[36] ᴅɪᴀ, ᴅɪᴀ ᴅᴀɴ ᴅɪᴀ

6.6K 294 92
                                    

CHAPTER INI MENGANDUNG MATERI DOMESTIC VIOLENCE SERTA SEXUAL VIOLENCE DIHARAP KEBIJAKSANAAN DALAM MEMBACA 🙏🏽

•••

Suara kicauan burung yang saling bersahutan, mengusik Lana hingga membuatnya terbangun dari alam mimpi. Wanita itu menggeliat kecil diatas ranjang sambil meremas rambutnya sendiri. Merasakan kepalanya yang pening akibat menangis semalam serta semua kesedihan yang menimpanya. Lalu kedua matanya menangkap keberadaan sesosok lelaki sedang berdiri di balkon kamar sambil memunggungi nya. Lana pun terkesiap dan bergegas bangkit dari ranjang.

Rupanya suara gemeresik yang berasal dari kasur, membuyarkan lamunan lelaki tersebut. Dan kini atensinya tertuju pada wanita yang berada di belakangnya.

"Lana sudah bangun?" tegur Daniel ramah sambil tersenyum manis

"pak Daniel...?" balas Lana sambil memicingkan pandangannya, ingin memastikan bahwa lelaki yang di hadapannya benar Daniel. Bukan Jeremi maupun Aldre

Kemudian Lana mengerutkan dahinya sambil menunduk, salah satu tangannya menyangga kepala dan tangan yang lain bertumpu pada nakas yang kokoh. Rupanya tubuh wanita itu terasa begitu lemah hingga kedua kakinya tak kuasa untuk berdiri. Dengan sigap Daniel memeluk Lana sebelum terjatuh di atas lantai yang keras. Kemudian dengan lembut Daniel merebahkan Lana di ranjang dengan kepalanya bersandar pada sandaran kasur.

Daniel tak kuasa menatap kedua manik cokelat Lana yang redup dengan wajah pucat bagai tak berjiwa. Sungguh Daniel sangat membenci melihat kecantikan di paras wanita itu ternoda dengan raut kesedihan. Daniel memberanikan diri untuk menggenggam telapak tangan Lana yang terasa begitu dingin, kemudian mengusap-usapnya agar menciptakan rasa hangat.

Tak ada kata yang terlontar dari bibir keduanya. Mereka membunuh waktu dalam diam membisu, tapi tangan lelaki itu masih betah memberi rasa nyaman untuk seorang jelita yang sedang memandang kosong lautan lepas dari jendela besar. Daniel menyibakan helaian rambut panjang wanita itu kebelakang telinganya, lalu perlahan namun pasti jemarinya membelai wajahnya dengan penuh kelembutan.

TOK... TOK...

Mereka berdua terkesiap saat mendengar suara pintu kamar diketuk sopan. Daniel pun beranjak dari tempatnya lalu berjalan cepat untuk membuka pintu.

"selamat pagi tuan, maaf mengganggu. kami ingin mengantar hidangan sarapan yang telah dipesan oleh tuan" tutur seorang pelayan sambil menunjukan meja dorong berisi berbagai makanan yang tampak lezat dengan asap putih mengepul diatasnya. Daniel pun mempersilahkan mereka untuk menyajikannya, lalu para pelayan tersebut keluar dari kamar saat semua sudah siap

"Lana, ayo sarapan" ajak Daniel ramah sambil tersenyum manis

"pak Daniel sarapan duluan saja. saya masih tidak berselera" balas Lana dengan suara serak

"kenapa kamu susah sekali diajak makan hmmm?" gumam Daniel heran sambil membawakan semangkuk bubur ayam untuk Lana

"ayo, buka mulut kamu! aaaa...." suruh Daniel sambil membuka mulutnya sendiri

"maaf pak, saya benar-benar tidak ingin makan" tolak Lana sambil memalingkan wajahnya

Daniel pun meletakan mangkuk itu di atas nakas lalu merengkuh wajah Lana dengan lembut agar tatapan mata mereka saling bertemu. Daniel menatap lekat-lekat kedua manik Lana yang kelam dengan sorot iba.

ᴏᴜʀ ᴏɴᴇ ɴɪɢʜᴛ [ᴇɴᴅ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora