🦋 | Bab Dua Puluh Lima

5.7K 386 31
                                    

Bab Dua Puluh Lima
~~~🦋~~~


Seperti yang telah diketahui, kini Nisa berada di ruang ICU. Tujuannya agar selama Nisa dan semua pasien yang mengalami koma seperti Nisa bisa dipantau secara intensif. Setiap orang yang dinyatakan koma akan dipasangkan alat bantu pernapasan untuk menjaga laju pernapasan mereka. Tidak hanya itu saja, mereka juga dipasangkan selang makan, infus dan obat-obatan, pun dokter memasang monitor denyut, serta kateter urine.

Selain pengobatan yang sifatnya pendukung seperti di atas, pengobatan koma juga diberikan untuk mengatasi penyebabnya. Dokter spesialis akan memberikan antibiotik jika koma terjadi akibat infeksi pada otak. Infus gula juga bisa diberikan untuk mengatasi hipoglikemia.

Di dalan ruang itu, Raiden sedang duduk di samping kasur Nisa. Jari jemari Raiden memegang erat tangan wanita yang dicintainya itu, sambil mengelus tangan Nisa yang bersih.

Terlepas dari profesi Raiden, di mana ia merupakan seorang Dokter yang memiliki banyak jam kerja di RS. Raiden hanyalah manusia biasa yang kadang-kadang melupakan seberapa logisnya cara pikir yang ia gunakan saat menangani Pasien. Seperti mengajak berbicara orang yang tidak sadar, misalnya.

Bagaimana bisa pasien yang tidak sadar mendengarkan suara orang di sekitarnya? Bagaimana Nisa bisa mendengarkan cerita Raiden? Namun Raiden tidak peduli, ia tetap berbicara banyak hal kepada wanita itu.

“Dear? Ini udah hampir satu bulan kamu tidur terus, nggak mau lihat aku? Nggak kangen sama Daniel?” tanya Raiden, mengajak Nisa berbicara meskipun ia tahu tidak ada keajaiban seperti di film-film, namun tetap saja ia berharap Nisa sadar.

Setiap kali Raiden menjenguk Nisa, pria itu selalu mengajak Nisa berbicara, menceritakan banyak hal yang bahkan tidak pernah ia ceritakan kepada orang lain, seperti kisah SMA-nya dulu yang sering sekali dijadikan sebagai bahan olokan karena tampangnya yang kurang good looking akibat jerawat yang memenuhi wajah Raiden, tidak hanya itu, Raiden dulunya termasuk anak yang memiliki badan gendut semasa sekolah dulu.

Begitu banyak cibiran dan hinaan yang harus Raiden tahan. Bahkan saat ia harus dikunci selama satu hari di dalam gudang sekolah.

Itulah sebabnya, bagi Raiden sangat penting untuk tetap menjaga kesehatan kulit dan tubuhnya agar tatap baik. Bayang-bayang masa lalu masih membekas dalam ingatan Raiden, meskipun ia sudah mengubur dalam-dalam luka lama tersebut.

Raiden juga bercerita tentang hubungannya dengan Jessica. Dulu, Wanita itu adalah gadis SMA yang baik Di mata Raiden. Jessica yang selalu menolong pria itu, dan membawanya untuk berubah menjadi Raiden yang lebih baik dalam merawat penampilan dan juga tubuhnya. Iya, karena efek samping dari jatuh cinta kepada Jessica, apapun yang dikatakan wanita itu, Raiden lakukan dulu.

Tapi itu kisah lama yang sudah Raiden simpan dalam ruangan bekas di hatinya, yang tentu saja tidak akan ia gunakan lagi karena telah rusak. Kini ada Daniel dan Nisa, masa depan Raiden.

“Setelah kamu bangun, Mas mau ngelamar kamu, kita nikah yah, Dear? Mas juga sudah memutarkan niat Mas ke orang tuamu,” cerita Raiden sambil mengusap kening Nisa dengan tisu basah.

Raiden jadi teringat sesuatu. “Kamu pernah nanya soal status kamu kan?" Pria itu tersenyum. “Kamu lebih dari sekedar status, Dear. Mungkin Mas belum pernah ngomong ini, tapi mas bener-bener sayang sama kamu, Mas cinta kamu, Dear,” lanjutnya setelah mendekatkan diri wajahnya ke arah telinga Nisa.

Kembali tetesan air mata itu jatuh dari pelupuk mata Raiden hingga mengenai sudut pipi Nisa.

“Sejak kamu tidur terus, Mas jadi gampang nangis ..., Makanya kamu harus semangat, terus bangun buat ngehapus air mata Mas yang nggak mau berhenti ini, Dear. Kamu dengar kan?” Raiden tertawa kecil di saat air mata masih mengalir di sudut matanya.

Terlalu terlambat kah untuk Raiden mengucapkan kata cinta yang bahkan belum pernah ia ucapkan secara langsung kepada Nisa? Apakah tidak masalah kalau pria itu baru saja mengutarakan perasaannya?

