasar, namun sensasi bercumbu dengan wanita itu selalu memberikan kepuasan tersendiri bagi Raiden.

Ini bukan efek lama dari menduda kan? Entah kapan terakhir Raiden berolahraga di atas tempat tidur. Pikiran gila lelaki itu segera hilang saat Nisa memukul dada Raiden.

“Minggir, Mas. Aku mau mandi,” jelas Nisa tanpa menatap mata Raiden. Seperti biasa, Nisa malu.

Akhirnya Raiden melepaskan Nisa dan membiarkan wanita yang sedang malu-malu kucing itu pergi ke kamarnya. Lebih baik memang seperti itu, karena Raiden juga tidak mau pikirannya semakin liar saja jika bersama terlalu lama dengan Nisa. Jujur saja, ia takut kelepasan hingga sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di antara mereka, ah mungkin hanya Nisa yang tidak menginginkan hal itu terjadi, karena Raiden memang kepengen.

Tolong semesta untuk segera menyatukan Raiden dengan Nisa!

🍁🍁🍁

Nisa menyisir rambut panjangnya sambil memikirkan kebersamaan bersama Raiden yang telah berlalu tanpa ia sadari. Begitu cepat memang jarum detik berdentang.

Raiden memang bukan pria sempurna bagi Nisa. Namun Raiden adalah pasangan yang sempurna bagi wanita itu.

Tahu teori lock plus key pada pelajaran biologi? Tentang enzim. Kira-kira Lock itu seperti Nisa, dan Key adalah Raiden. Mereka sama-sama saling membutuhkan untuk menghasilkan produk baru, yaitu segi baru yang lebih baik dari kehidupan mereka masing-masing.

Raiden membutuhkan Nisa, dan Nisa tidak ada gunanya tanpa Raidan. Begitulah kesimpulan kisah mereka. Saling melengkapi agar menjadi sempurna.

Sempurna itu adalah sesuatu yang sangat relatif. Sempurna untuk Nisa adalah bisa menjalin bahtera rumah tangga bersama Raiden, walaupun badai selalu datang, Nisa mau percaya bahwa tidak ada badai yang terus-menerus untuk selamanya, selalu ada pelangi sehabis hujan bukan?

Meskipun pelangi hanya sementara, bukan kah itu seninya? Pelangi mengajarkan untuk berhenti sejenak dan menikmati keindahannua, lalu ia pergi, dan memberikan sinar mentari, lalu datang lagi hujan.

End

Part ini memang sangat ringan.

Pengasuh Bayi Dan Dokter ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum