[32] ʙᴜᴋᴀɴ ꜱᴇᴋᴇᴅᴀʀ ᴍɪᴍᴘɪ ʙᴜʀᴜᴋ

6.4K 310 62
                                    

Sepasang mata nanar terbuka perlahan dengan sisa air mata yang menggantung di pelupuk. Didalam hatinya tersayat ribuan luka dan kesedihan karena mimpi buruk semalam.

Lana bangkit dari ranjangnya dengan tatapan kosong dan wajah pucat pasi. Kaki-kaki ringkih wanita itu berusaha untuk menopang raganya yang lemah. Berjalan terseok-seok dan berhenti di hadapan sebuah cermin yang besar, sehingga dapat merefleksikan dirinya secara utuh.

Buliran air mata tak kuasa untuk dibendung setelah melihat bekas-bekas menjijikan yang tergambar jelas di atas kulitnya. Tangisannya tak bersuara, namun tangis itulah yang paling menyesakan dada.

Tangannya mengusap tanda kepemilikan tersebut dengan kasar, berharap dapat menghapus jejak hina yang ditinggalkan oleh sang lelaki, beserta semua ingatan tentang perlakuan buruknya.

Namun semakin Lana berusaha, semakin deras air matanya yang luruh membasahi pipi. Lana akhirnya menyadari, bahwa apa yang dialaminya semalam bukan hanya sekedar mimpi.

Jeremi yang menyentuhnya semalam adalah benar Jeremi yang dulu pernah menyakitinya. Setiap sentuhannya, hangat hembusan nafasnya, serta geraman suaranya masih dapat dirasakan oleh Lana hingga sekarang ini.

Pikirannya menjadi semakin kacau kala mengingat tentang setiap kata yang dibisikan lelaki itu ke telinganya. Kata yang berhasil menghancurkan seluruh harapan serta impiannya.

Kemudian lamunan Lana terpecah saat mendengar suara pintu kamarnya diketuk pelan, rupanya sang sahabat telah berdiri cukup lama dibaliknya. Menanti wanita itu keluar dari persembunyiannya karena ingin menagih penjelasan tentang apa yang terjadi kepadanya serta dimana keberadaannya semalam.

"Lana..." tegur Bella dengan tatapan pilu, melihat wajah sahabatnya yang pucat bagai tak teraliri darah saat membuka pintu

Lana hanya bergeming sambil menatapnya nanar. Tak kuasa untuk berkata-kata, Lana berhambur memeluk Bella sambil terisak. Bella pun ikut menitihkan air mata, dia dapat merasakan kepedihan yang sedang tanggung oleh Lana. Dengan lembut Bella membelai punggung Lana yang bergetar karena sesenggukan. Lalu ia memapah wanita itu menuju meja makan, dimana telah tersaji berbagai hidangan yang tampak lezat, tapi tak mampu menggugah selera indera pengecap Lana.

Tak menyerah, Bella tetap berusaha supaya Lana mengisi perutnya yang kosong. Dia membuatkan segelas susu cokelat hangat, lalu menyuguhkannya dihadapan Lana. Sambil menatapnya penuh harap agar Lana mau meminum nya walau seteguk.

Bella tak dapat membayangkan hal mengerikan apa yang telah terjadi pada sahabatnya, sebab ia sangat terkejut saat mendapati wajah Lana yang tampak sangat terpukul serta ketakutan ketika berada di depan pintu apartemennya dini hari tadi.

"diminum lagi ya... abisin susunya" ucap Bella sendu

"udah cukup, makasih Bell" balas Lana sambil tersenyum tipis seraya meletakan gelasnya di atas tatakan meja

"Lana"

"hmm?"

"semalam lo kemana dan lo kenapa?" tanya Bella penuh kekhawatiran

Lagi-lagi bibir wanita itu terkunci rapat, namun tatapan matanya tak bisa berbohong jika dirinya usai mengalami peristiwa buruk. Bella menggenggam tangan Lana, memberikan ia rasa nyaman seraya menguatkan hatinya.

"oke kalo lo ngga mau jawab sekarang gapapa, tapi lo harus janji bakal ceritain semua ke gue saat lo udah merasa lebih baik" pinta Bella dengan nada sendu dan tatapan penuh harap

ᴏᴜʀ ᴏɴᴇ ɴɪɢʜᴛ [ᴇɴᴅ]Where stories live. Discover now