Sudah pasti telat kan? Kenapa harus sekarang? Di saat Nisa sedang terbaring baru mengatakan hal cinta? Kembali rasa kecewa pada diri sendiri menyelimuti Raiden.

I love you, Nisa. Ayok bangun dan kita menikah ... Dan, maafkan mas, karena mas kamu seperti ini. Seharusnya mas tidak menerima tawaran Jessica malam itu, seandainya mas bangun lebih pagi waktu itu, semua ini ... Semua ini nggak bakal terjadi sama kamu, maafin mas,” mohon Raiden penuh sesal.

Sejujurnya, di dalam benak pria itu, selalu membayangkan semua pengandaian yang berujung pada penyesalan yang tak berujung. Raiden membenci dirinya sendiri, mengutuk keras pada kebodohan pria itu yang membuat Nisa seperti sekarang. Seharusnya semua ini tidak terjadi. Raiden menyalahkan dirinya karena membuat Nisa kesakitan seperti sekarang.

Tok ... Tok ... Tok!

Pintu kamar ICU diketuk oleh seseorang.

“Dokter Raiden?” suara wanita memanggil namanya.

Raiden segera menghapus air mata dan berdehem untuk menjernihkan suaranya yang serak.

“Iya, sebentar,” seru Raiden sambil berdiri dari kursinya.

Pria itu lalu membuka pintu kamar ICU Nisa dengan wajah datar, dan tampak sosok wanita yang memiliki rambut berwarna pink dan juga memakai sepatu all star berwarna hijau botol.

“Maaf dokter sebelumnya, saya Koas, ada keadaan darurat, wanita 29 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 30 Minggu dengan hipertensi gastasional, TD 140/90 mmHg ....” jelas sang koas yang ternyata memiliki nama Rose di nametag-nya tersebut.

Meskipun berat untuk pergi meninggalkan Nisa sendirian lagi, namun tanggung jawab Raiden pun tidak bisa diabaikan begitu saja. Pria itu melirik sebentar ke arah Nisa sebelum menutup pintu kamar ICU wanita itu dan pergi ke arah UGD.

🦋🦋🦋

Beberapa menit kemudian. Di sisi lain namun di lokasi yang sana, di tempat tidur yang berada di ruang berbetuk kubus yang dipenuhi dengan alat-alat bantu untuk tetap hidup, wanita yang tadi ditemani dengan Raiden tadi mulai menggerakkan jari-jarinya secara perlahan-lahan.

Iya, itu Nisa!

Pintu kamar Nisa terbuka, datang seorang suster yang memang selalu mengecek keadaan pasien setiap beberapa menit sekali. Suster yang memakai pakaian serba putih itu pun melihat tanda-tanda kesadaran Nisa pun  berjalan ke arah tempat tidur wanita tersebut dengan senyum lebar penuh kegembiraan.

🦋🦋🦋

“Apa? Kakak saya sudah sadar?” Dimas yang sedang mencatat catatan pasien yang baru saja sampai di lembar kertas empat langsung menghentikan gerakannya.

Adik dari Nisa itu baru saja mendapat kabar dari ruang ICU bahwa Nisa telah sadar dari komanya setelah tiga Minggu terbaring di atas Bad.

Tanpa sadar mata Dimas memanas mendengar berita yang sangat baik itu, tanpa pikir panjang lagi ia berjalan keluar dari nurse station dan pergi ke arah Ruangan ICU yang letaknya tidak terlalu jauh.

“Dimas? Mau kemana Lo?” seru Rose saat melihat pria yang tengah menarik perhatiannya beberapa hari itu.

“Kakak saya udah sadar!” seru Dimas dengan suara tidak terlalu besar namun bisa didengar oleh Rose.

Wajah Dimas memang tidak bisa berbohong bahwa ia sangat senang atas kabar ini. Rasa-rasanya ia ingin berteriak kencang dan berterima kasih kepada yang di Atas karena doa dan harapan yang ia panjatkan akhirnya terkabul juga; Nisa bangun dari komanya.

To be Continued

A.n:

Bab sebelumnya kan aku tulis dia dipisahkan ke kamar, nah, ternyata pas aku baca-baca artikel lagi, nggak bisa, harus tetap di ICU, so, Nisa tetap di ICU, ya. Ehehehe. Maapkeun kesalahan yah, nanti revisi pas Tamat.

Seperti biasa, jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya

Kalo ada kalimat belibet atau typo? Silakan diberitahu aja yah lewat komen. Ada saran? Kritik? Boleh, DM atau Komen aja.

Jangan lupa follow akun wattpad aku yah, sama akun Instagram aku, nanti aku follback, DM aja Beb. 😂

Ps: mangatse buat ngurus anak, buat Belajar, buat apapun itu. Fighting!

Pengasuh Bayi Dan Dokter ✓Where stories live. Discover now