[09] ᴛᴏ ᴛʜᴇ ʙᴏɴᴇ

22.5K 632 116
                                    

Baca ceritanya sambil puter lagu To The Bone dari The Pamungkas ya guys biar dapet feel-nya 🎧

LANA'S POV

Hari ini tepat seminggu setelah penolakan ku pada ungkapan perasaan Aldre. Dan hal itu berimbas pada kerenggangan hubungan kami. Ya.... walaupun aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatinya, namun itulah kenyataan. Masa lalu yang kelam begitu menyakitkan ku, sehingga aku tidak siap untuk memulai hubungan yang baru.

Aldre sudah tidak pernah mengantar jemput ku kerja. Aku mencoba untuk menjalin pertemanan dengannya namun sia-sia. Aldre enggan membalas pesan ku. Dan dari sini aku bisa menilai jika Aldre hanya tertarik sekilas padaku.

Jika suatu hari aku sudah siap menerima lelaki baru di hidupku, pastilah aku menginginkan hubungan yang serius. Mengingat usiaku sudah menginjak dua puluh lima tahun, bagiku itu adalah usia dimana aku telah menginjak dewasa dan tidak ingin menjalin hubungan hanya untuk bersenang-senang serta tidak memiliki tujuan pasti.

Aku pun mencoba melupakan semua kenanganku bersamanya, walaupun tidak banyak menyisakan kenangan manis namun tetap saja semua itu membekas di dalam memori ku.

Hari Kamis ini aku merasa gembira, karena besok bertepatan dengan tanggal merah sehingga masa libur ku sedikit lebih panjang. Aku sudah merencankan diriku untuk rebahan dan bersantai selama tiga hari.

Aku berlajan keluar dari kantor dan bersenandung sembari tersenyum sendiri layaknya bocah yang telah mendapat hadiah. Tetapi aku berhenti bernyanyi saat berada di parkiran.

"Aldre?" gumamku lirih

Aku mengucek kedua mataku untuk memastikan bahwa aku tidak sedang berhalusinasi. Ku lihat dia sedang berdiri sambil bersandar di mobil sport hitam miliknya. Wajahnya tampak gusar, sembari menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

Tak lama berselang Aldre terkesiap saat menangkap keberadaanku di dekatnya, lalu ia membenarkan postur tubuhnya menjadi lebih tegak daripda sebelumnya. Senyumnya mengembang manis di wajah tampannya sebagai sambutan. Entah mengapa hatiku menjadi berbunga saat menatap senyumnya. Tanpa ku sadari kedua sudut bibirku terangkat untuk membalas senyumannya.

Sejenak aku mengilangkan senyum di wajahku dan memasang ekspresi datar, sebab aku merasa kesal saat teringat jika Aldre telah menghilang selama sepekan serta mengabaikanku.

"ngapain kamu kesini?" tegurku sinis saat berada dekat dengannya

"mau jemput kamu Lana" jawab Aldre santai sambil tersenyum kecil

"ngga perlu" tegasku sambil menatap tajam dirinya, kemudian aku melangkah meninggalkannya

"heiii.... ayolah Lana, jangan marah-marah dong.... silahkan masuk" pinta Aldre dengan nada mengiba sembari mencekal lenganku, kemudian ia membuka pintu mobilnya untuku

"oh ya ini buat kamu. semoga kamu suka" sambung Aldre seraya memeberi ku se-bucket bunga mawar merah yang indah

Aku menatapnya dengan tatapan tajam sambil mengerucutkan bibirku, sepertinya hal itu justru tampak menggelikan di matanya. Sehingga dia menutup mulutnya, menahan tawa.

Dia terus memberi ku kode agar masuk ke dalam mobilnya dan entah mengapa aku mau saja menurutinya. Kemudian mobil Aldre pun mulai melaju. Sepanjang perjalanan kami hanya diam seribu bahasa, aku sedang memeluk bucket bunga pemberiannya, sedangkan Aldre sibuk mengemudi. Sepertinya peristiwa penolakan ku tempo hari, menyisakan rasa canggung diantara kami.

"Aldre... kita mau kemana?" tanyaku memecah keheningan saat aku merasa jika mobilnya tidak sedang menuju apartemen Bella

Namun dia hanya diam dan tersenyum sambil memandang ku, aku merasa jika ada yang sedang ia sembunyikan. Kemudian aku terkesiap saat kami memasuki area bandara. Dia meminta ku untuk turun dari mobil dan melangkah mengikutinya.

ᴏᴜʀ ᴏɴᴇ ɴɪɢʜᴛ [ᴇɴᴅ]Where stories live. Discover now